Senin, 31 Oktober 2011

Akhirnya rakyat Indonesia boleh bernafas lega karena Unesco akan menetapkan Belalang dan Kupu-Kupu Indonesia sebagai salah satu dari 7 keajaiban dunia. Hal ini disebabkan setelah UNESCO dikirimi lagu "Pok Ame Ame" dan ternyata Unesco baru tahu bahwa Belalang dan Kupu-Kupu Indonesia sangat ajaib karena siang makan nasi, kalau malam minum susu.... Ckikik! [Ust. Satiri Hasan]

Apa Bahasa Inggris-nya "Buku Jatoh"?

Gue tantang MPman MPwati yang ngaku gape bahasa Inggris buat jawab pertanyaan di atas. Oiya, fyi... Jawabannya cuma terdiri dari satu kata, nggak boleh dan nggak bisa lebih. Ada yang tauuuu?

Susah, yeesss? Emang! Karena mungkin cuma gue, kakak gue, dan Allah SWT aja yang tau. Hheee..

Wokeh, actually gue mau sedikit cerita betapa menyenangkannya belajar bahasa dengan metode yang nggak lazim, bersumber dari dua kakak gue yang walaupun nggak bisa melahap bangku perguruan tinggi (merekalah orang paling maruk sedunia: bangku aja dilahap! Hheee, garink!), tapi cara mereka mengajar nggak bisa gue lupain sampe sekarang. Dan uniknya lagi, mereka berdua jebolan STM Boedoet. Salah satu STM paling rusuh se-Jakarta. Hebat, kan?! Nggak cuma jago tawuran aja ternyata, tapi juga jago ngajar!

Cerita pertama kalau nggak salah terjadi waktu gue duduk di bangku kelas dua, deh. Malam itu, kakak gue ngajarin gue beberapa kosakata bahasa Inggris.

"This is a pen," katanya sambil ngangkat pulpen di tangannya.
Gue pun me-repeat perkataannya barusan, "This is a pen."
Beberapa kata yang berada di sekeliling kita disebutin satu persatu sama doi.
"This is a pencil."
"This is an eraser."
"This is a ruller"
"This is....."
Nah, diantara sekian banyak yang doi ajarin, ada satu kosakata yang paling gue inget sampe sekarang. Bahkan waktu gue ceritain ulang ke teman-teman kantor, mereka terbahak-bahak mendengar kengacoan kakak gue.

"This is a book," kali ini dia menunjuk buku yang ada d tangan kirinya.
Gue pun merepeat perkataannya barusan. Then, dia langsung menjatuhkan buku itu ke ubin, sambil bertanya...
"This is. ....?" Gue mendadak bego.
"This is.... Apa ya?" Gue malah balik bertanya.
"This is... Masa nggak tau sih? This is....?" doi mengulang pertanyaan lagi sambil menjatuhkan buku lagi ke ubin.
"This is... Nggak tau!" Gue mulai kesal. Pikir gue, doi kan beloman pernah ngasih tau apa bahasa Inggrisnya buku jatoh!
"This is... Gedebuk! Hhee...," dengan penuh kemenangan doi menjatohkan lagi itu buku untuk ketiga kalinya.
Beneran dulu gue nggak ngerti sama sekali apa bener apa salah itu yang diajarin doi. Sampai doi mengulang sekali lagi demi memperkuat keyakinan gue kala itu.

"This is a book. And this is (sambil ngelepas itu buku dari tangannya).. Gedebuk. Coba bilang,"
"This is a book, and this is (sambil melakukan hal yang sama dengan doi: buang buku) gedebuk."
"Good."

Masih kebayang lho sampe sekarang, gimana cengengesannya doi sepanjang pelajaran ngaco waktu itu.

Dan gue pun melakukan hal yang sama kalau lagi nginget-nginget masa dulu: senyum mesem-mesem meratapi kebodohan gue waktu kecil. Bedanya, gue nggak menurunkan kengacoan tersebut kepada keponakan-keponakan yang segambreng. Gue masih waras, gituuuh! Nggak kebayang gimana mereka bakal ngecengin kalau gue ngajarin mereka dan diingatnya itu pelajaran ngaco.

"Ngakunya anak SMA 6... Ngakunya anak UI... Bahasa inggris nggak becus!" Mungkin kayak begitu cengan mereka. Biasa, pada iri gue sekolah n kuliah di tempat ternama di Jekardah. *minta digeplak sama 20 keponakan!

Cerita ke-dua bukan gue sih yang ngalamin. Tapi keponakan yang baru aja masuk kelas dua, pindahan dari Surabaya ke Tangerang. Namanya baru banget tinggal di Jakarta, tuh anak bener-bener polos! Jadi beberapa bulan yang lalu, dengan bangganya doi bilang ke gue dan Mamahnya.

"Mah, Cinu'... Ceria udah jago bahasa Inggris!"
"Masa?" Gue nggak percaya banget. Kakak gue apalagi. Terbengong-bengong dibuatnya. Masa iya, baru beberapa bulan sekolah di sekolah baru udah dengan pedenya bilang jago bahasa Inggris? Impossible-impossible gimanaaa gituh!
"Coba Mamah tes...," Kakak gue mencoba menepis ketidakpercayaannya pada anak bontotnya itu.
"Apa bahasa inggrisnya roti...?"
"Gampang...! Roti itu ITOR!" sambil teriak doi ngejawab.
"Heh?" Gue masih nggak ngerti, actually, bahasa Inggris dari kota manakah Itor? Apa iya bahasa Inggrisnya orang Zimbabwe?
"Kalau bahasa Inggrisnya makan, apa?"gantian gue yang nanya.
"Ah, gampang banget... Makan itu... Nakam!"
Ngeeek?!
"Kalau bahasa Inggrisnya pulang: Ngalup. Bahasa Inggrisnya pergi: Igrep. Bahasa Inggrisnya minum: Munim. Bahasa inggrisnya....." doi meeruskan meracaunya sendiri tanpa diminta.

Owalah, ternyata bahasa Inggris yang dimaksud doi itu bahasa balik yang biasa gue dan kakak-kakak pake kalau lagi ngumpul-ngumpul! Ckikikik XD.

"Udah-udah, ngaco aja siang-siang. Siapa yang ngajarin?" kakak gue sewot gitu denger kengacoan anaknya.
"Om Iyaaaan. Hheee,"

Eyalah, emang nggak ada yang waras dah. Baik kakak gue yang ke-enam maupun ke-tujuh, yang dua-duanya jebolan Boedoet. Ckckck...

Eh tapi biarpun ngaco, cara ngajar mereka berdua, unik yeesss... Bener-bener fun, kalau dipikir-pikir. Hhee. Beda banget sama metode pengajaran yang sering gue denger dari balik tembok SD di Utan Kayu tiap berangkat ngantor.

Selain masih sering terdengar bentakan dan omelan, cara ngajarnya juga masih pake cara konvensional aka jadul. Masih ada pendiktean!

PR nih buat guru-guru SD yang masih muda-i. Terapin deh metode ngajar yang fun n nggak bikin ngantuk. Misalnya cara yang dipakai kakak gue, giituh. Noted: bukan ngaconya yeesss, tapi uniknya! Okokok? :-)

Minggu, 30 Oktober 2011

Jaka Sembung Naik Odong-odong

Cerita pertama:
Diundang buat ketemu sama Raditya Dika??? Wuiiih..... Appaaaaa? Wooooot? Hmmm, biasa aja! Hheee.

Secara dulu kita tetanggaan gituh SMA-nya. Doi anak 70, gue anak 6 yang tiada hari, bulan,bahkan tahun yang berlalu tanpa tawuran. Cuma angkatan kita aja yang beda jauh. Jadi walaupun tetanggaan, doi beloman pernah ketemu sama gue deh. Ckckck... Kasian banget ya si Radit! (ini yang terkenal sebenarnya gue apa Radit sih?)

Tapi asli, gue biasa aja tuh mau ketemuan dan nemenin temen buat wawancara doi di salah satu toko buku di Plaza Senayan. Lagian kan kita sama-sama manusia yang doyan makan nasi dan biasa melakukan ekskresi di kamar mandi tiap pagi. So, nggak perlu lah ya mengagumi berlebihan... Bukan begituh?

Hanya aja, berhubung gue teman yang baik dan nggak sombong, seperti biasa, gue lemparlah pertanyaan ke teman-teman di fb dan mp, yang bunyinya seperti ini:

"Mau ketemuan sama Raditya Dika@ps, ada yang mau nitip pertanyaan?"

Kali gituh ada salah satu dari teman gue yang ngefans banget sama si Radit dan sudah sejak dulu memendam satu pertanyaan, yang kalau nggak disampaikan bakal terjadi sesuatu dengan mereka. Nah, untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan, makanya gue mau bersusah-susah menampung pertanyaan mereka. Beeuh, bener-bener berjiwa pahlawan kan gue? *preeet!

Hheee, nggak ding! Berhubung juga gue teman yang jujur, gue beberin deh alasan kenapa melakukan itu semua. Pertama, jelas banget pengen pamer n membuat teman-teman iri dengan gue (minta digeplak!). Ke-dua, membantu meringankan kerjaan gue pastinya: menyiapkan daftar pertanyaan buat wawancara. Bahasa kerennya, sambil menyelam ngambil mutiara, gituh!

Dan tau nggak... Nggak disangka nggak dinyana yaaa, respon teman-teman okeh punya dan kreatif gile! Begini contohnya:
"Radit, udah punya cewek lagi belom? Kalau belom, gue bersedia kok gantiin Sherina. Hhee" (Gue jawab: nggak janji ya ditanyain. Sesuatu banget sih pertanyaannya. Hheee)
"Tolong tanyain, Radit bener kan marganya Nasution?" (Gue jawab: bener-bener penting ini pertanyaan. Tapi urgensinya apa ya?"
"Owh, jadinya sama Radit, ya Nje? Sip dah, mau nentuin tanggal, kan? Sukses yaaa."(Gue jawab: minta dijitak ini orang!)
"Radit kapan lulus?"

Hheee, kreatif beudh, kan? Eh tapi ada lagi yang lebih kreatif, waktu gue melempar pertanyaan buat Maher Zein. Nggak kalah kreatif dari yang di atas. Niih contohnya:
"Maher kenapa sih make topi terus?" (Gue jawab: soalnya palanya lumayan plontos, malu kali!)
"Coba sodorin bakso dan nasgor, dia suka yang mana?" (Gue jawab: nasi uduk!)
"Maher kapan ngeluarin album terbaru? Hheee... Standar banget ya pertanyaannya..." (gue jawab: iya... Std banget. Hheee)
"Maher... Would you marry me? Hheee." (Gue jawab: wah, sayang banget... Doi udah beranak satu!)

Saking kreatifnya, sampe-sampe nggak ada satupun yang gue tanyakan baik ke Radit maupun Maher. Hheee. Yang ke Maher, karena pertanyaannya nggak ada yang oke punya, yang ke Radit karena gue telat banget sampe PS. Raditnya udah keburu ada acara di kota tua, katanya. Huuuu, penonton kecewe!

Cerita ke-dua:
Sabtu pagi waktu gue mau ke tukang sayur buat nyuci baju, eh beli sayur... Ketemu sama salah satu ibu teman main badminton di rt sebelah yang biasa dipanggil Ummni. Ceritanya doi lagi nungguin anaknya yang mau berangkat manasik haji dari TK-nya. Dan terjadilah percakapan maha penting sekampung Ceger:

"Nu', ntar malem main badminton ya kalau nggak ujan..."
"Siiip. Insya Allah, Mi."
"Oiya, jadi ikutan arisan kan? 200 per bulan. Yang ikut 12 orang."
"Iya donk, Mi. Ikutan..."
"Satu apa dua?"
"Satu aja, ngos-ngosan kalau dua. Hheee."
"Yah, kali aja gitu mau dua... Lumayan buat beli kambing tahun depan. Hheee. Yaudah deh, mau ke tukang sayur, kan? Jangan lupa ntar malem main badminton yaaa."
"Iya, Mi. Beres..."

