"Emang kenapa?" tanya sang guru ngaji bijak.
"Ya, bosan aja, bang! Masa ngaji gini-gini doank? Diajakin rihlah pada sibuk semua! Mana kerjaan bikin capek, nggak ada suplemen pula dari pengajian!" semakin menjadilah kekesalan Hakim.
***
Pernah mengeluarkan statement Hakim kepada guru ngaji? Atau pernah terbersit untuk izin nggak ngaji barang sehari karena alasan bosan? Atau jangan-jangan pernah nggak datang ngaji karena bosan, dan nggak izin pula sama guru ngaji? Wajar, namanya juga manusia. Pasti pernah mengalami yang namanya kebosanan. Yang nggak wajar justru yang pertamanya bosan, dan terus menikmati kebosanannya sampai nggak pernah lagi datang ke pengajian! A'udzubillah. tsumma a'udzubillah..
Sebelumnya, kita samain dulu yuk, persepsi tentang bosan. Menurut Om Fisher (ahli psikologi), bosan itu suatu kondisi perasaan (afektif) yang tidak menyenangkan dan bersifat sementara, yang seseorang merasakan suatu kehilangan minat dan sulit konsentrasi terhadap aktivitas yang sedang dilakukannya."
Nah, jadi yang namanya bosan sudah jelas banget, kan? BERSIFAT SEMENTARA! Kalau berkepanjangan, bukan bosan lagi namanya, tapi FUTUR!
Eit, tunggu dulu, saya paling nggak suka tuh nyebut-nyebut yang namanya futur di hadapan orang banyak maupun orang sedikit. Bukan apa-apa, menurut saya, kalau futur mbok yo nggak usah bilang-bilang! (Mulai sekarang, mari kita sebut ia dengan "you know who")
Seperti SEMANGAT yang senantiasa mampu menyebar segala kebaikannya, "you know who" pun juga sama. Nggak mau beda dia sama semangat, mau menyebar juga! Cuma bedanya, "you know who" ini demennya nyebar yang negatif-negatif. Jadi, kalau kita lagi kena "you know who", jauh-jauh deh dari teman yang juga "you know who". Karena "you know who" dikali "you know who" sama dengan "you know who" kuadrat!
Tapi pengecualian buat guru ngaji. Untuk yang sudah dapat gelar guru ngaji, justru sebaliknya, ia kudu pintar-pintar menyulut api semangatnya kepada anak murid yang sedang kena "you know who". Kan, tingkat imunitas ruhiyahnya (idealnya) juga tinggian guru ngaji.. :)
Ok, lanjut ke perbincangan di atas..
Sebenarnya nggak penting juga ngomongin bosan panjang kali lebar kali tinggi, karena seperti yang dikatakan Om Fisher: ia hanya BERSIFAT SEMENTARA. Jadi, yang lebih urgent jusru faktor penyebab kebosanan, khususnya kebosanan untuk datang ke pengajian.
Alhamdulillah saya sudah baca buku Serial Cinta-nya Bang Anis Matta. Dari situ untuk pertama kalinya saya tahu kalau yang namanya cinta itu ialah memberi. Cuma seorang pemberi sejati yang mampu mencinta. Tentu ini bahasa saya, kalau bahasa Bang Anis lebih indah tentunya. Makanya, saya saranin untuk baca buku ini. TOP MARKOTOP, dah!
Nah, apa nyambungnya cinta, memberi, sama bosan datang ke pengajian? Ya jelas sangat berhubungan. Misalnya begini, bagaimana mungkin seseorang yang sedang dimabuk asmara mengenal yang namanya bosan? Ya enggak, lah! Karena ia selalu berusaha memberi kesan terbaik di hadapan pasangannya. Senyum terbaik, tutur kata terbaik, behavior terbaik, bahkan sampai kantong terbaik! :p. Semua itu semata-mata agar pasangannya semakin cinta, tidak bosan untuk selalu berada di dekatnya.
Jadi, kalau ada yang bosan datang ke pengajian, berarti apa? Jelas dia nggak cinta dengan pengajian dan semua unsur di dalamnya (guru ngaji, sesama teman, ukhuwah, ilmu, dll). Dan, jangan berharap cinta itu tumbuh kalau nggak rajin-rajin meberi!
"Nggak, gua cinta kok dengan kelompok pengajian gua! Buktinya dari SMA sampai sekarang gua masih datang, kan?"
Bukan, bukan... Kalau kita bicara cinta, indikatornya bukan kehadiran, tapi pemberian. Coba saya tanya, selama ini di pengajian, kita memainkan peran sebagai apa? Pasti semua bakal jawab sebagai anak didik, tapi anak didik yang kayak gimana dulu nih? Yang aktif atau pasif? Yang hanya menerima atau yang selalu memberi apa pun yang kita punya? (nggak selalu identik dengan materi, lho!).
Kalau kita masuk dalam kategori pasif dan menerima, berarti belum bisa dibilang cinta. Banyak motif walaupun kita nggak cinta, tapi masih terus datang ke pengajian (nggak perlu disebutkan lah). Nah, kalau kita masuk dalam kategori aktif dan selalu memberi, SELAMAT! Cinta kita sudah terbukti. Seburuk apapun kondisi pengajian kita, insya Allah rasa bosan nggak akan serius menggerogoti. Yang ada di fikiran kita hanya satu: apa yang bisa gua beri ke pengajian gua?
So, kira-kira nih, bertahun-tahun kita datang ke pengajian, masuk kategori yang mana, sih? (jawab dalam hati aja ya :D)
Kuncinya kan cuma satu, ya? Akar dari segalanya, kan, cuma satu, ya? memberi, memberi, dan memberi. Pun kita cuma punya semangat yang menggebu-gebu untuk terus menuntut ilmu, berikan saja pada yang lain. Tularkanlah, insya Allah rasa bosan akan menyingkir as far as he can dari dalam diri kita!
Tak akan hilang bosan selama tak ada cinta. Tak mampu mencinta orang yang tak mampu memberi. Never Ending Giving!
*lagi-lagi tawasaw bil haw wa shabr :)
Utan Kayu, 1 Februari 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar