Tragis! Selasa sore, 1-11-2011, beneran menjadi sore kelabu sepanjang 23 tahun gue hidup di bumi indonesia.
Roda emang nggak pernah berhenti berputar, yeesss... Sorenya gue baru aja memandangi dan mewawancarai artis muslimah KW1 pemeran utama wanita film Ketika Tasbih Bercinta (KTB), Markonah (bukan nama sebenarnya). Eh, bada maghrib menjelang isya, ketika terjebak dalam macet sepanjang Tanjung Barat-Ranco, pemandangan betapa cantik, anggun dan solehahnya Markonah yang masih terbayang-bayang di pelupuk mata, ternodai dengan pemandangan paling porno dan jorok yang pernah gue lihat. Fyuuuuh, seandainya kemarin naik mobil pribadi (emang punya?!) pasti gue bakal teriak dengan tenaga paling dalam yang gue punya, "Enyahlah kalian dari depan mata gueee e e e!". Yah, berhubung masih setia dengan angkutan umum, tenaga dalam yang hampir keluar itu akhirnya hanya bisa gue telan sendiri dan gue keluarkan lewat lubang paling bawah. Ah, legaaa!
Gubuk derita emang pas disematkan kepada para pengguna angkutan umum di Jakarta. Selain menjadi pengguna jalan kelas tiga, lumutan bin jamuran tiap hari berurusan dengan kemacetan, juga sangat berrisiko menjadi korban kejahatan. Dan seorang Enje pun tak keinggalan menjadi korbannya!
Bayangin... Gue udah memilih tempat duduk yang menurut gue paling aman, yakni di bangku depan samping supir. Tapi ternyata gue salah. Di samping supir pun kejahatan dapat terjadi, tepatnya dari mobil di depan atau samping angkot yang gue naiki.
Jadi ceritanya, waktu lagi bete-bete ah bergumul dengan macet, dari mobil bak di arah jam 11 dari posisi duduk gue saat itu, terlihat pemandangan bentuk tubuh dari pinggul ke bawah tanpa busana selembar pun! Untuk menjaga gengsi, gue pun berpura-pura nggak liat. Bahkan gue usahain untuk merem-merem ayam biar bisa tertidur.
Tapi berhubung mata ini nggak mau diajak kompromi, gue pun sesekali melek-melem ikan untuk melihat kondisi sekitar dan memastikan bahwa pemandangan itu sudah hilang diberangus Satpol PP. Dan ah, harapan tinggal harapan, bukannya menghilang, pemandangan itu makin menja-jadi, Sodara/i. Bahkan stu diantara pelaku menggerak-gerakkan kakinya! Apa coba maksud mereka? Biar gue makin ngeh gitu dengan polah kelewaan mereka? Ingin kuteriak... Diriku melarang...
Lima menit, pemandangan masih sama juga. Bahkan kali ini lebih parah. Mereka yang tadinya di posisi jam11, berpindah tepat ke arah jam12. Dan itu berarti, mereka berdiri tepat di depan pelupuk mata gue!
Srooot... Srooot.. Srooot!
Ah, apa itu?
Siaaaal! Beberapa kali mereka buang hajat di depan mata gue. Keji... Mereka anggap apa muka gue? Jamban, kah?
Antara mau muntah, nangis dan teriak karena merasa telah menjadi korban kejahatan di atas angkutan umum, berkumpul jadi satu dalam hati ini. Huwaaaa, tangis gue dalam hati akhirnya.
Dalam tangis, Gue terheran-heran, masa iya sih supir di sebelah gue nggak ngeliat pemandangan melecehkan di depan matanya? Apa dia sudah terbiasa melihat kejahatan di atas angkutan umum, hingga hatinya tak tergerak untuk menolong gue menyingkirkan pemandanan itu? Ya Allah, ampuni segala dosanya, lancarkan rejekinya, karuniakan kesehatan pada anak isterinya dan.... Karuniakan aku jodoh yang soleh, ya Allah. (hheee, dosa orang terzolimi kan diijabah, yeesss?)