Wah, senangnya... Padahal gue baru main tiga kali lho sama si Umi dan ibu-ibu lainnya. Eh udah diajakin main lagi. Diajakin ikut arisan pula... Uhuy, satu loncatan terbaik buat deketin ibu-ibu di dekat rumah!

Nah, jadi, so... kesimpulannya adalah: Mari kita isi sepuluh malam pertama di bulan Zulhijjah tahun ini dengan ibadah-ibadah terbaik. Makin getol sholat, baca Quran, n zikirnya, yeesss... Biar dapet gelar husnul khotimah gituh di penghujung tahun ini. Okokok?

Eh tunggu, itu kan materi pengajian gue sama Ustadzah Sabtu kemarin...

Terus nyambungnya apa?

Ya nggak ada... Kan judulnya aja Jaka Sembung naik odong-odong... Nggak nyambung doooonk! Hheee...

Tapi Last but not least, biar nggak diraguin keanakUIan gue, baiklah gue cari kesimpulan dua cerita penting di atas....

Hmmm, mungkin kesempatan nggak pernah datang dua kali. So, jangan pernah lewatin kesempatan kala ia datang menghampiri. Jangan sampe mengulang penyesalan nggak jadi wawancara Radit cuma gara-gara terlalu santai hingga terkena macetnya Jakarta (walaupun udah naik bis TransJakarta). Jangan sampe juga nyesel di kemudian hari nggak bisa deket sama tetangga. Kalau mereka sudah kasih lampu hijau, buruan tancap gas buat ngedekatin mereka. Melalui badminton dan arisan, misalnya...

Gimana, gimana...
Pusing abis naik odong-odong, Jaka Sembung makan ikan... Nyambung, kaaan? XD

Jumat, 28 Oktober 2011

Ngareb Jadi Istri Ustadz... So What?

"Gue jadi istri Ustadz? Mimpiiii!" kata Markonah suatu pagi di depan cermin.
"Lah emang kenapa? Nggak ada yang mustahil di dunia ini. Never say never, kata JB," Munaroh mnimpali.
"Ngomong masih cablak, ilmu Islam masih cetek, baca Quran nggak beraturan banget nadanya, pake jilbab nutup dada sih... tapi masih suka yang warna/i! Imposible banget ada Ustadz yang mau. Jangankan mau, ngelirik juga ogah kaleee!"
"Yaaah, nggak suka nonton infotainment si, lo, Markon! Itu buktinya, Ustadz Markojim yang gahol abis. Doi santer diberitain pernah deket sama penyanyi yang suka ngomong sesuatu banget! Belom lagi artis berstatus janda yang sekarang jadi anggota dewan dari partai burung gereja, disinyalir bakal nikah sama Ustadz, lho!"
"Ah, elo mah percaya banget sama infotainment! Ga baik, ghibah! Lagian, mereka kan jelas udah punya satu modal sakti mandraguna para wanita: cantik! Nah gue... Pas-pasan!"
"Ah, terserah elo deh, Markon! Kalau gue sih, biar tampang pas-pasan n kelakuan masih muslimah KW 2, pede aja lagi. Inget aja kata Giring Nidji: Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan hati Ustadz! Hheee..." Munaroh mengakhiri perdebatan maha penting sejagad, antara dua insan pas-pasan. Markonah? Membleee. Hheee.

Pernah mengalami masa-masa seperti Markonah? Bawaannya underestimet sama diri sendiri, ngeliat orang lain WAH sedang diri sendiri dibilang akhwat kelas BAWAH, nggak berani memimpikan calon pendamping hidup yang lebih di atas kita? Yaaah, kalah sama Munaroh kalau begitu. Kasian kasian kasian!

Apa salahnya sih bermimpi kayak gitu? Wong mimpi masih free of charge, kok! Gratis!

Pernah dengar nggak kisah cinta Katie Holmes n Tom Cruise? Hheee, penting banget ya gue! Biarin, yang penting ada pelajaran yang bisa kita ambil dari situ. Ceritanya, Katie Holmes itu bener-bener kepincut sama artis Hollywood yang gantengnya dari ubun-ubun sampe ujung jempol kaki itu (jadi, Tom Cruis itu tampangnya dari atas sampe bawah gitu? :-P).

Cuma masalahnya, siapa sih Katie? Kalau mau dibanding-bandingin sama aktris Hollywood lain yang tampangnya caem-caem punya, jelas banget jauhnya. Apalagi kalau mau disandingkan dengan Tom, bak langit dan dasar sumur, maybe!

Tapi, apakah Katie merasa cintanya akan bertepuk sebelah tangan hingga akhir hayatnya? Atau bahasa suku Zimbabwe-nya: bagai punuk merindukan bulan (act, gue nggak ngerti juga arti punuk itu apa. Yang masih keturunan Zimbabwe, translete, pliiisss...).

Ternyata, nggak sama sekali, MPman MPwati! Katie yakin seyakinnya bisa bersanding dengan Tom.

Caranya? Hanya bermimpi tiap hari. Mengikutsertakan semesta raya untuk mewujudkan impiannya. Dan hasilnya... Super sekali, Tom melamar Katie!

Tolong jangan tanya kenapa, gimana, kapan, dll-nya... Gue juga nggak tau detail-detailnya, dan tau cerita itu juga dari buku. Kalau nggak salah buku tentang motivasi atau marketing, gituh.

Jadi, percaya kan kalau nggak ada yang mustahil di dunia ini, even itu tentang jodoh?

"Yah, tapi itu kan masih liat fisik. Lah kalau ustadz (yang masih waras), fisik kan nomor ke sekian. Paham agama n cantik akhlak, pasti itu duluan yang dicari. Dan gue, seperti kata Munaroh: kelakuan masih muslimah KW2!"

Orek, orek... Kalau soal itu, gue juga punya bukti kalau lo boleh bermimpi jadi istri ustadz. Semoga lo berhenti merendah-rendahkan diri sendiri yang emang udah rendah *kidding.

Jadi tadi sore, gue dan teman-teman bersilaturahim ke rumah salah satu senior yang udah berstatus sebagai isteri ustadz sejak beberapa tahun yang lalu. Dan kalau lo mau tau, senior gue ini nggak seperti kebanyakan isteri seorang ustadz pada umumnya. Maksud gue, doi ini akhwat KW 1 sih, tapi udah bawaan lahir terlahir sebagai seorang sanguin sejati: kocak, lumayan blak-blakan, pemimpin geng Rhoma Irama Lovers di kantornya (kata temen yang udah senior juga), dllsb ciri orang sanguin.

Bahkan di salah satu tulisannya dalam buku antologi Kekonyolan Dalam Rumah Tangga, doi menuturkan waktu pertama-tama nikah, sering dianggap bukan isteri ustadz oleh mereka yang mencari ustadz via telepon. Jauh dari bijaksana gituh tutur katanya.

Terus, kok bisa ya itu Ustadz kecantol sama senior gue? Ya bisa aja, namanya juga jodoh. Hidung siapa (baca: who knows)? Kalau Allah udah berkehendak kita jadi isteri ustadz, nggak ada satu orang pun, bahkan penyanyi yang sesuatu banget, yang bisa menyelak kita. Tinggal kitanya aja yang berani nggak bermimpi?

Karena jangan salah, mimpi itu membuat hidup lebih bergairah dan membuat kita semangat meminta aka berdoa sama Allah! Mau minta jadi isteri siapa? Ustadz, milyuner, Dude Herlino, atau siapa lagi kek, doa aja! Tapi jangan lupa mantesin diri juga ya dari sekarang. Pelan-pelan sajaaa (tolong nyanyikan dengan suara Tantri Kotak yang ngerock banget!)... Itu poin lain yang nggak kalah penting!

*senior gue itu secara karakter hampir-hampir mirip kayak gue, lho... Apakah nasib gue akan sama dengan doi? Hanya Allah yang tau (berharapnya sih iya XD).

Tulisan ini hanya untuk hiburan semata. Tolong jangan bilang: oh, Nje bermimpi jadi isteri Ustadz? Ustadz siapa?. Yayaya... ;-)

Kamis, 27 Oktober 2011

cobain deh... mengawali Jumat dengan badmintonan... seger! :D

Kala Doi Minta Bukti

Markojim: Ane uhibukki fillah, Ukht. Aku padamu...
Markonah: Apa buktinya, Akh?
Markojim: Nantikanku di batas waktu. Dua tahun lagi, Ukht...
Markonah: Wooot? Ga kelamaan? Nggak mau, ane minta bukti sekarang. Kalau nggak... Elo, gue, end!
Markojim: Yah, kok gitu sih, Ukht? 1 tahun lagi deh...
Marknah: Nggak mau, sekarang. Titik.
Markojim: Enam bulan?
Markonah: Nggak. Udah-udah... Lo kira gue apaan disuruh nunggu-nunggu? Sorry, ya!
Markonah: Yaaah..
(sad ending)

*Noted: Cerita di atas hanyalah fiktif belaka. Kalau ada kesamaan nama dan karakter, benar-benar faktor ketidaksengajaan.*

Eh iya nggak sih, kalau ada yang bilang cinta sama lo, lo pasti minta bukti. Iya nggak? Menurut gue, kalau orang masih waras, harusnya sih iya. Berkaca pada mahluk paling waras sedunia, ortu kita, yang menunjukkan segala bentuk cintanya demi membuktikan guedenya cinta mereka pada kita. Sebaliknya, berkaca pada mahluk paling nggak waras sedunia, kekasih tak halal (baca: pacar), mereka memberikan apapun kecuali satu: ikatan pernikahan. Alasan belum sanggupnya macem-macem deh pokoknya.

Orek, kalau manusia aja kayak begitu (baca: Markonah yang minta bukti). Apalagi Allah, yeesss..

Gue punya pengalaman ketika Allah minta bukti. Kejadiannya kemarin pagi, nggak tau ada angin apa, gue berujar dalam hati:

"ya Allah, pagi ini kuniatkan berangkat kerja hanya untuk mencari ridhoMu. Mudah-mudahan Kau ridho dengan semua yang kulakukan hari ini. Kerjaanku pun membawa manfaat bagi banyak orang. Amin"

Kayak-kayaknya sih, langit sedikit kaget dengan doa gue, makanya Jakarta kemarin hujan besar di beberapa titik. Heee. (yang percaya omongan gue berarti syirik).

Then, sekejap Allah minta buktinya di stasiun Pondok Ranji. Gue ketinggalan kereta ekonomi murah meriah menuju Tanah Abang. Konsekuensinya, gue harus mnunggu kereta ekonomi yang harganya 4kai lipat kereta ekonomi. Whew... Makin gede deh ongkos pagi ini :-(.

