Senin, 30 Januari 2012

[Serial Kukusan CR07] Tarung Nyanyi Sambil Nyuci

Duh duh... Telat dua hari dari janji kemarin buat menampilkan Serial Kukusan CR07 iap pekan ke-empat. Tapi apa boleh buat, *e kambing bulat-bulat. Masih dalam proses belajar nulis fiksi, nih. Setengah hidup ngerjainnya -,-"

Okd, here it is... ^___^


Mama… oh, Mama…
Aku ingin pulang…
Kurindu padamu…

Di pagi yang belum tanpak cerahnya. Matahari pun masih belum menampakkan batang hidungnya untuk menjalankan tugasnya menghangatkan bumi. Sebuah suara dengan ketinggian nada beroktaf-oktaf bak Markonah Carey, mengambang dari balik ruang mencuci kamar 03 dan 04. Membuat suasana ba’da subuh itu makin terasa dinginnya. Mendinginkan hingga ke aliran darah, aliran limpa, bahkan hingga ke tulang-tulang persendian! Bukan karena suhu hari itu yang nggak bersahabat, bukan. Justru suara itu yang membuat cuping para penghuninya meraung-raung gelisah! Mau lanjut tidur tapi hati nggak tenang, mau segera bangun pun pastinya akan makin menderita dengan suara melengking itu. Really-really bikin galauuu!

“Dewiii… Macih pagi, kecilin cedikit cuaranya, pliisss!” Peringatan pertama keluar dari suara baby milik Nanad alias Nadia, penghuni kamar 03. Tapi sayang, kayak-kayaknya peringatan dengan suara baby nggak empan, deh, membungkam mulut si Nayki Ardilla KW 3. 

Cincin emas berlian ia belikan dulu…
Untuk apa kalau ia tak cinta…
Gaun bersulam sutra ia berikan dulu…
Untuk apa kalau ia tak cinta…

“Kecilin suaranya donk, Cyynnn… Pliisss…! Jam 8 gue UAS, nih.” Ai yang punya nama panjang Aini Dia si Jali-jali, ikutan angkat suara. Menuntut haknya menikmati pagi dengan penuh kedamaian d detik-detik menjelang UAS.

“Duh… belom juga satu album. Pliisss, deh! Dangdut aja nggak kenapa-kenapa. Ya nggak, Dut? Sirik aja nih pada-pada.” Gantian Dewi menimpali protes Nanad dan Ai. Ceritanya berharap dapat dukungan dari teman sekamarnya, gituh.

Mama tolonglah diriku…
Dari belenggu cintanya…

“Ehm….” Endang yang punya nama beken Endang Gendut aka. Dangdut, berhenti sejenak dari aktivitas mengaji paginya. Dan… lumayan  efektif. Tanpa kata, hanya deheman, lagu-lagu yang bikin galau itu tak terdengar lagi hingga menit-menit berikutnya. Hanya sesekali terdengar senandung dengan volume super duper minim. 

Dan begitulah suasana saban Sabtu pagi di kamar 03 dan 04. Seluruh penghuni Kukusan dari kamar depan hingga belakang, bahkan mbak Ijah, mas Mahfud, dan dik Seifa-juru kunci Kukusan, paham betul kalau Dewi lah si Ratu nyanyi sejagad. Kualitas suara dengan cangkokannya yang meliuk-liuk tajam bak Elvi Sukaesih menyanyikan lagu Gula-gula, dan kemampuan menghayati lagu laiknya Ratu Pop era 90: Nayki Ardilla, patut diacungi empat jempol. Dan doi boleh berbangga hati, karena sekali waktu si Ai pernah memuji dengan menyuruhnya mengikuti kontes nyanyi tingkat nasional: Indonesian Dodol. Prok prok prok, kembang kempis dah hidung Dewi.

