Generasi 80-90 pasti kenal beudh dengan salah satu tokoh utama dalam film Kera Sakti: Ki Patkai. Panglima Tian Fang nan rupawan yang berreinkarnasi (atau dikutuk, yah?) menjadi mahluk setengah manusia setengah (maaf) babi. Beruntungnya, walaupun ditakdirkan berburuk rupa, doi ini menjadi orang pilihan yang ditugaskan menemani Tong Sam Cong mengambil kitab suci ke Barat. Buntungnya, doi divonis akan mengalami kegagalan cinta higga akhir hayatnya. Hmmm, kasian kasian kasian…!
Ah, actually nggak penting banget ngomongin Ki Patkai. Karena biar bagaimanapun, doi ini hanyalah tokoh fiktif belaka, menurut gue. Yang paling penting justru walaupun hanya tokoh fiktif, doi ini punya banyak banget jamaah di Negari gue tercinta. Noted: bukan fans atau penggemar, melainkan jamaah. Amazing!
Nah, nah, nah… siapa sih yang dimaksud dengan Jamaah Ki Patkai? Apakah kumpulan orang buruk rupa seperti doi? Atau orang yang kegantengan dan kedudukannya telah sirna sabab kesombongannya? Atau mereka-mereka yang memuja daging (maaf) babi secara berlebihan?
Baiklah baiklah baiklah, untuk menjawab semua rasa penasaran MPman MPwati, akan sedikit gue paparkan tentang Jamaah Ki Patkai, yang kehadirannya nggak kalah meresahkan dari jamaah Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya. (lebay lo, Nje!)
Jamaah Ki Patkai sebenarnya hanyalah satu istilah yang disematkan kepada mereka-mereka yang terjangkiti “Sindrom Ki Patkai” atau SKP. Satu sindrom terbaru yang dialami kebanyakan muda-mudi Indonesia, dengan motto:
"Dari dulu, beginilah cinta… Deritanya tiada akhir…”
Beeuuuh, ngenes sangad, yeesss…
Tapi inilah motto yang mereka junjung bersama, yang sadar atau nggak, mungkin kadang kita juga menjadi bagian dalam jamaah ini. Kalau kalian nggak mau mengakui, orek… gue ngaku deh, gue emang pernah terjangkiti SKP.
Eniwey, sudah mulai mudeng kah dengan pembahasan Jamaah Ki Patkai? Intinya sih, cinta selalu membawa derita ketika sedikit saja bagian dari keping cinta tak sesuai dengan yang mereka harapkan. Sebaliknya, cinta bukanlah derita kala ia cocok dengan yang dimau.
Misal: ketika baru aja mau memulai proses perkenalan, cinta kita ditolak oleh pujaan hati yang sudah lama dinanti dan selalu hadir dalam mimpi. Buat para jamaah ini, saat itu juga dunia seakan runtuh. Matahari nggak akan pernah muncul lagi mulai besok. Tuhan sudah nggak sayang sama kita, karena nggak memberi apa yang kita pinta. Parahnya, sampai muncul statement: Elo-Gue-End… Gue benci elo!
Ada juga yang menyatakan sudah siap untuk memulai proses perkenalan dengan siapa saja, katanya. Tapi ketika yang diberi nggak sesuai dengan kriteria dari lubuk hati… Tidaaak! Mimpi apa gue semalem? Gue ini lelaki solih, masa dijodohin sama wanita begajulan kayak nih orang?! Casing doang muslimah, kelakuan mah musibah! Eiya, ini putus asa dan merasa bisa hidup dengan kaki sendiri (sudah mapan), akhirnya memutuskan untuk hidup menyendiri selamanya aja. Na’udzubillah…
Menurut (bukan) dokter yang (sok-sokan) meneliti fenomena ini, Enjewati, ketika kita membicarakan SKP, maka muaranya adalah persepsi salah para pemuda-pemudi tentang cinta. Contohnya kecilnya dari penggunaan kata ‘jatuh cinta’ saja. Walaupun keliatannya sepele, tapi jelas sangat berpengaruh dalam laku kita tentang cintaAda pengharapan berlebih kepada si objek cinta kita di dalamnya. Dan ketika pengharapan itu jauh dari angan dan bayangan kita, hukumnya selalu sama: kita akan jatuh terperosok dalam nelangsa cinta.
Apalagi ditambah dengan makin maraknya lagu cengeng seputar ‘patah hati’ di kancah musik tanah air. Seperti: Dewi kaulah hidupku, aku cinta padamu sampai mati. Oh Dewi belahlah dadaku… Atau lagu Terlalu sadis caramu… Makin menjadi-jadi lah nelangsa cinta dalam hidup kita. *Huh, lebai banget nggak seeeh?
Maka dari itu, masih menurut (bukan) dokter Enjewati, sudah saatnya kita mengganti kata ‘jatuh cinta’ dengan ‘bangun cinta’ kala hati terpaut dengan someone. Insya Allah, ketika ‘bangun cinta’ yang ada, nggak akan pernah ada lagi rumus jatuh terperosok dalam nelangsa cinta. Yang ada justru terbang mengangkasa di langit cinta. Yeeaaah!