Sepanjang perjalanan menuju st Tanah Abang, otak gue berfikir keras bagaimana caranya biar ongkos tetap normal seperti biasanya. Dan satu-satunya jalan adalah nggak beli karcis kereta selanjutnya yang bakal nganterin gue menuju st Manggarai. Seketika, Angel dan Devil berperang mengelilingi gue dalam mengambil keputusan iya atau nggak beli karcis. Kira-kira begini perdebaan mereka:

Devil: Ya ilah, ketimbang Tanah Abang-Mangarai, cuma lewatin dua stasiun, nggak papa kale nggak beli karcis juga.
Angel: Emang deket, tapi kalau tiba-tiba petugasnya keliling mintain karcis dan elo nggak punya, apa kata dunia? Udah, beli aja. Cuma 6ribu perak, abis gajian juga...
Devil: Nggak bakalan, petugasnya itu biasa mulai keliling di st pasar minggu. Begitu kan kata Pak Ahmad yang biasa naik kereta ini. Udah, nggak usah beli. Ongkos lo bakal membengkak pagi ini...
Angel: Iya petugasnya nggak keliling, tapi inget sama niat n doa lo tadi pagi di angkot. Katanya berharap kerjaan lo dapetin ridho Allah, caranya juga kudu bener, dooonk! Lagian, ngerugiin negara banget kalo nggak beli tiket.
Devil: Ya elah... Ngerugiin negara? Masih banyak yang lebih gede dari lo yang ngerugiin negara! Udah nggak usah beli. Titik
Angel: Ya udin, terserah lo aja. Pesen gue cuma satu: jujur itu penting meskipun nggak ada yang ngeliat... Inget pesan Mamak lo!

Ahhaaa!
Wokeh, gue sudah dapet jawabannya. Gue putuskan untuk tetap beli tiket kereta. Yeeey!

Dan tahukah, MPman MPwati... Di dalam kereta menuju st Manggarai, nggak biasa-biasanya itu petugas karcis mondar-mandir di dalam kereta. Nggak cuma satu orang, tapi lebih dari tiga! Emang sih mereka nggak meiksain karcis, tapi nggak kebayang aja gimana ketakutan n guilty feeling-nya gue seandainya tadi nggak beli karcis. Pasti mereka udah kayak dementor yang siap mengisap kebahagiaan gue dan bisa mendadak pingsan kayak Harry Potter pastinya!

Alhamdulillah, keluar stasiun rasanya plong banget. Tanpa beban! Cuma satu yang ggak terwujud. Rencananya kemarin pagi gue mau jajal naik bemo dari st ke terminal manggarai. Hhee, deket banget emang n ga meaning sangad. Cuma penasaran aja gimana rasanya naik bemo. Yaaa, may be next time kali ya... Bemo kan tiap hari adanya, ketinggalan kereta ekonomi nggak tiap harijuga.

Pelajarannya, biar deh ongkos mahal hari ini menjadi pengingat gue biar berangkat lebih pagian tiap hari. Biar nggak ketinggalan kereta ekonomi dan nggak membuka ruang untuk berlaku curang juga gituuuuh... XD

Selasa, 25 Oktober 2011

Malu Tapi Mau

Pernah berada dalam posisi "malu tapi mau"?
Buat yang cewek, misalnya... Suka banget sama si X, tapi berhubung sudah pernah bilang nggak level dengan doi ke salah satu sahabat, pas tuh cowok bersambut gayung, jadi malu sendiri deh bilang mau. Kasian kasian kasian...!

Atau buat yang cowok, misalnya... Sudah condong hatinya dengan salah satu mantan rekanan di kampus, berhubung merasa hidup belum mapan (padahal manusia nggak ada yang mapan, rasanya kurang terus!), beloman berani deh maju buat tahap selanjutnya (baca: malu tapi mau). Walhasil, cuma bisa memendam perasaan dengan dalih "jodoh itu ada di tangan Allah. Kalau jodoh mah ga kemana". Hheee, lucu! Jodoh emang d tangan Allah, tapi kalau nggak diusahain, ya bakalan di tangan Allah terus, kaleee! Iya nggak sih?

Mending kalau cuma dipendam itu perasaan, kalau jadi bikin galau di dunia nyata maupun maya? Bisa berabe!

Orek, balik lagi ke judul di atas. Actually, gue juga sedang merasakan hal yang sama denan judul: Malu Tapi Mau!

Kalau ada yang nanya, malu tapi mau dengan siapa? X, Y, atau Z? Wah wah.. Nggak ada yang tepat! Inisialnya sih A. Hheee, tebak-tebak buah manggis: siapa siapa siapa? *pake lagu Ayu Tingting.

Bukan Ananda (Mikola), bukan Andre (Taulany), bukan pula Azis (Gagap)! Yang benar itu, A for Allah. Hhee...

Ceritanya, belakangan gue lagi agak menjauh dari Doi. Selain makin sok sibuk dengan urusan dunia, sepertinya juga banyak dipengaruhi oleh tidak hadirnya gue dalam majelis Quran dua sabtu terakhir. Yang pertama karena bolos, yang ke-dua karena emang Ustadzahnya lagi ada acara. Bener-bener mirip daun yang udah berhari-hari tergolek di atas genteng dan terkena terik matahari pagi hingga sore. Rapuh!

Bukan bermaksud bangga mengumbar-umbar lagi sedikt futur, cuma mau cerita betapa baiknya Allah terhadap semua hambaNya. Emang ya, Maha Rahman Doi itu benar-benar meliputi seluruh mahluk ciptaannya, tanpa tapi dan tanpa pandang bulu! Mau yang taat/mengingkari, soleh/begajulan, laki-laki/perempuan/yang menyalahi kodrat, manusia/hewan/tumbuhan, pokoknya semua yang bernyawa, kebagian sifat RahmanNya Allah di dunia ini. Keren banget, yeesss, Tuhan gue, elo, kita semua! Masya Allah...

Then... Beneran malu banget nget nget tapi mauuu.. Pas gue lagi males-malesnya (insyAllah masih mengerjakan yang biasanya, kok... Cuma males-malesan aja ngerjainnya. Butuh energi lebih buat menghamba padaNya, intinya), eh Doi malah nambah rejeki gue. Bentuknya rahasia, yang jelas bakal menambah pundi-pundi penghasilan ke depannya. Huwaaa, bener-bener maluuu tapi mauuu (pake suara Gita Gutawa sampe nyangkut di leher suaranya)! Siapa coba yang nolak rejeki? Ketika hidup di Jakarta semakin sulit, orang berduitpun nggak bakal nolak kalau ditambah rejekinya, right?

Gue yakin, tambahan rejeki ini bukan karena ibadah-ibadah gue ataupun doa-doa gue, pasti doa yang nggak pernah putus dari orang-orang sekitar terutama Mamak Babeh gue. Wuih, terharu biru kemarin seharian...

Mungkin begini cara Doi menegur kemalasan si Nje. Ayo-ayo... Semangat terus beribadah n berusahanya. Biar makin berlipat kasih sayangNya, n makin bertambah terus rejekinya!

Kalau kata majalah Tarbawi edisi belakangan, tiap yang ditakdirkan menetap di bumi, rejekinya udah ditetapin sejak kita belum lahir. Masalahnya, rejeki itu sifatnya kepastian yang dibungkus ketidakpastian. Kepastian karena sudah ada jaminan dari Doi, makanya kudu dikencengin hubungan dengan doi. Sedangkan ketidakpastiannya, karena kita nggak tau bakal dateng dari mana, siapa, bentuknya kayak apa itu rejeki. Makanya ikhtiarnya juga kudu poll, ok ok ok?

Mungkin kalau udah terlanjur malu tapi mau, tinggal mantesin diri aja kali, yeesss? Udah ditambah rejekinya, terus mau apa? Syukur atau kufur? Ya syukur lah yeesss... Biar jadi mau tapi nggak malu-maluin!

*Eh, sotoy bin banyak omong ya Nje ini? Mohon dimaafkan, cuma mau berbagi ajah... :-P

Senin, 24 Oktober 2011

Kereta Tiba Pukul Berapa?

Noted: Ini bukan judul lagu Bang Iwan Fals, lho... Ini tak lain dan tak bukan adalah spontanitas yang gue ciptakan di senin pagi mengawali pekan ke-empat Oktober ini. Mudah-mudahan, MPman MPwati solihin solihat nggak bosan dengan tema ini, yeesss..

Menurut gue, tema ini penting b-g-t! Bikos wat? Karena takdir gue masih di atas jalan karyawan. Mungkin sebagian dari kalian juga bernasib sama menyedihkannya seperti gue (baca: jadi karyawan). Mungkin lagi, sebagian dari kalian juga akan bernasib sama seperti gue. Secara, mental orang Indonesia terutama ortu kita masih mental cetakan kompeni. Lulus sekolah/kuliah kudu kerja kantoran. Ya, salaaam... Tragis banget nggak sih nasib kita?

Gue acung jempol deh buat MPman MPwati yang sudah beberapa langkah lebih maju meniti karir sebagai wirausahawan/wati. 2thumbsup!

Sekali lagi gue katakan, tulisan ini lumayan penting bagi kebanyakan orang Indoesia kecuali jamaahnya Sandiaga S. uno, Ippho Right S, n Bob Sadino. Jamaah tiga orang ini mah nggak rekomended banget baca tulisan gue. Kecuali bagi yang berkenan membaca, yaudin, gue nggak maksa, sila dibaca. Hhee.

Ok, markilai (mari kita mulai) tulisan tentang spontanitas seri ke berapa tau (saking seringnya dibahas) ini. Nggak tau ada kekuatan dan bisikan dari mana,jam12malem sebelum tidur kemarin, intuisi spontanitas gue mengatakan bahwa hari ini harus berangkat ngantor naik kereta. Titik.

Paginya, walaupun meleset jauh 45menit dari rencana yang udah terjadwal semalam, berangkatlah gue menuju stasiun pondok ranji, yang letaknya sekitar 45menit satu kali naik angkot dari depan rumah.

Herannya lagi, gue udah tau kalau kereta menuju manggarai sudah berangkat sejak setengah7, kereta menuju depok pun akan berangkat pukul 7an. Tapi tetap aja hati ini mantab untuk memilih ikhwan A, eh, memilih naik kereta. Hhee. Walhasil, gue harus ngeteng ke st tanah abang dulu untuk sampai ke st manggarai.

Sengaja gue pilih kereta ekonomi non AC menuju st tanah abang. Selain murah meriah tapi bikin gerah, ini juga salah satu ikhtiar gue sebagai calon pemimpin umat dan agama: merasakan sulitnya kehidupan rakyat kecil (alasan ke-dua sepertinya hanya bumbu tulisan, tapi tolong dipercaya!). Asap rokok mengepul di mana-mana, tatapan curiga memenuhi raut wajah kebanyakan penumpang, namun tak ketinggalan, beberapa suara tawa canda masih terdengar dari mereka yang mungkin sudah tiap hari bergelut dalam dunia sumpek kereta ekonomi milik masyarakat ekonomi kelas menengah ke bawah ini.

Sumpede... Capek banget! Beda jauh dengan kondisi bis Mayasari Bakti Tangerang-Pulogadung ber-AC yang biasa gue naikin. Adeeem!

30menit kurang lebih perjalanan st Pondok Ranji-Tanah Abang yang gue lalui dengan berdri kaki. Bikin ngedumel dalam hati, tapi nagih! Hheee. Untung kereta menuju st Manggarai berAC plus kosong pula. Bisa kali buat uncang-uncang kaki, selonjoran, bahkan tiduran... #eh?!

Sayangnya cuma 10menitan surga dunia yang membawa gue hingga ke st Manggrai. Setelah itu, masih harus menyusuri terminal Manggarai, naik MM49 menuju Utan Kayu, dan jalan kaki lagi 10ment hingga betul-betul sampai gerbang kantor.

In the end of my story, markipulkan (baca: mari kita simpulkan)...

Lagi-lagi, mencipta spontanitas itu... PENTING banget! Hheee.
Berita baiknya, tadi pagi gue mendengar kesaksian dari mulut teman satu ruangan dan status fb beberapa teman, bahwa Jakarta pagi ini super duper muaaacet! Tapi overall, nggak peduli ongkos sama mahalnya, energi terkuras lebih, yang penting... Spontanitas hadir, rutinitas minggir! Aheeyyy! XD

doa berbuka puasa hari ini: Ya Allah, mudah2an tahun depan hambamu ini sudah tidak menjadi karyawan lagi. aamiin :) met berbuka!