Eits, tapi itu dulu, ketika belum masuk satu penghuni baru di kamar belakang: Ega. Setelah masuknya Ega, mahasiswi tingkat 1 Fakultas Konomi (FK) penghuni kamar 8, yang kamar mandinya persis berada di belakang kamar mandi Dewi dkk, pamor Dewi mulai turun. Terkalahkan oleh suara seriosa Ega yang makin sering dipuji oleh Ai, Nanad, dan Endang. 

Oiya, fyi: lagu favorit Ega adalah Through the Rain milik Markonah Carey. Wa bil khusus bagian reff paling akhir lagu ini:

I can make it through the rain 
I can stand up once again on my own 
And I know that I'm strong enough to mend
And every time I feel afraid I hold tighter to my faith 
And I live one more day and I make it through the rain 

Nadanya setinggi bintang gemintang di angkasa. Meliuk-liuk bagai ular yang sedang kelaparan menangkap mangsanya. Ditambah lagi volume suaranya yang seakan-akan doi sedang berada di dalam dapur rekaman seorang diri. Seolah dunia milik Ega seorang. Huh, sungguh ter-la-lu! Beneran mirip sama Dewi. Bedanya, si Ega ini penghuni baru, gitu loh! Capek, kan?!

Oke, balik lagi ke Dewi. Actually, maksud mereka memuji-muji Ega, sih, biar Dewi berhenti dari hobi yang paling dicintainya: menyanyi, dan beralih ke hobi lain yang lebih bermanfaat dan berpahala namun masih berhubungan dengan dunia tarik suara: mengaji, misalnya. Bukan tanpa sebab, soalnya tiap kali nyuci, Dewi biasa melahap beralbum-album lagu Nayki Ardilla dan tak jarang ditambah dengan beberapa lagu jadul milik Benyamin Netanyaho’ dan Warsop, non stop selama kurang lebih dua jam tiap Sabtu pagi! Bisa bayangin seandainya Dewi melalui dua jam menyucinya dengan memurajaah hafalan Qur’an? Beuwh, bisa-bisa juz 30 nggak mau pergi dari meori dan selalu menempel di hati. Bahkan bisa merambah hingga juz 28 malah! Ya, nggak? 

Tapi ternyata, nggak disangka nggak dinyana, ya… strategi mereka salah besarrr! Bukannya sadar diri kalau suaranya sudah bukanlah yang paling sempurna, eh Dewi malah makin menjadi-jadi. Demi makin meningkatkan kualitas suara dan merebut kembali gelar Ratu nyanyi sejagad, nggak ada satu aktivitas pun yang dilaluinya tanpa menyanyi, kecuali pas tidur aja mulutnya bisa merapat dengan tenang. Jangan coba-coba berani menegur apalagi melarang, deh. Ibarat bangunin singa yang lagi ngorok: paling banter dikacangin, paling ekstrim: Hauuummm!

Eh tapi itu belum seberapa, ding! Masih ada lagi puncaknya, ketika suatu Sabtu pagi yang merupakan jadwal mencucinya Dewi sebelum balik ke rumah. Bak tsunami yang menerjang Aceh dan gempa yang meluluh lantakkan Jogja di Subuh hari. Jeledaarrr! Menjadi petaka besar bagi seluruh penghuni Kukusan, kala mereka tahu adanya persamaan antara waktu mencuci Dewi dan Ega. Owenje… Jadilah dua penyanyi gadungan ini bertarung nyanyi sambil nyuci. Yang satu mengandalkan cengkokan dan penghayatan khas-nya, yang satu lagi mengandalkan kemapuan seriosa dan lekukan tajam suaranya. 