Karena kita terus mengupayakan membangun kualitas diri demi memantaskan mendapatkan cinta yang terbaik menurut-Nya. Dan ketika cinta itu tak berbalas, yaudin… yang penting kita akan selalu bangun dalam suasana cinta.
Cinta ditolak oleh pujaan hati? Yakini dengan pasti, bahwa ada pengganti yang lebih-lebih dari doi.
Dihadapkan kepada yang nggak sesuai dengan kriteria hati, awalnya mungkin kita anggap ujian. But, hidung siapa (baca: who knows?) kalau ternyata ada happy ending di mengakhiri?
Dan hapus kata kapok dalam melakukan proses perkenalan saking seringnya gagal. Karena cinta itu misteri. Akan indahnya pada masanya pasti. Yang penting terus aja bangun cinta dalam diri!
Bukan begituh?
Hheee… hanya tulisan ngelindur menjelang tidur ^___^
maaf..pusing saya bacanya..
BalasHapuswee udah bagus...
BalasHapusd^_^b
klo gw punya sendiri dalam menyataka cinta #cieee.
BalasHapusjatuh cinta---> fall in love,
buang kata jatuh (fall) menjadi
dalam cinta ---> in love,
so jgn pernah keluar dari cinta, atau sejatinya sebenarnya memang tidak pernah keluar dari cinta, karena cinta dari orang2 sekelilinglah kita jadi berada di 'dalam' cinta
#curhat salah seorang jamaah Ki Patkai :D
patkai yang sekarang jelekk bnget dah...
BalasHapusbukan separo babi tapi emng sepenuhnya babi (maap)
hheee, yep yep, maaf. sudah sukses diedit... :D
BalasHapuseeaaa... ini dia salah satu jamaah Ki Patkai :P
BalasHapusmaksud yang film Kera Sakti versi sekarang? Hhee, beloman nonton lagi...
BalasHapusEh eh eh... ini mah OOT dah, Juriiiiig o_O
ohok ohok ohok... ada yang ngaku juga ternyata. alhamdulillah :P
BalasHapustapi tumben waras komenannya. hheee
gw gt loh, waras bisa gila juga bisa #eh :P
BalasHapusWkwkwk... paling mantap emang Journey To The West (1996)
BalasHapustermasuk banyak yang bilang biksunya juga cakep ^_^
Ixixixixix... nokomen! :P
BalasHapushuwaa... ini Tong Sam Cong? Kok cakep ya? :P
BalasHapus*Pergi dengan Kalem*
BalasHapusah, kebanyakan gilanya. Ixixix... :P
BalasHapusYayaya...
BalasHapusHuwahaha... Dateng nggak dijemput, pulang nggak dianter. Udah kayak si J aja... Eh pas ding. J=Jurig=Jelangkung! :P
BalasHapusbener2 Kera Sakti lovers nih orang -,-"
BalasHapus[OOT] buat gambar beginian gimana siy #ndeso :D
BalasHapusdunia tanpa org gila, bagai sayur tanpa garam :P
BalasHapushhee, sami... dari tadi mau nanya sebenarnya. untung ada yang ngewakilin :P
BalasHapussepokat! bagai taman tanpa bunga! :D
BalasHapusyes bisa :D
BalasHapusbuka ini nje :D
BalasHapushttp://juriglagu.multiply.com/journal/item/2428/
Afwan ya promosinya gratis aja ga dapet royalty
BalasHapusHiyaaaa.. Keren banget ini si Jurig! :D
BalasHapusJ a d i,
BalasHapusmpok enje lg tahap perkenalan (baca: ta'aruf) ?
*analisissintesispremismenujukonklusitanpareferensi
eh eh eh... apa dah ini? Pitnah aja dah! Oooowh, jangan2 Tsaqqif ngiri, yeee? :P *analisisyangtumpulbakpisauyangtakpernahdiasah
BalasHapusGak iri lah, yang muda ngalah sama yg lbh t*a :p
BalasHapusga ada rumus patkai dalam benak gw... prinsip gw jaman belom nikah; Semua Perempuan Lajang di muka bumi ini adalah Calon Jodoh Gue
BalasHapusprinsip gw setelah nikah; Semua Perempuan Lajang di muka bumi ini adalah Calon Istri Kedua Gue
^ __ ^ v
wuiiih, nyolot sama anak 6... Berani?! *ngepalin sepuluh jari
BalasHapuskapan ya maen-maen ke rumah Omali? Mau ngadu ke istrinya atas komenan ini :P
BalasHapusAh, si mpok beraninya keroyokan bawa2 6 nih :p
BalasHapusati2 digebukin kayak wartawan tempo hari... wkwkwkwkwk
BalasHapussabtu besok aja.... ~.^
BalasHapuskan anak jaman sekarang... cemen! :P
BalasHapusitu kan adek2, Om... Bukan aye -,-"
BalasHapusbeneran sabtu? mau disuguhin apaan? :P
krupuk kulit 4 porsi!!
BalasHapusKi Patkai apa Ti Patkai, sih? #eaaa
BalasHapusOmali: hedeh, ini tuan rumah... kerupuk jengkol aja sekalian.
BalasHapusMba Liah: Ki Patkai, Mba :)