Minggu, 23 Oktober 2011

MP-man MP-wati... invite flickr gue dooonk: Enjeklopedia. xiexie :)

Bike to Kampung!

Ketika di rumah bingung mau apa...
Ya bersepeda...
[Enje feat to Black]


Agak maksa emang dua bait lagu di atas, tapi beneran itu mewakili aktifitas gue hari ini banget.

Maaf-maaf nih-bukannya sombonh-biasanya nggak ada kata libur dalam kamus hidup gue. Alamdulillah, selalu aja ada aktifias (kebaikan insyaAllah) di luar rumah tiap weekend, baik dengan teman sekolah, kampus, kantor, dll. Sampai-sampai ortu, kakak, dan keponakan hafal banget dengan tingkah sok sibuk gue.

Makanya, pertanyaan mereka tiap Sabtu dan Minggu pagi itu nggak jauh-jauh dari kata-kata "Hari ini pergi ke mana?". Sebaliknya, kalau siangan sedikit gue masih beredar di rumah atau berlama-lama main sama keponakan, pertanyaan merekapun setipe dengan ekspresi kebingungan yang setipe pula: "Weiiit, tumben di rumah aja, emang nggak kemana-mana hari ini?". Etapedeee!

Segitunya banget, yeesss... Sesibuk-sibuknya manusia juga kan butuh istirahat dan kumpul-kumpul bareng keluarga, right?

Eniwey... Sebenarnya nggak direncanain juga kalau hari ini bakal berdiam diri di rumah. Udah menggebu-gebu malah pengen ketemu dengan teman-teman sma (percaya ga?). Tapi apa mau dikata, nomor hape baru menghancurkan segalanya! Sms balasan dari salah seorang adik kelas, nggak gue terima sampai tadi pagi. Jadilah gue berfikir mereka pada lagi sibuk sampai nggak sempat buat ketemuan rutinan.

Kata salah satu teman sih, provider baru gue emamg begitu. Banyak sms yang nggak sampai ke tujuan, nyangkut entah di mana. Beneran jadi mau beralih lagi ke A* dah kalau begini keadaannya. Padahal belum sebulan ganti A*is demi internetan murah. Hix!

Sebetulnya badan lagi nggak enak juga (baca: masuk angin) buat diajak jalan. Gue pun mencoba mengikuti kebiasaan sebagian orang menghabisi weekend dengan istirahat full di kama. Tapi ternyata, makin dimanjain dengan istirahat, makin nggak sehat mental gue. Males ngapa-ngapain!

Akhirnya, setelah maksain (saking malesnya) naro cucian kotor di mesin cuci, gue putuskan sore tadi buat sepedaan ke jalan raya sambil nunggu azan maghrib. Sekalian nyicip beberapa jalan yang katanya udah mulus berkat kemurahan salah satu calon gubernur (thanx, Bu. Rajin-rajin aja nyalonin diri jadi pemimpin, biar infrastruktur terkontrol terus. Yayaya... :-))

Jalanlah, eh salah, bersepedalah gue sore tadi dengan rute: rumah-rumah kakak-jalan raya ceger-depan kampus stan-jalan warjeng-rumah kakak-rumah. Pas banget, nyampe rumah pas azan Maghrib.

Actually, bisa juga sampai rumah sebelum maghrib. Tapi sengaja gue lama-lamain dengan mencari jalan alternatf aka jalan tikus.

Usaha pertama sukses! Akhirnya gue tau bahwa ada jalan kampung menuju persis seberang gerbang kampus stan dari rumah gue. Lumayan ancur jalannya, tapi justru mantabs banget sensasinya buat menghempas rasa malas yang bercokol sejak pagi tadi dalam diri. Apalagi baut-baut sepeda mini yang beberapa sudah lepas (maklum, sepeda tua. Lungsuran pula!) bersatu dengan suara klakson (hheee, motor, kalee!) ketika melewati turunan di jalan yang rusak tanpa memegang rem, hmmm... mengasilkan harmoni suara yang dahsyat... Berisiknya! Hheee.

Tapi sayang, usaha ke-dua untuk menemukan jalan pulang dari warjeng menuju ceger, gatot! Padahal, patokan gue adalah rumah gede bak istana satu-satunya di kampung rumah gue. Waktu ngeliat gentengnya yang menjulang dari jalanan warjeng, gue yakin pasti ada jalan tembus menuju rumah itu. Ternyata, nggak selalu begitu ketentuannya. Tiga kali gue coba meraba-raba jalan kecil nan rusak sambil nanya-nanya kepada warga setempat, tettooot... Ternyata buntu, Sodara-i!

Akhirna gue nyerah... Kembali gue telusuri jalan umum menuju rumah. Sediiih, capek, ngos-ngosan, tapiii... Senang! Akhirnya bisa menutup hari dengan spontanitas... XD

Sabtu, 22 Oktober 2011

Pilkadang di kampungnya Markonah

Gimana ya mengawali tulisan ini?

Suatu hari di... Ah, basi.
Hari ini gue... Yah, keliatan banget curhatnya.
Eh tau nggak lho?... Sok ABG deh gue. inget umur!

Okd, gue nyerah.
To the point aja kalau beg beg begituh. Gue, anak Jakarta yang kegusur dari tanah nenek moyangnya sendiri, hingga harus menepi ke Banten pinggiran tepatnya BSD aka Bintaro Sonoan Dikit (penting nggak sih?), ingin sedikit bertutur tentang temen gue yang bernama Markonah.

Doi ini tingal di salah satu provinsi yang nempel dengan Jakarta. Katanya sih, hari ini di lingkungan rumahnya lagi ada pemilukadang (pemilihan umum kepala udang!). Nggak ngerti pemilihan apa yang dimaksud, mending kita dengerin aja yuk cerita doi:

"Pagi-pagi sekitar jam7, waktu gue sedang beberes rumah, pintu rumah diketuk.

Toktoktok..

Bergegas Bapak membuka pintu. Nggak biasa-biasanya ada tamu di pagi hari. Kalau ada, biasanya kakak gue yang nggak pernah ngetuk pintu. Langsung buka sendiri slongket di pintu. Penasaran, gue pun mencuri dengar dan lihat, ada apa dan siapakah gerangan?

Owowow... Ternyata ada teman Bapak yang bawain duit. Kalau gue nggak salah dengar sih, buat bertiga. Hmmm, apakah itu berarti buat Bapak, ibu, da gue? Kayaknya sih begitu, pasalnya nggak berapa lama, sebelum Bapak berucap terima kasih pada temannya itu, Bapak bertanya dengan suara agak lantang.

"Jadi, pilih nomor berapa nih?" tanya Bapak.

"Oh, nomor berapa aja. Satu juga boleh," jawab itu orang.

Apa? Apakah itu berarti? Ah, tidak... Lebih baik gue tanyakan langsung ke Bapak, apa yang gue dengar barusan.

"Duit apa Pak? Apa maksud tuh orang ngasih duit ke kita? Kenapa dia bilang coblos nomor satu juga boleh?"

Bapak hanya diam sambil membuka amplop berisi uang tersebut.

"Balikin uang itu sekarang juga, Pak."

"Jangan banyak cingcong. Kita tinggal di kampung orang. Jangan reseh. Ikutin aja aturan mainnya. Masa rejeki ditolak?" Bapak mulai naik urat.

"Kalau cuma puluhan ribu, Markon juga bisa ngasih Bapak. Balikin uang itu, Pak."

Bapak diam lagi. Masih asik dengan uang berkisar 60ribuan itu.

"Ok, kalau Bapak nggak mau balikin, terserah mau Bapak pakai buat apa, asal jangan kasih uang itu ke Markon dan Ibu. Dan jangan Bapak lupa omongan Bapak yang dulu-dulu. Ambil uangnya jangan pilih orangnya!"

Bapak masih saja diam. Fyuuuh!

08.00
Gue bersiap membawa Ibu ke TPS buat nyoblos pake kursi roda. Belajar dari pemilukadang sebelumnya, kalau bolanya nggak dijemput dan hanya menunggu berharap banget panitianya mau membantu mengantar bola ke rumah mengingat kondisi Ibu yang sudah payah, sudah pasti itu bola nggak dibawain. So, dengan bersusah payah gue bawa Ibu untuk nyoblos langsung ke TPS. Capek sih, tapi demi kampung gue yang lebih baik, gue rela melakukan itu semua.

Di jalan, gue ketemu teman Bapak yang tadi membawakan uang ke rumah. Sumpah, pengen gue rauk mukanya. Dasar antek-antek pemda! Dumel gue dalam hati.

Apalagi waktu doi nanya mau kemana, dengan ceplas-ceplos ge bilang, "Mau nyoblos, kalau nggak datang langsung, hak suara Ibu ilang kayak pemilu kemarin." Langsung gue tinggal tuh orang dengan sediiiiikit senyuman basa basi.

Di TPS, tatapan para panitia pemilu nggak kalah menjengkelkan. Mereka, termasuk di antaranya ketua dan manan RT rumah gue, menatap gue dengan tatapan nyebelin. Bodo lah, biarin dibilang aneh sekalian. Toh yang membuat gue seperti ini juga kalian, Antek-antek Pemda! Huh!

Alhamdulillah, Ibu bisa nyoblos juga kali ini. Nggak ketinggalan, gue juga minta kakak ipar buat gantiin hak nyoblos kakak gue yang sudah pindah ke luar kota. Agak-agak curang sih, tapi daripada hak suara itu diambil sama yang lain yang punya misi besar menguasai daerah rumah gue, lebih berabe!

Bada nyoblos, gue anter Ibu ke rumah kakak yang lumayan dekat dengantempat nyoblos. Ah, belum hilang dongkol di hati terhadap kelakuan beberapa orang, eh ada lagi kabar buruk dari anak kakak yang kerja di salah satu percetakan besar. Katanya, semalem ada salah satu calon yang mendadak minta dibuatin lembaran yang berisi kejelekan-kejelekan satu lawannya yang lumayan diperhitungkan oleh masyarakat sekitar. Untungnya, bos percetakan tersebut nggak mau menuruti permintaannya. Wuih.. Sukur deh!

Sore menjelang, pulang dari rumah kakak, perhitungan suara sedang berlangsung. Gue mampir sebentar untuk mengetahui hasil akhir. Wuiiih, hasilnya nggak mengejutkan. Yang punya banyak uang dan berlaku curang, so pasti menang! Lumayan telak malah. Hiks, sedih gue!"

Hahay, Markonah, Markonah... Nggak usahlah sedih begitu. Bukan di kampung lo aja yang kayak begitu, buanyak kampung lain yang lebih subur lahan kecurangannya, salah satunya di daerah rumah gue. Tooosss! XD

Kamis, 20 Oktober 2011

Yaaah... Lagi2 keduluan Babeh tentang berita teranyar: tewasnya Ghadafi. Malluuu! o_O

Mencipta Spontanitas (lagi)

A: Spontanitas, apaan tuh?
Acara reality show era 90-an yang punya jargon 'uhuy' kah?
B: Bukan, itu mah Spontan nggak pake -itas!

A: Atau jangan-jangan, bis berbodi extra yang banyak melintas di Jakarta?
B: Yeeh, itu mah Patas!

A:Owowow... Itu pasti yang ada di kamar mandi buat nyiduk air?
B: Haaah.. Apaan tuh?
A: Gayung!
B: Gigigigi (ketawa ala baru)... Bener-bener nggak nyambung!