Terjadi sahut-sahutan lagu beraneka genre selama kurang lebih setengah jam, yang dimulai dengan satu lagu milik Benyamin Netanyaho’ berjudul Nangke Lande. Salah satu lagu favorit Dewi:

Nangke Lande matengnya kena paku…
Dimakan gajeh giginya pade ngilu…
Ade jande lama nggak laku-lau…
Saban hari dia ngaca melulu…

Eh secepat kilat si Ega balas menyerang dengan lagu I’m Yours-nya Jason Ngeres. Kayaknya sih mau pamer kebolehannya dalam meliuk-liukkan suara mengikuti penyanyi aslinya, gituh:

No I won’t hesitate no more, no more
This cannot wait I’m sure
There’s no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I’m yours, I’m yours

Pletaarrr! Rupa-rupanya, Dewi nggak mau kalah mendengar suara yang berasal dari belakang ruang mencucinya. Dibalasnya lagu tersebut dengan bagian paling akhir  lagu If I Aint Got You-nya Alicia Kunci. Tujuannya cuma satu: menunjukkan kebolehan cangkokannya yang melegenda pada Egad an dunia!

Some people want diamond rings
Some just want everything
But everything means nothing
If I ain't got you, yeah
If I ain't got you with me baby
So nothing in this whole wide world don't mean a thing
If I ain't got you with me baby

Huwaaa… Cadas! Dibalas lagi suara Dewi dengan lagu Fighter-nya Christina Ahguegerah yang dinyanyikan dengan sepenuh tenaga oleh Ega. Maklum, lagu ini emang dinyanyikan mirip orang sedang kesurupan oleh penyayi aslinya.

’cause it makes me that much stronger
Makes me work a little bit harder
Makes me that much wiser
So thanks for making me a fighter
Made me learn a little bit faster
Made my skin a little bit thicker
It makes me that much smarter
So thanks for making me a fighter

Dan tahu siapa orang paling dirugikan dengan pertarungan sengit mereka? Yep, jelas banget para penghuni kamar 03 dan 04. Susah payah mereka menutup kuping, tapi apa daya, akal sehat Dewi telah tertutup rapat oleh egonya. Begitupun dengan Ega. Nggak dipedulikan lagi ketidaknyamanan para penghuni Kukusan yang lain. Untungnya peristiwa tragis itu segera berakhir setelah terdengar sebait nada sumbang dan dilanjutkan dengan batuk yang terus berulang. Parahnya lagi… Sayang sungguh disayang, suara batuk itu berasal dari tengorokan Dewi kala melantunkan lagu Ayah-nya Gita Ketawa da Nggak Ada Band di bagian:

La la laa
La la la laa la…
Uhuk uhuk uhuk…
Uhuk uhuk uhuk…
Uhuk uhuk uhuk…

Di seberang sana, Ega masih dengan semangat ’45 melanjutkan aktivitas nyanyi sambil nyucinya. Ia seperti bersorak sorai merayakan ‘kemenangannya’ mengalahkan Dewi dengan lagunya Queen.

We are the champions, my friends
And we'll keep on fighting till the end
We are the champions
We are the champions
No time for losers
'Cause we are the champions
Of the world…


Jelas Dewi merasa terpukul dengan kenyataan bahwa suara Ega memang lebih baik dari suara miliknya. Satu setengah jam hingga mencucinya selesai, Dewi hanya berdiam diri bin bermurung durja. Mulutnya terkunci, tapi hatinya menangis. Hanya Allah, cucian kotor, dan busa-busa sabun yang menjadi saksi bisu kesedihanya. 

***

Hingga tiga Sabtu pagi berikutnya, nggak terdengar lagi suara nyanyi-nyanyian yang mengganggu, baik dari Dewi maupun Ega. Bagi ketiga temannya, sebenarnya inillah moment yang paling mereka tunggu. Yang suka melanjutkan tidur, mengaji, dan belajar bada Subuh dapat melakukan aktivitasnya dengan sebebas-bebasnya. Namun mereka cukup prihatin dengan kekalahan Dewi. Doi lebih banyak diam setelah kejadian itu. Sedih banget, karena biar bagaimanapun, inilah yang paling bisa dibanggakan oleh doi. Nggak nyanyi ya bukan Dewi namanya.

