Selasa, 25 Januari 2011

tulisan yang lupa diupload

Tontonan Gratis Euforia AFF 2010 Utan Kayu-Ciledug

16 Desember 2010 boleh dibilang menjadi moment perekat bagi masyarakat Indonesia. Bukan karena peperangan atau peristiwa mengerikan lain yang biasa sukses menyatukan sebuah bangsa. Mostly simple than that, because its just about semi final AFF 2010 competition between Indonesia vs Filiphina. Sebuah ajang yang sangat prestisius di kawasan Asia Tenggara, karena pemenangnya sudah pasti bakal mendapat tiket untuk melaju into the bigest tournament: World Cup 2014. Negara mana sih yang rela timnya nggak berpartispasi dalam perhelatan akbar tersebut?
Di hari itu, bahkan sejak beberapa hari sebelum pertandingan berlangsung, dari pagi hingga malam, di sela-sela aktivitas, tiap jam, tiap menit, tiap detik, tak jua bosan setiap orang di manapun berada, turut ambil bagian untuk memperbincangkan Big Match ini. Apalagi dengan media sebagai kompornya dan taruhan sebagai minyak tanahnya, semakin terasa membakar lah euforia AFF di tengah masyarakat kita.
Tua, muda, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, perjaka, gadis, suami, istri, janda, duda, semua berpesta pora merayakan prestasi langka yang pernah diraih Timnas Indonesia. Yah, maklum, kalau mau diingat-ingat, kapan sih terakhir kali Timnas kita menorehkan prestasi gemilang di tingkat Internasional? Boro-boro tingkat Internasional, tingkat nasional aja ribut terus! So, wajar lah kalau euforianya begitu meriah (kalau nggak tega bilang lebay bin alay!).
***
Oiya, perkenalkan, namaku Nurjanah. Sekilas pengalamanku dengan dunia per-bola-an. Bola menurutku masih biasa-biasa aja dibandingkan bulu tangkis. Biasanya aku ikut-ikutan gila bola juga hanya saat Piala Dunia berlangsung. Gimana nggak ikutan kalau semua teve baik di rumah, rumah makan, sampai di warung-warung rokok, hanya menyetel satu stasiun yang sama yang menyiarkan bola! Mau nggak mau deh jadi tahu, minimal tahu nama pemain terganteng dan Negara-negara yang biasa mendominasi peringkat atas semacam Brazil, Argentina, Prancis, dan Inggris.
Seperti masyarakat pada umumnya, di piala AFF tahun ini--yang sepertinya baru kudengar kalau ada piala ini di tingkat Asia—aku juga terkena sihirnya. Masih belum jelas sabab musababnya, yang jelas awalnya saat itu orang sedang beramai-ramai membicarakan tentang dua pemain naturalisasi Timnas Indonesia, namanya Irfan Bachdim dan Christian Elocco Gonzales. Katanya sih, selain digandrungi karena ketampanannya, konon mereka bermain indah dan berperan besar dalam mengantarkan Indonesia memasuki babak semi final. Aku pun jadi tertarik dan bertekad untuk ikut menyaksikan pertandingan semi final walau pun hanya dari teve.
Sayangnya tekad tinggal tekad, dan yang tadinya tertarik jadi berasa nggak menarik! Karena ternyata selain berlangsung pada hari kerja, pertandingan tersebut juga berlangsung selama perjalanan pulang kantorku, yakni pukul 19-21.00. Kalau beruntung sampai rumah sebelum pukul 21.00 pun palingan hanya dapat menyaksikan sesi komentar dari para komentator. Atau kalau maksain mau menyaksikan di kantor bareng Satpam kantor, sampai rumah jam berapa coba? Benar-benar bikin BT!  >__<
Apa mau dikata, kuikhlaskan saja tidak menonton semi final babak pertama Indonesia melawan Filiphina. Insya Allah masih bisa menyaksikan semi final babak ke-dua dengan lawan yang sama di hari Minggunya, fikirku. Walhasil, hanya tampang mupeng yang terpasang sepanjang perjalanan pulang.
***
Saat kau dituntut untuk bersabar, maka bersabarlah. Kalau kau tak mampu, maka berpura-pura bersabarlah. Insya Allah Ia akan memberi kesabaran untukmu! Begitu kira-kira yang disampaikan Pemredku di salah satu pertemuan belum lama. Aku pun mencoba menempuh perjalanan pulang kantor dengan berpura-pura bersabar. Dan hasilnya? Whew, alhamdulillah banyak hiburan yang kudapatkan sampai di depan rumah.