***

Masih nyambung dengan postingan sebelum-sebelumnya tentang rutinitas dan spontanitas, ada satu tips untuk menghadirkan spontanitas di tengan rutinitas yang kelupaan-baru kepikiran tepatnya. Baru banget gue sadari, ternyata sudah terlampau sering gue dan teman-teman kantor (di satu ruangan) mencipta spontanitas tersebut...

Emang yeesss... Very something kalau punya atasan orang sanguin (sanguin itu sodaranya orang sasak, hheee). Apalagi kalau bawahannya juga orang sanguin. Biar kata nggak semuanya, yang sanguin-sanguin itu biasanya akan menularkan jiwa-jiwa pasar (ramai dan gaduh, maksudnya) kepada orang-orang di ruangan tersebut. Ruanganpun selalu ramai dengan canda tawa. Nggak ada yang namanya mumet kerja dan kepala penat, yang pasti akan membuat iri tetangga di ruangan sebelah deh. Eh, apa disebelin sabab keterlaluan berisiknya? Hanya Allah dan para tetangga yang tau.

But... Nggak selamanya juga sih bekerja di lingkungan orang sanguin itu menyenangkan. Ada juga tingkah mereka yang-bagi sebagian orang-kadang nyebelin. Ritme kerja yang nggak bisa ditebak dan terlalu santai, misalnya. Buat orang yang tertata hidup dan kerjanya, mungkin orang sanguin dianggap bikin capek. Kalau dia (orang sanguin) lagi menggebu-gebu terhadap sesuatu, harus dikerjakan sekarang juga dan (kadang) menomorsekiankan pekerjaan atau tugas utamanya.

Bukan bermaksud ngomongin kejelekan orang lain. Hanya melihat diri sendiri, teman satu ruangan, dan atasan gue. Hheee.

Tapi eh tapi, menurut gue niiih, yang negatif-negatif dari kerja orang sanguin itu nggak selamanya buruk bin nyebelin deeeh (secara ngomentarin diri sendiri dan orang sejenis, so pasti bernada pembelaan ;-)). Pasalnya, yang negatif tersebut justru kadang menjadi salah satu cara buat mengentas rutinitas.

Bisa bayangin, lima hari dalam satu minggu menjadi karyawan angkatan 85 (nyampe kantor jam 8, pulang jam 5)? Oh meeen, betapa membosankannya dunia! Apa bedanya kita sama robot, kalau begitu?

Atau nggak, coba bayangin kalau tiap seminggu sekali rapat di ruangan tertutup dan terus berulang selama takdir masih menggariskan diri lo menjadi karyawan? Oh my... Apa fungsi mall dan plaza yang terserak di Jakarta kalau begitu?

Atau nggak lagi, coba bayangin kalau tiap hari lo harus kerja 8 jam tanpa diselingi hal-hal yang bisa mengakrabkan antar sesama seperti nyanyi-nyanyi bareng (karokean bareng lebih nampolkayaknya), membuat lelucon di siang bolong, makan bubur kacang ijo bareng di warkop terdekat, atau hanya sekedar menanggapi (memuji) hal-hal sepele dari kerjaan teman? Wiih, pasti hari senin bakal terasa ngebosenin, selasa menjadi nelangsa, rabu amat bau, kamis terasa pesimis, dan jumat bakal kiamat! Hanya sabtu dan minggu yang begitu diunggu! Cucian banget, kaaan?

Menurut gue sih... Menjadi karyawan itu emang pilihan hidup yang lumayan mnyedihkan. Tapi berteman dngan orang-orang sanguin, eh salah, melakukan hal-hal spontanitas demi menumpas rutinitas seperti yang sering dilakukan orang sanguin, menjadi pelipur lara yang tiada terkira di dunia kerja. Yuk deh, bersama kita mencipta spontanitas! :-D

*ditulis bada rapat dadakan menjelang maghrib yang diakhiri makan burjo bareng di Warkop Jalan Wahab, Utan Kayu. Aheeyyy, happy banget. Very something!

@salimafillah: InsyaALlah; #MajelisJejakNabi Jumat 21 Okt, Masjid Al Hidayah Superblok Gandaria City bakda Isya':) siapa mau ikut? :D

Selasa, 18 Oktober 2011

Nyebur Dalam Kubangan Fotografi

Kalau difikir-fikir, bener-bener gaya si Nje! Kamera aja (bahkan yang poket) nggak punya, sok-sokan belajar fotografi. Tapi mau gimana lagi, ini tuntutan profesi, Woman!

Beberapa kali dipercaya memegang kendali dokumentasi di dalam maupun luar kantor, mau ga mau ge kudu melakukan yang terbaik (tumben.co.uk (bukan unitedkingdom, tapi utankayu)).

Puncaknya ketika konser Maher Zain kemarin. Walaupun sudah ditentir sedikit dengan teman yang emang profesinya fotografer, tetap aja ga mudeng. On d spot gituh belajarnya. Detik-detik konser MZ dimulai. Nggak lama kursus kilat berlangsung, kamera Fuji yang gue pegang ngedrop! Hilang sudah semua settingan yang sudah dikondosikan teman gue sesuai dengan pencahayaan Istora Senayan. Alahai... gatot deh mendapatkan hasil jepretan terbaik (sok udah ahli aja ya bahasanya).

Bada itulah semangat belajar teknik fotografii gue meluber hingga mengalahkan semangat Ngempi gue (padahal mah Ngempi mulu tiap hari yeesss). Diawali dengan improvisasi kepada si fotografer, rencana gue berjalan lumus. Doi bersedia ngajarin FREE alias cuma-cuma. Begini kira-kira percakapan gue dengan doi dua minggu yang lalu...

"Mau tanya dunk, Ja... Tau ga tempat kursus foografi di sekitar sini yang seuai dengan budget SDM? Mau ikutan nih, sekalian buat nambah jam belajar pribadi," kata gue mengawali.

"Banyak kok tempat kursus fotografi. Tapi, kalau bisa belajar sama teman, ngapain kursus segala?" kata teman gue enteng.

Yes yes yes, sesuai dengan rencana. Temen gue emang teope begete! Sesuatu yeesss...

"Eh, maksudnya lo mau ngajarin nih? Beneran? Kapan, kapan?" gue langsung memborbardir, takut hangus penawaran sangat langka ini.

"Gampang... Ntar kalau deadline udah kelar, atur aja dah!" jujur gue ga tau ekspresi doi karena percakapan ini berlangsung via semacam chat fasilitas kantor. Berharap ekspresi senang membantu.

"Okd... Kapan, kapan selesai deadline?" beginilah salah satu cara jitu menunjukkan antusiasme kepada lawan bicara. Eh, apa nggak tau malu? Bener-bener saru, yeesss.

"Akhir bulan ini insyaAllah."

"Siiip, ditunggu janjinya segera, yeesss"

"ok."

Dan, tau ga... Sebelum akhir bulan doi sudah menunaikan janjinya aja lho, walaupun medadak aja.

Siang hingga sore tai, gue dan dua orang teman yang juga biasa megang kamera, memulai sesi pertama kursus CUMA-CUMA itu. Alhamdulillah udah langsung kenalan dengan icon M (manual), S (speed), F (diafragma), ISO, flash, MF (manual focus), AF (auto fokus), A (aperture), S (speed priority), P (program), Auto, dan beberapa kawannya di luar ombol menu. Cihuy banget kenalan dengan kamera dan printilan-printilannya. Very something!

Bada materi trilili lebih seru, karena kami langsung mempraktekkan apa yang sudah dipelajari di awal plus tanya jawab beberapa teknik yang Biasa kami lihat di majalah-majalah. Limpahkan pahala tak terhingga untuk Lao Tse dadakan kami, ya Allah...

Nah, sudah jelas kan motif gue belajar fotografi? Bukan karena gaya-gayaan ngikutin tren, atau juga demi dibilang keren. Profesi inilah yang membuat gue mau ga mau belajar alat yang sering gue pakai ini. Makanya judulnya nyebur, bukan mendalami atau mengeluti. Kan diawali dengan keadaan baru kemudian harus tenggelam (nyebur).

Lagian.. Bukannya salah satu cara mendapatkan perrolongan Allah adalah dengan jalan memantaskan diri? Anggap aja lah ini upaya gue memantaskan diri untuk memiliki kamera (yang bukan poket, apa sih namanya?)di tahun depan? Biar Allah yakin banget gitu, kalau gue udah layak punya kamera macem begini. Mungki juga melallui tangan-tangan MP-man MP-wati yang rajin beekunjung ke rumah EnjEklopedia ini. Amin, ya Allah... ;-)

Senin, 17 Oktober 2011

Dunia 2 Wanita

Kalau bicara tentang wanita... Apa yang terlintas di benak kalian, wahai MP-man MP-wati?

Kayak-kayaknya sih, BAWEL akan menjadi satu kata yang paling meewakili mahluk yang tercipta dari tulang rusuk kaum Adam ini deh... Gue yang terlahir sebagai salah satu wanita pendiam di muka bumi ini (pitnah banget!), pun mengamini opini publik yang sudah turun temurun dari jaman firaun tersebut (emang iya ya?)

Yaaa, anggap aja iya. Karena sediem-diemnya dan sekalem-kalemna gue (opini pribadi bukan fakta!), gue pun doyan curhat kepada siapa aja., termasuk teman lama. Kalau bahasa teman ngaji gue: doyan ngeluh! o_O

Seperti sore ini waktu janjian dengan salah satu teman dekat di kampus dulu. Dari kantor hingga perjalanan menuju tempat kteemuan, gue sudah menyusun daftar masalah yang mau gue curhatin ke teman gue ini. Salah satunya mau pamer satu barang istimewa (tebak-tebak buah manggis^^).

Di 1/8 pertama sesi curhat kami, gue sukses mendominasi. Barang istimewa gue juga sudah gue pamerkan. Tapi selanjutnya... Hiyaiks! Posisi bertukar 180 derajat hingga akhir sharing. Ibarat Valentino Rossi yang biasa di pool position, namun kini harus rela berada di posisi buncit motogp (perumpamaan yang agak imposible ga sih?). Intinya, gue yang tadinya melakoni pembicara aktif, kini menjadi pembicara pasif. Hiks, nggak tersalurkan deh hasrat berbagii (apa mengeluh?) yang sudah dipersiapkan...

Tapi eh tapi... Not bad juga jadi pembicara pasif alias pendengar. Jadi banyak bersyukur ajah rasanyah. Kadang berfikir, hidup gue kurang beruntung kalau dibanding-bandingin dengan teman kuliah yang lain. Padahal mah, setelah asik mendengarkan berbagai curhatan teman, enggak sama sekali. Justru, kekurangan ini adalah Anugerah dari Allah. Tampang dan penghasilan yang pas-pasan alhamdulillah sedikit menjauhkan gue dari masalah yang ditimbulkan keduanya lho... *underestimatenya kambuh

Antara sedih dan lucu mendengar curhatan betapa menderitanya teman yang berwajah rupawan. Apalagi mendengar berbagai praktek kurang halal di tempat kerja doi. Padahal gajinya lumayan...

Hhiii... Seandainya gue yang di posisi doi, pastinya gue ga ga ga kuat deh menghadapi semua itu. Emang Allah itu adil beudh yeesss... Selalu dan bakal Ngasih ujian sesuai dengan kadar kemampuan hambaNya. TeOpe deeeeh! <3

Minggu, 16 Oktober 2011

Pohon Tiga Rasa Buat Rakyat Banten

Wiii... hari ini ngebolang ke daerah Serpong sampaii Tangerang kabupaten bersama teman SMA. Niatnya mau rekreasi, tapi karena satu dan lain hal, rekreasi diganti dengan keliling BSD naik angkutan umum dari pagi sampai zuhur. Ga ga ga kuat! Hheee.