Akhirnya, setelah Bosan berprasangka dan mengharap bantuan Satpol PP yang tak kunjung datang, gue pun nyerah! Sepertinya emang sudah ditakdrkan untuk menghadapi ini semua dengan lapang dada. Gue tarik nafas panjang sambil menegakkan kembali posisi duduk yang agak tertekuk saking lemasnya sejak awal kejahatan ini.
Satu menit...
Dua menit...
Lima menit...
Tunggu, ada yang aneh dengan pemandangan di depan gue. Kasian banget, sungguh merupakan kejahatan abad modern! Kepala itu, kepala mereka, kepala pelaku kejahatan di depan gue, terikat ke bawah! Terlihat jelas dari celah kaki mereka. Apalagi mereka berempat yang berbadan lumayan bohai berhimpit-himpitan dalam mobil bak berukuran kecil itu. OwEnJe... Poor them!
Semua perasaan terlecehkan dan terzolimi yang tadi membara lumayan lama, mendadak berubah menjadi rasa iba pada diri mereka. Kali ini gue yakin banget, apa yang mereka lakukan tadi adalah untuk menunjukkan kepada gue, betapa mnderita dan tersiksanya diri mereka. Nggak berprikemanusiaannya supir yang mengangkut mereka! Ckckck...
Ya Allah, apa yang bisa gue lakukan? Hingga mobil kami berpisah pun gue nggak melakukan apa-apa terhadap empat mereka. Hanya belas kasih yang bisa gue berikan. Mohon maaf, Kawan...
*Tulisan ini spesial gue tulis buat kalian, empat sapi di atas mobil bak depan angkot T19 yang gue naiki. Mungkin umur kalian tinggal menghitung hari. Tapi penderitaan kalian akan terus gue kenang dan menjadi pelajaran paling mahal dalam hidup gue. Gue berjanji... Kalau Allah memberi kesempatan gue untuk berbisnis hewan kurban di tahun-tahun mendatang, gue akan memperlakukan anak cucu kalian dengan sebaik-baiknya, insyaAllah.
As I expected it must be sapi, or kambing ;p
BalasHapusNaik T19 mau kemana? *iih mau tau aja*
hheee, lagi belajar mengelabui orang, eh beloman berhasil. hhee... yang penting terus belajar nulis, ya nggak? :)
BalasHapusdari depok mau ke ps rebo :)
nah komenku tadi kok kagak muncul??
BalasHapuskomen yang mana? :)
BalasHapusayo tulis ulang.. hhee
Cukup berhasil sebetulnya, tp krn ini menjelang Idul Adha ya aku langsung kepikiran kambing/sapi. Aku percaya Enje cukup terjaga untuk tidak melihat yg beneran jorok. Emg kasian deh klo ngeliat hewan kurban diangkut kaya gitu. Tp bukan berarti kurban sapi/kambing/unta terus ditiadakan ya..seperti yg disarankan di twitter kemarin
BalasHapussudah dua kali pagi ini aq d lecehkan dgn tulisan2 penipuan semacam ini huffftthh :P
BalasHapusternyata selain jadi pemilik supermarket sekarang juga jadi sutradara film blue :P
Rancho kan daerah rumah Diah..Aman damai adem kok :p.
BalasHapusMbak liah: betuuul... Maksud hati mau mengkritik para pebisnis hewan qurban :-)
BalasHapusRin: wajib itu, jadi muslim yang generalis multi talented. Hhee
ummi Diah: ah, siapa bilang? Ini buktinya aq dilecehkan... Sakit, sakit, sakit, Mi... Hheee, lebay!
belakangan sering liat sapi kalau di jalan, nje
BalasHapuseh t19 rawan copet, lho *serius
Mba novi: yaeyalah, Mbak... Namanya juga bulan kurban... o_O
BalasHapusYep, aku percaya banget. Makanya milih duduk di depan terus :-)