    Pertama, masih nggak jauh dari gerbang kantor, kira-kira 50 meter, beberapa rumah terdengar gaduh oleh suara-suara dukungan untuk Timnas. Di salah satu rumah yang pintunya sedikit terbuka, kulihat walaupun sambil lalu, seorang anak perempuan duduk tak tenang di depan teve sambil berteriak-teriak. Pantatnya pun seperti tak resah menduduki kursinya saking semangatnya, “Ayo, Irfan, Gonzales, serang terus, serang! Hwaaa…”
    Itu baru satu rumah. Teriakan yang hampir sama juga terdengar dari rumah di depan rumah anak perempuan tadi, tepatnya dari lantai dua. Kali ini ada dua suara yang kudengar, suara seorang laki-laki dewasa dan suara seorang anak kecil. Anak kecilnya menyenandungkan salah satu bait lagu Indonesia Raya dengan riang dan berulang-ulang, “Bangunlah jiwanya, bangunlah raganya, untuk Indonesia raya”. Sedangkan orang dewasa di dalamnya terdengar teriak-teriak nggak begitu jelas yang intinya juga mendukung Timnas tentunya. Cuma beberapa kata yang berhasil kucuri dengar, “In-do-ne-sya! In-do-ne-sya!” Bisa dibayangkan gimana berisiknya tiga suara beradu dari rumah yang berseberangan? Cukup menghibur hati yang gondok, lho! :p
    Apa hanya sampai di situ? Eit, tunggu dulu. Itu baru dua rumah yang terdengar. Masih ada satu tempat lagi yang juga terkena sihir AFF sebelum keluar dari gang nangka. Tepatnya di sebuah warung kopi yang letaknya hanya beberapa rumah dari dua rumah tadi. Saat kulangkahkan kaki di depan warkop tersebut, sengaja kutolehkan muka untuk mengetahui kegilaan apa yang sedang terjadi di dalamnya. Hemm, walaupun nggak seramai di dua rumah sebelumnya, namun ternyata tersedia tontonan lucu juga di dalamnya. Hanya ada satu pembeli yang tampak asik menikmati indomie dengan mata yang terus tertuju pada teve di atas sebuah rak. Pun dengan sang penjual, walaupun tampak sedang mengaduk sesuatu dalam gelas, matanya seperti tak mau lepas dari teve di atas sebelah kanannya. Bisa dibayangkan kalau yang sedang diaduk adalah air soda campur susu? Dapat dipastikan sodanya akan beleber keluar gelas J.
    Di sepanjang jalan dari gang nangka menuju shelter pasar genjing pun tak kalah menggelitik. Dari dalam metro mini 49, sengaja kutolehkan kepala ke arah kaca samping kiri bis, maksudnya sih agar dapat menyaksikan jalannya pertandingan walau pun hanya sekilas pintas. Tapi lagi-lagi, yang kudapat malah berbagai ekspresi kumpulan orang yang menyaksikan pertandingan di depan teve.
    Di pangkalan ojhek depan gang waringin misalnya, masih terekam jelas pemandangan beberapa tukang ojek yang menonton bola sambil berteriak-teriak. Entah apa yang diteriakkan, namun dari ekspresi mereka seperti menggambarkan kesenangan setelah memenangkan sesuatu, karena satu orang teriak sambil berdiri dan menunjuk-nunjuk ke arah teve, “ya,, ya,, ya, eya! Huuu!” begitu kira-kira yang samar-samar berhasil kutangkap dengar. (sampai rumah baru sedikit kuanalisa, mungkin ekspresi itu mereka tunjukkan setelah Gonzales berhasil membobol gawang Filiphina, mungkin lho, ya!)
    Dan terakhir sebelum naik Transjakarta, ini yang paling menarik dan membuatku tersenyum geli sendiri. Saat mengambil ancang-ancang untuk turun di pintu metro mini, tepatnya 10 meter sebelum halte pasar genjing, kusaksikan sekerumunan orang--sepertinya sih tukang ojeg juga-- menyaksikan pertandingan dari teve yang berada di dalam warung rokok pinggir jalan. Berhubung teve nya diletakkan di dalam warung rokok, mau nggak mau mereka harus menyaksikannya dari luar dan otomatis berjajar memanjang ke belakang. Orang yang berada di barisan paling depan tentu saja duduk di atas kursi agar yang bagian belakang dapat menyaksikannya. Benar-benar cara menonton teve yang nggak lazim!




2 komentar:

  1. Ooh..aku tau nj yg menang finalnya siapa..mau ku kasih tau ga?sstt..bisik2 aja yah.. :D

    BalasHapus
  2. jiah, ka phi..
    itu mah udah jadi rahasia umum..
    *sambil teriak2 n ngakak :P

    BalasHapus