Selama enam kali ganti angkutan hingga balik lagi ke pintu tol veteran Bintaro, sejauh mata memandang, Serpong kampung masih berlatar pepohonan hijau. Namun, pohon musim ini sepertinya beda dengan pohon yang gue liat di Jakarta (di deket rumah gue juga ada dink... tapi nggak selebat di Serpong). Ada tambahan bagian pohon di sepanjang batang utama pohon-pohon tersebut. Kita sebut aja buah, deh yeesss.

Buah-buah tersebut, kalau gue perhatiin terdiri dari tiga rasa: rasa BERSATU, rasa PERUBAHAN, dan rasa SEGERA SEJAHTERA. Hheee, yang orang Banten pasti tahu deh buah-buahan ini...

Konon, ketiga buah ini BBB aka. Bukan Buah Biasa. Sabab, buah ini ada empunya! Pemilik buah pertama adalah anaknya Jawara Banten dan mantan aktor ternama ibukota. Keduanya sudah sangat mashur di telinga rakyat Banten, karena duitnya yang bejibun!

Pemilik buah ke-dua adalah tokoh ternama di Tangerang kota. Kabar punya kabar, doi ini antek-anteknya partai biru Indonesia (apa hayooo?). Sedangkan pemilik buah ke-tiga adalah antek-antek partai padi yang diapit bulan sabit. Harusnya, beliau ini sudah dikenal oleh masyarakat Banten, karena sudah beberapa kali mencalonkan diri menjadi pemimpin setempat. Sayangnya, dewi fortuna nggak pernah mau dekat-dekat dengan beliau (pasti karena dewi fortuna tau kalau doi ini berlabel ikhwan, kudu jaga hijab gituh!) alias kalah melulu!

Nah... ketiga pemilik buah ini gue dengar sedang berlomba menjajakan buahnya khusus buat rakyat Banten. Peraturannya, siapa yang sukses menjual buahnya paling banyak, mereka bakal terpilih menjadi pemimpin Banten selama lima tahin ke depan. Wuih, pertarungan super dasyat!

Peetanyaannya adalah... Buah manakah yang kini paling banyak diminati oleh rakyat Banten?

Ahhaaa... Beberapa hari ini tiap mau berangkat ngantor, gue menemukan jawabannya, sodari/i! Sesuatu banget, karena rakyat kecil seperti gue yang tiap hari menggunakan angkutan umum, menaruh perhatian lebih terhadap para pemilik buah tersebut, terutama pemilik buah rasa BERSATU dan PERUBAHAN.

Menurut mereka, pemilik buah rasa BERSATU itu duitnya buanyak. Terbukti, belakangan beberapa jalan utama di beberapa titik i Tangerang menjadi mulus berkat kemurahan hati beliau. Salah satunya jalanan depan rumah gue lho... Bukan hanya mulus seperti pantat bayi, tapi juga dibangun parit di sisi kanan kiri jalan. Manab tuenaaaan!

Hati mereka juga tercuri setelah si empunya buah ini melakukan lomba gerak jalan keliling kampung gue beberapa pekan lalu. Hadiahnya menggiurkan, bow! Sampai-sampai, Babeh gue yang udah nggak suka jalan jauh-jauh karena faktor U, excited buat ikutan. Sayangnya cuma sampai pendaftaran. Hari H doi ngerasa nggak kuat. Etapedeee!

Pemilik buah rasa PERUBAHAN nggak kalah popular sebenarnya. Hanya saja, cakupan kepopularannya masih kalah dibanding pemilik buah pertama. Doi ini sangat terkenal di kalangan Masyarakat kota. Kepemimpinannya top markotop deh kata mereka.

Administrasi nggak ribet, suka ngundang masyarakat setempat dalam pengajian dan sarasehan di rumahnya. Mereka tersepona katanya dengan gaya kepemimpinan doi.

Sayangnya, doi ini berasal dari partai biru di Indonesia. Jadi kemungkinan besar buah dagangannya kurang diminati oleh masyarakat Banten di luar Tangerang kota. Oh, poor you!

Pemilik buah rasa SEJAHTERA, apa kabar yeesss? Kabar baik, hheee. Cukup dikenal oleh rakyat Banten, gue yakin. Hanya sayangnya, doi kurang popular dibaning dua rivalnya. Kasiam kasian kasian!

Padahal eh padahal, kalau menurut gue yang nggak ada hubungannya dengan Effendi Ghazali, buah rasa SEJAHTERA lebih enak dan dibutuhkan rakyat Banten dibanding dua buah yang lain.

Alasannya?

Ya... lebih konkrit aja kayaknya rasanya.
Coa pikir deh...

Rasa Bersatu... Emang kemarin-kemarin Banten musuhan terus sampai harus makan buah BERSATU? Kayaknya nggak nyambung, yeesss...

Rasa PERUBAHAN lebih aneh lagi menurut gue. Nggak jelas, kalau makan buah itu, setelahnya akan berubah bagian mananyakah rakyat Banten? Berubah menjadi Ksatria Baja Hitam? Sayang, hanya Allah dan beliau yang tau akan dibawa kemana Rakyat Banten.

Nah, kalau buah rasa SEJAHTERA sepertinya dan harusnya disukai rakyat Banten. Karena kondisi Banten terutama di pedalamannya emang masih belum sejahtera. Dibutuhkan buah rasa SEJAHTERA agar rakyat Banten segera sejahtera dalam lima tahun mendatang.

Iya nggak sih?
Hhheee... hanya persepsi pribadi sih. jangan diambil hati pliisss XD

Sabtu, 15 Oktober 2011

Qais Nggak Majnun-majnun Amat

MP-man MP-wati...
Pernah denger kisah berjudul Layla Majnun? Itu lho... Seorang laki-laki bernama Qais dari keturunan bangsawan, tampan, digilai oleh para wanita, tapi malah tergila-gila dengan seorang gadis kampung yang jauh dari paras cantik, dan nggak bebanda pula alias kismin.

Sejak bertemu dan kenal dengan Layla, sosok Qais ini berubah 180 derajat. Teman-teman cowok sesama keturunan bangsawan, cewek-cewek di sekeliling Qais, dan keluarganya sungguh bingung dengan kelakuan Qais yang makin aneh dari hari ke hari. Makanya, doi sampe dapat gelar Layla Majnun atau kalau bahasa arabnya Majnunu Layla (sok ngarab... bener nggak nih?)

Yaaa, wajar aja deh yesss... Namanya juga orang lagi jatuh cintrong! Telek ayam dibilang coklat pasta, e* kambing dibilang chacha. Bukan begitu, MP-man MP-wati yang masih waras? Pernah lah ya ngerasain jatuh cinta...

Nah, ceritanya... tadi sore pas 'nimba ilmu' di TMBookStore Depok, gue baca satu buku kumpulan kisah islami berjudul Kerakusan Nabi Sulaiman (kalau nggak salah-berarti benar- sih judulnya begitu). Nah, kisah pertama itu tentang si Qais dan Layla.

Waktu baru pertama banget baca kisah mereka berdua di Serial Cinta-nya Ust Anis Matta, gue sempat mengasihani cinta si Qais yang sampe segitunya kepada Layla. Tapi setelah tadi membaca lagi kisah mereka, gue jadi lebih tau alasan Qais tergila-gila dengan sang pujaan hatinya.

Cinta Qais pada Layla, tak lain dan tak bukan, dasarnya adalah kecakapan ruhani Layla yang terpancar dalam tutur, sikap, dan lakunya. Kalau jaman sekarang, namanya Inner Beauty, kali yeesss...?

Bahkan, ketika teman-temannya sesama pemuda dari kalangan bangsawan menanyakan keheranan mereka atas cinta gila Qais, doi menyuruh teman-temannya untuk senantiasa bangun malam demi melihat kecantikan Layla yang seungguhnya!

Hmmm... beneran gue jadi dapet satu pelajaran baru yang gue amini dari dua pargrap terakhir yang ditulis penulsnya, bahwa pemuda-i seharusnya meneladani kerja cinta gila Qais. Mencari wanita yang baik agamanya untuk dicintai.

Kalau perkataan keren Rasul seperti ini kira-kira; tankihul mar-ah lil arba': limaliha, lijamaliha, linasabiha lidiniha (lagi... bener ga sih hadisnya kek begitu? Maaf sotoy o_O). Intinya sih... wanita itu dicintai karena 4 hal di atas. Walaupun syarat tentang agama disebutkan di urutan paling buncit, tapi Rasul memerinahkan untuk melihat agamanya terlebih dulu di atas segalanya (harta, kecantikan, nasab). Ini sepertinya berlaku juga untuk kriteria laki-laki yang harus dipilih wanita, yeesss...

Jadi, agamanya agamanya agamanya dan agamanya dulu dibandingg apapun.

Nah, jadi dapet pelajaran lagi nih... Kalau begitu kata Rasulullah, melihat kiteria agama di atas segalanya, kita wanita juga kudu ngaca, yeesss... Mau dapetin yang soleh, ya berbenah diri juga. Ngaca gituuuh, Njeee! :-)

*ngingetin diri sendiri.
**lagi belajar make pedang ( smartphone) buat ngiris daging (sesuai dengan fungsinya). Hhiii, alasan yang saru dengam pamer!

Jumat, 14 Oktober 2011

Penting: Hancurkan Rutinitas Dengan Refreshing!

Masih tentang Mbak Ollie, tepatnya salah satu dari sekian banyak sharing-nya kemarin di markas Ummi Grup.

Selama masih berkutat dengan dunia kerja kantoran (bahasa kasarnya: kuli), pasti akan bersinggungan dengan yang namanya rutinitas. Yep, r u t i n i t a s.

Tiap hari ngerjain pekerjaan yang itu-itu aja, sebagai manusia normal, so pasti boring banget! Gue ngerasain juga soalnya...

Nah, point of view-nya adalah (gaya... padahal ga tau arti sesungguhnya)... rutinitas itu bahaya sangad. Kehadirannya dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan jantung, kanker, hipertensi, gangguan janin, dan... Eh eh, itu mah bahaya rokok, yeesss... Maksud, rutinitas itu dapat menimbulkan infertiitasl (bener ga sih?) atau kemandulan bukan hanya pada kaum adam, tapi juga kaum hawa! So, its very danger!

Mangkanya, rutinitas harus dihapuskan dari kehidupan elo, gue, kita semua... Kalau nggak... end!

Nah, gimana caranya?

So simpel! Nggak sampai mngeluarkan duit berlembar-lembar apalagi berton-ton. Kuncinya adalah rajin-rajin menciptakan spontanitas di tengah aktivitas.

Prakteknya?

