Katanya sih, hanya dengan berbekal bambu runcing mereka dapat mengusir para penjajah itu. Tapi tunggu! Gue kurang setuju, pasti ada faktor lain yang dapat menyatukan mereka dalam pengusiran masal di berbagai daerah itu, right?
Misalnya, karakter pemimpin saat itu yang mampu mengguruhkan dada para pemudanya untuk berjuang bela negara, semangat keagamaan yang melandasi perjuangan mereka kala itu, dan bulan (hijriyah) berlangsungnya perjuangan memperebutkan kemerdekaan dulu ialah bulan ramadhan yang penuh berkah. Tiga itu menurut gue melebihi alat apapun yang mereka gunakan untuk meraih kemerdekaan.
Nah, ada cerita menarik berkaitan dengan karakter salah satu pemimpin negeri itu ketika beliau memberikan pidato di depan para pemudanya yang taat agama. Sebut saja namanya Bung Tomi.
Dengan lantang beliau mengobarkan semangat para agent of change di hadapannya, yang kira-kira begini isi pidato beliau:
BT: Kepada para pemuda... saya sampaikan kepada kalian, bahwa kalianlah orang-orang pilihan Tuhan untuk negeri ini. Berbanggalah karena kalian adalah mujahid Islam yang darah, keringat, jiwa dan raganya dipersembahkan untuk negeri kita tercinta ini. Kalianlah tinta sejarah itu! Allahu Akbar!
Para Pemuda: Allahu Akbar!
BT: Maka dari itu, mari bersama-sama rebut kemerdekaan kita dari tangan-tangan penjajah. Mari, kita bahagiakan anak cucu kita dengan perjuangan kita hari ini. Tiada kata yang pantas selain hidup mulia atau mati sebagai syuhada! Allahu Akbar!
Para Pemuda: Allahu Akbar!
BT: Satu lagi, tanamkan ini baik-baik: kemerdekaan hanya akan kita peroleh secara bersama-sama, secara berjamaah! Tidak ada kemerdekaan tanpa perjuangan yang dilakukan bersama-sama! Bagaimanapun kondisi kita nanti di medan sana, kita tidak boleh berpencar!
Para Pemuda: Allahu Akbar!
BT: Saudaraku, tidak ada kambing yang selamat ketika dia keluar dari barisan. Jangan sedetik pun berpaling dari pemimpin kalian siapapun orangnya! Berpegang teguhlah pada pemimpin kalian dan saling percayalah terhadap sesama bagaimanapun buruknya saudara kalian! Kita berjuang bersama mengusir para penjajah itu sekarang juga! Maju, bersatu, singsingkan lengan baju... Allaaaaaaaahu Akbar!
Para Pemuda: Allaaaaaahu Akbar!
Sngkat kata, dalam bilangan jam merekapun dapat meraih kemerdekaannya.
Nah, sudah dapat kesimpulannya?
Buat yang males mikir, gue kasih tahu deh... jangan jadi kambing yang memisahkan diri dari kawanannya, apalagi jauh-jauh dari sang gembala. Survey membuktikan, kambing yang memisahkan diri banyak yang tersesat di rimba dunia. Kambing yang memisahkan diri banyak yang hilang sifat kekambingannya, semakin liar!
So, sedikit mengutiop perkataan Bang Napi: waspadalah.. waspadalah.. waspadalah..! :D
*cerita ini hanyalah fiktif belaka. bukan ditujukan buat nyindir siapapun. demi, daaaaah!
hhhehehe...keren ceritanya.......:)
BalasHapusmakasih atas tulisan ini
terima kasih, Pak Catur..
BalasHapuskali-kali serius sedikit, aaah :)
Sedikit joke ttg kambing;
BalasHapusT: Kenapa babi jalannya nunduk?
J: Karena malu punya ibu babi
T: Koq tau?
J: Pertanyaan loe basi tau gak?! Sekarang, kenapa kambing jalannya nunduk?
T: Emangnya kambing kalo jalan nunduk?
J: Yee, ditanya malah nanya balik
T: Gak tau gue
J: Karena kambing ngejalanin sunnah nabi
T: Maksud loh?
J: Iya, memanjangkan jenggot dan ghodul bashor (menundukkan pandangan)
:))
huwahahaha... lucu ajah! :P
BalasHapus:)
BalasHapusdarah dibalas dengan darah,
BalasHapustangan dibalas dengan tangan,
kambing dibalas dengan kambing,
taoi senyuman harus dibalas dengan yang lebih lebar.. :D
Wkwkwk..
BalasHapuskwkwkw.. hhee, jilbab Paris, kaleee :P
BalasHapus