***

Dengan penuh kesadaran, Dangdut, Ai, dan Nanad merasakan ada bagian yang hilang menginjak Sabtu pagi ke-empat pasca peristiwa nahas itu. Kirfikir, bangtimbang, suara Dewi-lah penyebabnya. Yep, mereka rindu akan suara Dewi. Teguran-teguran yang biasa meluncur dari mulut mereka. Dan keributan kecil antara mereka bertiga versus Dewi, yang kini mereka yakini, justru itulah salah satu moment yang membuat persaudaraan mereka semakin erat. 

Mereka bertiga berembuk, gambreng dilanjutkan suwit Jepang sih tepatnya, memutuskan siapa yang akan meminta Dewi untuk kembali kepada kebiasaannya di Sabtu pagi. Mereka sudah siap dengan segala konsekuensinya. Nggak ada lagi tidur nyenyak bada Subuh, nggak ada lagi waktu belajar paling asyik bada Subuh, dan nggak ada lagi waktu tenang membaca sekaligus menghafal Quran di Sabtu Subuh pagi. 

Malam Sabtu setelah Dewi merendam cucian yang akan dicucinya besok, Ai dan Nanad menyambangi kamar 04, menemani Dangdut mengutarakan maksud mereka. 

“Dew, lagi mau apa sih, Cyynnn?” Ai mencoba memulai dengan jurus basa-basi andalannya.

Tanpa kata, sambil merebahkan tubuhnya di atas kasur, Dewi menunjuk Qur’an biru yang ada di genggamannya. Sebenarnya mereka sudah tahu maksud Dewi. Seperti yang diadukan Dangdut, belakangan Dewi mulai rajin mengulang-ulang hafalan Qur’an sebelum tidur walau tak terdengar suaranya. Ini kabar sangat bagus memang, tapi tetap aja, Dewi tanpa nyanyi bukanlah Dewi. Mereka bertekad untuk tetap menyampaikan hajatnya.

“Ehm, Dew… Sebenarnya… kita mau ehmmm… bilang ehmmm…,” terbata-bata Dangdut mencoba memulai pembicaraan.

“Duh, lama banget sih, Cyynnn…To the point aja ya, Dew. Actually kita tuh kangeeen berat sama suara lo yang every Saturday morning itu. Kalau mau dibuat perumpamaan, Sabtu pagi tanpa suara nyanyi-nyanyian lo, tuh, ibarat sayur tanpa garem, kunyit tanpa warna kuning, cabe rawit tanpa sensasi pedas, dan terasi tanpa bau! So…,” sengaja Ai menggantungkan kata-katanya dan menengok ke Nanad untuk melanjutkan maksud mereka.

“So… Sori-sori, nih. Kita mau bilang kalau… bica nggak Dewi nyanyi lagi pas nyuci becok? Nggak bakal kita tegur-tegur lagi deh… How, how, how?” Tanpa malu, Nanad melanjutkan kata-kata Ai.

Tiga menit dikeredongi kesunyian.

“Eyalaaahhh… Jadi kalian minta gue buat nyanyi-nyanyi lagi gitu tiap nyuci?” Dewi memecah keheningan.

“Of course, Sistha… Betooolll! Gimana, gimana, gimana?” Gantian Dangdut angkat suara.

“Orek, orek kalau itu yang kalian mau. Tapi perlu diingat, gue itu trauma aja loh sama nyanyi-nyanyi nggak jelas kayak gitu. Setelah gue “kalah” dari Ega waktu itu, hari Minggunya gue bener-bener kehilangan suara gue di rumah. Dan bukan cuma itu, selain nih tenggorokan sakit banget sampe ke ubun-ubun, gue pun jadi benci-benci gimanaaa gituh sama Ega. Padahal kan doi nggak salah apa-apa. Cuma songong doank mentang-mentang punya suara bagus. Eh, salah. Intinya, jahat banget kan gue?! Dan sekarang gue mau…”

Belum selesai dengan perkataannya, Ai sudah mengambil aih pembicaraan. “Jadi lo mau tobat dari nyanyi lagu-lagu ngak jelas pas nyuci, Cyynnn?” Omongannya terhenti ketika Nanad dan Endang memelototi dan menyikut pinggang Ai. 