Cukup dengan hal-hal kecil seperti:
1. Buat yang suka memakaijam tangan d sebelah kanan, coba biasain pake di sebelah kiri. Dan sebaliknya. Gue udah nyobain, emang nggak pewe we we we, tapi jadi biasa aja ke sininya.
2. Buat yang biasa pakai kendaraan pribadi buat beraktivitas, coba sekali-sekali naik angkutan umum dan rasakan sensasinya. Apalagi yang tinggal di pinggiran Jakarta, aktivitas di Jakarta (gue misalnya), insyAllah makin banyak bersyukur deh melihat mereka yang mengais rejekinya langsung di bawah terik matahari. Rambut merah, kulit gelap, muka terlihat lebih tua dari ukuran badannya. Ckckck, kasian kasian kasian!
Cobain juga di sepanjang perjalanan membeli apa aja yang ditawarin para pedagang asongan. Mbak Ollie pernah melakukan ini satu waktu, n you know... bukan cuma gembolannya yang bertambah sampai kantor, rekeningnyapun ikut-ikutan gembol nggak tau rejeki dari mana asalnya (yang jelas sih sumbernya dari Allah,yaaa). Emang bener-bener the miracle of sedekah yeesss...
3. Nah, buat yang biasa naik kendaraan umum, jajal deh jalur pulang dan pergi beraktivitas yang nggak biasa. Misalnya, rumah di tangerang pinggir kuliah di depok (ini sih gue bangget), kalau biasa pakai jalur tol veteran-ps rebo biar hemat waktu, mungkin sesekali perlu mengulang kembali jalur depok-blokM-ciledug yang bikin mules tapi murah meriah. Lumutan di jalan sih so pasti, tapi rasakan bagaimana segarnya pikiran melihat jalur baru. Freeeesh gile!
Gue bisa ngomong gitu karena gue udah nyobain dua hari ini. Kemarin, sebelum naik MM69 dari blokM, gue refreshing sejenak mampir ke pusat buku murah di BlokM Square. Sok-sokan book shoping, padahal mah bawa duit pas-pasan buat ongkos pulang aja. Hheee, yang penting refreshing (maafin ye, pak bu penjual buku)...
Kalau hari ini beda lagi, dulu-dulu gue udah bersumpah di depan beberapa teman untuk nggak pulang lewat tanah kusir yang macetnya nggak berujung. Tapi tadi tiba-tiba aja mau ngejajal lagi. Kali perkiraan gue udah meleset (walauoun nyatanya nggak meleset sama sekali. Masih ajah macetnya nggak ketulungan, bow!). Hampir 3 jam tadi perjalanan pulang utan kayu-pondok aren. Tapi nggak berasa kok, selama smartphone on terus (jadi intinya gue udah punya smartphone, niiih *pamer.ac.id).

Yah, begitu deh pembahasan singkat tentang rutinitas. Gimana, gimana... dapet ilmu kah baca postingan gue kali ini? Bilang dapet, duooonk...

Eh, tapi tunggu.. Masih ada satu tips yang ketingalan untuk menumpas rutinitas. Ini khusus buat kamu-kamu yang sudah berkeluarga. Tapi eh taoi, berhubung yang nulis tips beluman berkeluarga, tafadhdhol lah mau dipakai atau nggak. Kalau dipakai.. tanggung sendiri akibatnya, yeesss...

4. BUAT YANG SUDAH BERKELUARGA ONLY: mungkin ( tolong dibold, underline, italic) bisa mengusir rutinitas dengan: rajin-rajinlah bersilaturahim ke rumah mertua demi mencicipi masakan khas mereka yang mungkin beluman pernah dimasak istri tercinta. Atau juga bisa bekpekeran dadakan bersama pasangan dengan tanpa membawa persiapan (duit doank, yang lain JANGAN). Atau bisa juga karokean saat jam istitahat ajak pasangan, janjian aja on d spot (wah wah... kalau ini sih gue mau banget!). Atau... apa lagi yeesss? Ada yang punya tips lain? Maklum, beluman berkeluarga, jadi belum ada pengaaman o_O...

*1/2 tulisan dibuat di atas MM71 pake smartphone (pamer banget) XD

Kamis, 13 Oktober 2011

Ngabuburit Bareng Mbak Ollie dan menghasilkan duit!

Hay hay hay...
Bloger mania, mudah-mudahan nggak bosan ya dengan postingan gue. Hheee,nggak tau kenapa, dari kemarin bawaannya mau berbagiii aja dah.

Berharap ada minimal satu pelajaran yang bisa kalian petik pulang dari sini yeesss...

Beberapa hari ini, sesuatu deeeh! Setelah bertemu lebih dekat dengan Mbak Ifa Avianty, Fadly Padi, Irfan Makki, dan Maher Zain, kali ini Allah melalui profesi ini mempertemukan gue kembali dengan penulis yang juga pebisnis di jagad maya, Ollie Salsabeela.

Buat yang masih belum ngeh dengan nama tersebut, ingat aja toko buku online kutukutubuku.com atau nulisbuku.com yang merupakan penggagas penerbit indie di Indonesia. Oiya, doi juga pernah jadi model iklan salah satu kartu selular bareng Mas Ippho Right. Sudah ngeh? Kalau belum juga, sila googling aja deh yeesss. Banyak kok tentang beliau di sana.;-)

Lagi-lagi semua serba mendadak. Baru banget kemarin siang gue dapat kabar kalau bada ashar kemarin kantor gue bakal kedatangan tamu spesial, Mbak Ollie ini. Awalnya gue biasa aja, tapi setelah 15 menit pertama mendengarkan sharing suksesnya bisnis beliau, beuh beuh beuh... kayaknya mata dan telinga ini nggak bisa nggak nyimak lebih dalam tiap kata dari doi. Tersepona gituh ceritanya!

Nggak seperti beberapa orang yang kadang suka merasa tinggi ketika menceritakan keuksesannya, Mbak Ollie ini betul-betul merendah sepanjang sesi sharing tadi.

Nah, 1 hal yang menurut gue penting untuk para bloger seperti kita (kita?), yakni bagaimana doi sukses menjadikan blog bukan hanya tempat curhat semata, tapi juga tempat berbagi inspirasi dan menghasilkan duit! Ckckck...

"Ketika orang lain menggunakan sosial media buat galau-galauan, harusnya kita sudah lebih maju dari mereka. Benar-benar memanfaatkan sosial media sesuai dengan passion dan hobi kita. Gampangnya, awali dengan branding. Isi blog kita dengan apa aja yang kita banget, sehingga blogger lain ngeh dengan ke-khas-an kita. Inget Ollie inget buku, gituh," kata beliau.

Oiya, berkat keaktifannya di sosial media, Mbak Ollie sudah diundang ke luar (Malaysia dan Irlandia) untuk mewakili Indonesia dalam jejaring sosial media tingkat dunia. Ih, bikin mupeng, yeesss!

Satu mimpinya yang menurut gue mulia dan sesuai dengan passion-nya ialah, doi pengen memberdayakan wanita Indonesia dengan teknologi. Whew, ini mah gue dukung banget!

Nah, mulai sekarang (terutama buat para MP-wati)... ayuk sama-sama kita mulai bloging sekaligus branding! Tunjukkin passionmu melalui blog-mu :D

bloging bloging bloging branding branding branding ;-) (Ollie Salsabeela)

Rabu, 12 Oktober 2011

Ngareb dan Nyangkut

Masih tentang mimpi...
Gue selalu percaya deh, bahwa apa-apa yang terjadi kini, pasti dan selalu nyangkut dengan kehidupan mendatang. Simpelnya,, kalau sekarang gue berteman dengan Markonah, someday entah kapan, pasti ada hikmah di balik pertemanan kami berdua .Atau contoh lain lagi, sekarang guejalan-jalan ke somewhere entah di mana, pasti akan terjadi sesuatu di masa mendatang yang nyangkut atau berhubungan dengan tempat tersebut.

Persis seperti yang baru aja gue alami beberapa hari yang lalu, ketika gue dengan ogah-ogahan melalui hari itu.

Ceritanya, kantor gue mau berpartisipasi dalam Malam Budaya Nusantara yang diadakan para peserta Lemhanas, di mana direktur gue menjadi salah satu pesertanya.

Sumpedeee... bete sangad! Mana acaranya malem tapi sudah persiapan sejak siang, pake acara kudu mengenakan pakaian adat pula! Kantor gue waktu itu kebgian buka stand provinsi Makassar. So,baju bodo menjadi pakaian wajib kami para karyawan yang dititah ikutan jaga stand. Beuuh,ada yang bisa nebak gue pake baju bodo warna apa? PINK, sodara/i! Sungguh kejahatan profesi dan pembunuhan karakter abad modern,meeen! *much more kali bahasanya!*

secara gue mendeklarasikan diri sebaai miss brown n green sejati...masa disuruh pake baju warna pink?TERLALU!

Tapi apa boleh buat ta* kam bing bulat-bulat... gue terimalah kerjaan tambahan yang semena-mena eyey wakawaka eyey ini!

Hingga setengah jam berlalu, pelipur lara gue cuma dua amunisi yang sengaja gue siapin dari kantor: handycam Canon n kamera Fuji Film. Kelilinglah gue mengambil gambar dengan mengenakan baju pintar:-) *antomim baju bodo untuk ngibur diri.

Lumayan, bisa bincang-bincang dengan para penjaga stand dan di beberapa stand bisa icip2 paganan khas daerah seperti wedang jahe dari Banung,keraktelor;kue cincin;dan kue pepe dari Jakarta, gudeg;lumpia;n tahu petis dari semarang. Wuih, maknyus!

Apalagi ketika berkunjung ke stand daerah Cirebon membawakan majalah kantor gue, eh pulangnya dikasih gantungan kunci berbentuk topeng satu paket (6 buah). Baik bener kan tuh bapak2. Alhamdulillah,keliling stand semakin menambah keikhlasan gue ikut acara ini. Baju bodo warna pink... sudah lupa tuh! Hehe.

Itu baru keliling stand, pas acara puncak yang menampilkan tarian khas dari berbagai daerah, sepertinya keikhlasan gue langsun meroket setinggi-tingginya hingga ke titik nadir, bow!

Gimana enggak, kalau pementasan itu semakin menambah kecintaan gue terhadap negeri sendiri. Kalau dulu cuma bermimpi bisa dan harus keliling dunia, sekarang mimpi gue bertambah dan harus terwujud dalam waktu dekat, yakni keliling Indonesia! Kabulkan segera, ya Allah...

Di panggung tersebut, para peserta PPRA Lemhanas juga menunjukkan atraksinya, lho... Ada yang nyanyi lagu-lagu daerah, ada juga yang membawakan tarian dari Papua (tentu aja yang membawakan adalah bapak-bapaknya). Seru, keren, takjub deh pokoknya.

Nah, overall, kalau dikaitkan dengan ngareb dan nyangkut, gue yakin bin husnuzhon, hadirnya gue di acara keren ini pasti ada kaitannya dengan kehidupan gue di masa mendatang.

Yaaa, gue sih berharapnya kalau sekarang cuma jadi penjaga stand, beberapa ahun ke depan (maksimal 15 tahun dari sekarang) gue menjadi salah satu peserta PPRA Lemhanas, yang denger-denger ga sembaranh orang bisa jadi pesertanya. Secara, mereka-mereka yang ikutan ini setelah lulus emang diproyeksikan jadi pejabat negara yang cinta tanah air, gitu lho!

Hhee, kedengerannya emang muluk banget, tapi kan hidung siapa (baca: who knows?)!

Lagi dan lagi... Mari kita bermimpi! XD

Rabu, 05 Oktober 2011

Mas Maher, Mas Irfan, Mas Fadly Pady, Mbak Nj (Part 2)

Konferensi Pers

Nggak berapa lama setelah wawancara eksklusif, di tempat terpisah segera diadakan konpers buat semua media termasuk yang bukan media partner. Di sesi ini, selaku fotografer dadakan, gue sengaja misah dengan teman kantor yang lain demi mencari view ter-okeh, yakni di samping kiri panggung. Tempat yang lumayan bagus (walaupun kurang pewe karena harus sikut-sikutan dengan fotografer lain) karena sangat dekat dengan posisi duduk Mas MZ, Mas IM, dan Mas Fadly Padi.

Di tempat gue berdiri, berbagai kejadian aneh dan lucu berlangsung silih berganti.

Kejaidan anehnya (gue tekankan banget untuk nggak iri, yeeesss :p), sebelum ini kan gue udah pernah ketemu dengan Mas MZ dan Mas Fadly Padi juga ya… Nah, sepertinya bukannya gue ke-geer-an, tapi dua orang penyanyi itu kayak udah familiar dan ngeh dengan tampag gue deh. Soalnya, ketika di panggung itu sempat terjadi kontak mata gitu deh antara gue dan mereka berdua. Gimana sih kontakmata kalau lo pernah ngeliat seseorang nggak tau di mana dan bertemu lagi saat itu. Ngerti kan maksud gue?