“Eh salah, maksud gue… Jadi sekarang lo mau lanjutin nyanyi-nyanyi lagi, kan, Cyynnn?” Ai meralat paksa perkataannya barusan.

“Hahaha… Sebenarnya sih bener apa yang lo bilang sebelumnya, Ai. Gue mau tobat dari nyanyi-nyanyi nggak jelas. Tapi eh tapi… untuk mengobati kerinduan kalian pada suara emas gue, baiklah baiklah baiklah … Tunggu aja besok ya! Akan gue persembahkan suara terbaik gue buat kalian. Ada yang mau request lagu? Nayki Ardilla, Benyamin Netanyaho’, atau Warsop, nih?” goda Dewi iseng. Padahal tahu betul kalau ia dan teman-temannya beda selera dalam lagu.

Dan ketiga temannya agak deg-degan juga sih mendengar jawaban Dewi. Tapi demi persaudaraan mereka, apapun resikonya besok akan mereka terima dengan lapang hati selapang lapangan golf.

***

Kuharap kau bahagia…
Dengan gadis pilihan orang tuamu…
Biarlah kumengalah…
Demi keutuhan engkau dan dia…
Walau hati ini luka…
Sendiri lagi… Sendiri lagi..
Tanpa dirimu di sisiku…
Sendiri lagi… Sendiri lagi…

Sebenarnya Dewi sudah nggak niat nyanyi lagi. Tapi doi mau mengetes perkataan teman-temannya semalam. Benarkah mereka kangen dengan suaranya? Hmmm… Dan ternyata benar, hingga satu lagu Nayki Ardilla selesai, nggak ada tuh teguran-teguran seperti dulu-dulu. Ajib! Langsung aja ia menghibur teman-temannya dengan nada paling indah sepanjang masa. Murajaah juz 30!

‘Amma yatasaa ‘aluun…
‘Aninnaba-il ‘azhiim…
Alladzii hum fiihi mukhtalifuun…
Kalla saya’lamuuna tsumma kalla saya’lamuun…
Alam naj’alil ardho mihadaa…
Wal jibaala aw tadaa…

Satu kepala dengan ekspresi terkaget-kaget muncul dari balik pintu kamar 04. Dua suara keluar bersamaan dari balik pintu kamar 03.

“Dewiii… Are you there, Chyynnn?” Ai menepis penasarannya.

“Acik acik acik… Dewi udah tobat beneran kayaknya. Acik nih, nggak jadi tidur ah! Wa kholaqnaahum azwajaa… Waja’alna nawmakum tsubataa…” Nanad mengikuti murajaah surat An-Naba’ Dewi.

“Yeesss…Akhirnya temen gue tobat! Terima kasih, ya Allah. Waja’alnal layla libatsaa…” Dangdut nggak mau kalah.

Dan begitulah, Sabtu-sabtu berikutnya mereka isi dengan muraja’ah bersama, dengan Dewi sebagai instruktur. Good bye tidur bada Subuh. God bye dongkol bada Subuh…Dan welcome gelar Ratu Murajaah sejagad!


*eniwey, sudah cocok dapat gelar serial komedi, belum? Hheee... serial komedi dari KongHong! :P

Rabu, 25 Januari 2012

Kumbang-kumbang di Taman ~syalalalalalala

Apakah ada yang ngefans berat sama lagu Kumbang di Taman milik Elvi Sukaesih? Yah, sayangnya gue enggak...

Atau apakah ada yang ingin mengajak gue mendendangkan lagu tersebut saat ini? Oh, maaf... Bukan selera gue. #mintaditimpuk

Justru saat ini (seperti yang bisa kalian tebak) gue mau M3: Meracau Malam-malam tentang kumbang di taman. Dan yang perlu digaris bawahi setebal mungkin, pembahasan kali ini asli nggak ada sangkut pautnya sama lagu Mpok Elvi. Cuma kebetulan sama judul aja. Sueerrr! #padahalmahnyontek :-P

Kalau versi dangdutnya, ini lagu berkisah tentang hubungan percintaan cewek n cowok, tok. Right? Nah, kali ini justru gue mau menawarkan versi cinta yang lain, salah satu aktivitas mencintanya para pecinta di Galaksi Cinta. Cinta antara seseorang dengan temannya.

Kok bisa?

Ya bisa lah, masa ya bisa donk! Kan aktor cakep namanya bukan Boim Lebon, melainkan Baim Wong! *maaf, Bang Boim :-P

Semasa SMA, gue ini kuper ajah, lho. Mainnya lebih sering cuma sama teman sebangku (karena emang nggak punya teman banyak). Sama teman teman di Rohis pun nggak ada yang dekat banget. Huh, payah deh... Malu maluin! o_O

Untungnya, pas kuliah sudah ada kemajuan. Yippiii!
Berawal dengan bermain sama teman-teman yang semazhab (nggak pede bergaul), kemudian perlahan merambah berteman dengan teman dari yang beda mazhab (anak gahol?). Dan alhamdulillah, terbawa sampai sekarang: mencoba nggak terikat dengan satu atau sekelompok teman. Malah menclak menclok ke satu orang atau kelompok ke yang lain.

Walaupun kadang suka bingung sendiri kalau ditanya siapa teman dekat gue. Apakah salah satu dari teman dugem, ltq, kantor, kuliah, atau SMA? Yang jelas gue mencoba mencari yang terbaik di posisi yang pas.

Maksud, kalau punya masalah A, gue coba mencari jawabannya di orang A. Kalau lagi suka dengan sesuatu yang disebut B, gue mencoba mencari yang sama sama suka B. Kalau lagi mumet dengan orang C, gue berlari ke yang kira kira bisa memecahkan masalah gue dengan orang C. Dst.

Nah, ini yang gue maksud dengan kumbang-kumbang di taman. Kita kumbangnya, teman-teman kita adalah bunga-bunga di dalam taman yang beraneka. Eiya, kondisinya bisa fleksibel sih. Sekarang kita kumbang, dalam waktu yang sama kita adalah bunga buat teman kita.

Balik lagi ke kumbang benaran... Waktu kumbang menghisap sari di bunga, mereka milah milah sari bunga sambil marah-marah, nggak yak? Hmmm, menurut gue sih nggak.

Then, kalau lagi nemplok ke bunga mawar yang beda dengan bunga lain semisal bunga melati, apakah kumbang bakal bilang, "woooy, mawar... Tolong yeay, sari lo tuh kurang enak. Tolong ya buat yang lebih enak, donk!"

Kayaknya nggak juga deh, yeesss... Ada juga tanpa banyak kata, mereka bakal cari sari terbaik di bunga yang lain.

Dan yang paling penting, antara kumbang dan bunga terjadi simbiosis yang saling menguntungkan atau bahasa Zimbabwe-nya: simbiosis mutualisme. Kumbang menghisap sari demi mengisi perutnya, bungapun butuh kembang untuk membantunya melakukan proses perkawinan.

Hheee... Kirfikir, beda banget yak sama kita. Gue sih, tepatnya. Kalau teman nggak sesuai dengan yang gue harapkan, jadi gondok sendiri. Bahkan berbuntut ngacangin sampai timbul "gesekan-gesekan kecil".

Dan itu yang kadang memaksa gue buat menclak menclok dari satu teman ke yang lain. Kalau lagi nggak klop sama yang satu, beralih sementara ke yang lain. Atau seperti si kumbang benaran, mencari bunga lain yang lebih sesuai dengan kebutuhan kala itu. Dan besok, ketika sudah sama sama sesuai kebutuhan mereka, balik lagi deh ke bunga yang kemarin ditinggalin.