Iya, gue ngerti. Gue juga pernah ngalamin hal serupa kok… Okd, lanjutin lagi ceritanya dooonk, Nje!

Nah, sip lah kalau sudah pada ngerti, jadi gue nggak perlu ngejelasin panjang kali lebar kali tinggi jadi volume. Gue lanjut aja dah…Setelah kejadian kontak mata itu, kejadian lucupun satu persatu bermunculan menghiasi konpers yang sumber kelucuan itu tak lain dan tak bukan berasal dari teman-teman wartawan. Ada tiga kelucuan yang paling gue inget:
1.    Waktu Mas Maher mendapat penghargaan 10 platinum dari SMI, doi kan diminta berpose dengan penghargaannya itu. Semua wartawan pun saling berebut mendapat perhatian Mas MZ agar doi nengok ke kamera mereka. Nah, yang paling unik itu fotografer di belakang gue. Masa tuh orang bilang gini: “Maher… over here! Gue temen SD lo nih… Over here, over here! Inget nggak? Over heeeere!”. Xixixi, sumpe de tuh orang, konyol banget!
2.    Pas sesi tanya jawab lebih lucu. Ada salah satu wartawan yang bertanya, walaupun bahasa Inggrisnya belepotan, bagusnya itu orang puede sangat buat nanya. Dia bilang… “My name is Zein, our name is same. And I am your favourite,” Huwahaha, ngerti nggak? Intinya itu orang mau bilang kalau Mas MZ itu penyanyi favoritnya gituh. Cuma sayangnya kebalik!
Udah gitu… emang si Mas MZ sense of humour-nya tinggi juga, doi pun mengawali jawabannya begini: “Thanx, my brother from another mother, bla bla bla…,” sontak semua hadirin yang dateng tertawa bersama mendengar kalimat itu.
3.    Nah, yang ini sumber kelucuannya dari MC yang emang blak-blakan dalam bicaranya. Masih di sesi foto-foto. Salah satu wartawan di deretan tengah depan panggung ada yang berkata gini buat menarik perhatian Mas MZ: “Maher, center, center, center…,” Bisa nebak gimana timpalan si MC? Begini: “Center center… lo kira sekarang mati lampu? Pake minta center segala!” Hhee, lucu nggak? Menurut gue sih lucu :p.


Wawancara Eksklusif Mas Irfan Makki

Kalau di sesi ini sepertinya biasa-biasa aja deh. Dengan tugas yang masih sama, mengambil gambar dan video terbaik proses wawancara teman gue dengan Mas IM. Cuma bedanya dan yang membuat ini special, adalah prosesnya yang benar-benar eksklusif. Kalau yang sama Mas MZ diskusinya dengan beberapa media, diskusi dengan Mas Makki ini benar-benar eksklusif antara media gue dengan doi. Udah gitu, di akhir sesi ini doi ngasih kita tiga keping CD lagu terbarunya plus tanda tangan plus lagi doi bersedia nyanyi lagu I Believe yang dinyayiin bareng Mas MZ. Mana suaranya jernih banget kayak suaranya king of pop: NJ, eh, MJ… Wuiiiiih, keren deh pokoknya!

Last but not least, sekali lagi gue wanti-wanti… plis jangan iri ya dengan pengalaman hidup gue. Mimpi apa ya Mamak gue… anak Tangerang pinggiran aja bisa ketemu penyanyi kelas dunia macam Mas MZ dan IM plus Fadly Padi pula!

Tapi terlepas dari restu juga doa yang amat sangat kuat dari Mamak dan Babeh terhadap pekerjaan gue, yang memungkinkan semua ini terwujud adalah mimpi gue selama beberapa tahun belakangan terutama ketika gue kuliah dulu. Yep, MESTAKUNG aka. semesta mendukung, gituh! Gue percaya banget dengan kekuatan mimpi.

Iya, gue juga sepakat, Nje! Kalau kata Nidji: mimpi adalah kunci untuk kita mnaklukkan dunia! Kalau kata Justin Bieber: never say never! Ihiiiy!

Yoy-yoy… keadaan kita yang sekarang adalah mimpi kita yang kemarin-kemarin. So, mari terus bermimpi! :D

Mareeeee! ^___^b

Mas Maher, Mas Irfan, Mas Fadly Pady, Mbak Nj (Part 1)

Awalan, cuma mau menegaskan kepada para fans setia tulisan-tulisan gue (songong!), yang masih punya penyakit iri dan dengki, tolong banget jangan baca tulisan satu ini. Ngintip judul dan paragraph lead-nya pun nggak recommended. Jangan deh, pliiiis…

Kenapa, sih, pelit banget… Gue kan kangen gila sama tulisan-tulisan lo, Nje! Boleh baca, yayaya…Nje keren deh! Gue doain deh biar blognya diirik sama penerbit, dibukukan, n laku keras di pasaran. Boleh, yeeeessss?J

Hmmm, orek, orek… gue nyerah! Gue nggak bisa memaksakan kehendak para fans setia di dunia maya. Sebagai blogger yang baik hati dan tidak sombong, kegembiraan pembaca adalah segalanya. Tapi inget sekali lagi… Nggak boleh ada iri-irian di antara kita setelah baca tulisan ini. Janji, yeeeessss? J

Janjiiii!
Nah, gitu duoooonk… Gue doain lagi deh, mudah-mudahan doa gue buat elo tadi makin diijabah sama Yang Di Atas, ya, Nje... Amin.

Wokeh, thanx doanya, My dearest fans (najong!)… doa yang sama buat kalian. Amin.

Wawancara Eksklusif  Mas Maher Zain

Kalau beg beg begitoh, to the point aja deh. Jadi selasa kemarin, secara mendadak dan semena-mena eyey waka waka eyey, teman seruangan gue mengabarkan kalau siang itu juga kita diundang oleh SMI ke konferensi pers plus wawancara eksklusif buat media partner Konser Maher Zain di Indonesia. Lokasinya di salah satu hotel di bilangan Senayan.

Wooot? Sebentar, sebentar… gue mau menegaskan dulu. Jadi elo wawancara Maher Zain, gituh?

Ya-ey, exactly! Eits, inget yesss dengan peringatan gue di atas. Haram hukumnya ngiri bin dengki dengan tulisan gue kali ini! Yang terlanjur iri, ya udin… nggak lanjutin baca tulisan ini juga gapapa J.

Yeeeeh, siapa juga yang iri nan dengki? Sumpede… pede gile, lo ye! Lanjutin pliiiis, gue penasaran sangad nih!

Sippy!
Nah, saat itu juga gue mendadak dangdut., eh mendadak terkejut! Amat sangat terkejut dengan undangan yang serba mendadak ini. Tadinya gue dan teman berfikiran, pasti wawancara eksklusifnya bakal diadain ba’da konser doi, gituh. Poorly, ternyata eh ternyata… justru undangan itu hadir di hari ketika pakaian gue membentuk susunan huruf abjad A-B-C aka. nggak matching!

Baju terusan berbahan levis yang di bagian blakang kanan bawahnya ada tambelan bordiran kepala Mickey Mouse, kaos Six warna ijo stabilo yang nggak kunjung rapi biar kata semaleman udah disetrika, dan jilbab motif bunga warna biru keabu-abuan. Beuh, bisa bayangin? Jangan dibayangin deh, mokal gue!

Hampir-hampir gue menolak kesempatan emas ini gegara ketidak matching-an ini. “Ah, sebelumnya kan udah ketemu dengan doi dua kali di Menteng Huis dan hotel Oriental (kunjungan pertama kali Mas MZ ke Indonesia). Sekarang gantian sama yang lain aja deh. Berbagi kesenangan dengan yang belom pernah ketemu gituh,” rajuk gue ke teman.

Tapi tetoooot, perkataan gue ditolak mentah-mentah dengan alasan kemampuan megang kamera dan handycam gue yang udah lumayan dan belum ada yang bisa menandingi (pitnah!).  Tepatnya sih, karena emang nggak ada personil lain lagi. Yang lain udah sibuk dengan kerjaan masing-masing. *Ssstt, tapi tadi hasil shoot-an gue dipuji oleh orang I kantor, lho… Beneran!

Akhirnya, ya udin lah… berbekal baju terusan panjang warna hitam pinjaman teman yang lumayan kepanjangan beberapa senti, berangkatlah gue dengan semangat yang dipaksakan. Nggak tau kenapa, biar kata teman-teman dan bahkan mungkin kalian pada bilang lagu-lagu MZ itu bagus dan menginspirasi, menurut gue… biasa aja dah. Gue akuin sih kalau semua lirik lagu doi benar-benar dalam maknanya dan universal banget. Gue pun jadi hapal beberapa bait lagu-lagu doi berkat cekokan teman yang tiap hari nyetel itu lagu dari hapenya. Tapi karena nadanya kurang pas dengan selera gue yang lebih suka musik menyentak macam Native Deen, jadi biasa-biasa aja deh.

Beda dengan grup nasyid asal Amerika itu yang waktu baru pertama kali dengar lagu mereka di konser mini di UIN Ciputat, gue langsung antusias aja lho nyari lagu plus liriknya di internet. Keren sih!

Balik lagi ke cerita  MZ, pliiiiisss…

Eiya, baiklah… Then, sesampainya di TKP, setelah Ashar-an, selama kurang lebih satu jam, gue dan tiga orang teman menunggu giliran wawancara eksklusif dengan Mas MZ. Kalau biasanya gue paling benci menunggu, kali ini nggak sama sekali, karena waktu menunggu itu kami isi dengan saling berkenalan dan foto bareng dengan awak dari media lain. Teman-teman wartawan dari majalah Tarbawi, Noor, Sekar, Chick, Cek n Ricek, Nova, Moslem Girls, dll, juga teman-teman dari radio seperti Lita fm dan Sabili fm, tumplek jadi satu saling tukar kartu nama berharap terjalin kerja sama di lain waktu (gue sih mupeng.com banget ada yang mau ngerekrut untuk jadi penyiar di salah satu radio, even cuma magang doank). Seru banget deh pokoknya!

Sampai tibalah giliran gue dan beberapa teman dari media sejenis mewawancarai Mas MZ secara eksklusif. Oiya, perlu dicatat, selama hamper 15 menit itu, tugas gue adalah mengambil gambar dan video terbaik proses wawancara tersebut. Bisa bayangin gimana puasnya gue ngeliatin tampang Mas MZ yang (katanya dan faktanya) guanteng tenaaaan?

Bisaaaaa…! Pasti deh lo nggak bisa berkedip barang sekejap dan nggak bisa konsen! Jujur deh jujur…

Hhaaa, gue pikir juga gitu awalnya. Lima menit, nggak berhenti-berhentinya gue mengagumi paras serta keramahan salah satu mahluk ciptaan Allah yang satu ini. Tapi lama kelamaan, bosen juga dah. Apalagi setelah berlanjut ke konferensi pers-nya. Beeeeuuuh, bahasa kasarnya mungkin: muak! Hheee, gimana nggak muak kalau beberapa jam itu kerjaan lo cuma berkutat di situ-situ aja (baca: di tampang Mas MZ)! Gimanapun caranya, tugas gue di situ adalah mencari ekspresi dan pose terbaik doi. Dan untuk menyiasatinya, gue pun mengambil objek lain yang nggak kalah menarik, yakni tampang Mas Fadly Padi, Irfan Makki dan kerumunan wartawan serta fotografer yang berjubel di depan panggung.

to be continued...

wahai Para Fans-ku yang budiman, solihin/at... nantikan yesss,, tulisan ttg pengalaman ke-tiga gue bertemu langsung dengan Mas Maher Zain :D *minta digeplak!*