Eh, eh... Bukan maksud cuma berteman saat butuh doank, lho, yeesss. Bukan deh. Tapi lebih kepada suasana hati hari ini lagi tune in sama yang mana.

Misal, sebagai seorang yang sejak kecil tunggal di Jakarta, kadang gue butuh teman teman yang belum lama tinggal di mari. Kenapa? Karena aura keluguan n kerendah hatian mereka sudah luput dari anak anak Jakarta kebanyakan. Makanya, gue butuh teman teman seperti ini. Buat jadi guru kehidupan yang meluruskan tingkah gue.

Hhaaa, meracaunya bablas sampai pagi gini. Yah pokoknya gitu deh intinya. Kudu berteman dengan siapa aja. Dan gue lagi belajar juga, lho... Emang kadang sulit banget buat mengajukan pertemanan duluan ke mereka yang nggak semazhab sama kita. Tapi terus dicoba dan dicoba. Karena mereka juga manusia, right? Paling banter dicuekin doank, kok. Hheee.


Sabtu, 21 Januari 2012

[Serial Kukusan CR07] Perkenalkan…

Holla, MPmania…
Tanpa banyak cing cong dan babibubebo, demi terus belajar mengembangkan kemampuan menulis fiksi, dengan ini gue mau loncing serial fiksi, ah… Judulnya: 

KUKUSAN CR07

Yang insya Allah akan terus update tiap pekan ke-empat saban bulannya sepanjang 2012. Doakan biar istiqomah, yeesss… ^__^

Tulisan ini diangkat dari kisah nyata (dengan sedikit bumbu) berdasarkan pengalaman gue menjadi anak kost bersama tiga orang teman selama hampir dua tahun. Suka duka, senang susah, campur jadi satu di serial bergenre (yang maunya) komedi ini. Yah, semacam nostalgila lagi ke masa-masa imut dulu, deh!

Awalan, sebelum memperkenalkan empat tokoh utamanya, gue mau mengajak kalian menyelami makna judul serial di atas dulu, yeesss. Kalau bahasa orang Zimbabwe-nya: filosopi. 

Terdiri dari dua kata dan dua angka: Kukusan dan CR, 0 dan 7. Apaan tuh maksudnya? Cekidot!

1. Kukusan: Anak UI pasti tau banget deh, di mana sih kawasan kost-an paling murah se-kampus kuning ini? Yep, Kukusan Kelurahan (disingkat: Kukel) lah jawabannya. Sebuah kawasan dengan “pintu gerbang” sepanjang 300 meter yang cukup down to earth (apa dah?) karena dipenuhi dengan pepohonan yang lebih mirip hutan belantara sepanjang kanan kirinya. Kalau siang sih bagus, kelihatannya asri, adem, rindang. Tapi kalau malam, beuwh… ngeri ngeri ngeri! Not recommended banget deh jalan sendirian keluar masuk gerbangnya. Segala hal buruk bisa terjadi. So, beware!

Dan intinya, para tokoh kita ini ngekost di daerah Kukel. Alasannya sudah sangat gamblang gue sebutkan di paragraph sebelumnya: murah meriah, bow! Nggak perlulah disebut nominalnya, yang jelas dengan harga segitu mereka sudah dapat fasilitas kamar yang sangat luas untuk dua orang, kamar mandi di dalam, ruang santai beserta tivi dan kursi malasnya, dapur, air minum, serta garasi motor. Lumayan banget, kan?

2. CR: Merupakan singkatan dari kata Cantik dan Rusuh. Beneran ini fakta bukan opini! Sejak menyandang gelar penghuni baru hingga menjadi penghuni tertua, kerusuhan mereka belum ada yang menandingi! Kecantikannya? Hheee… Boleh donk meghibur diri sendiri, walau faktanya belum ada satupun di antara mereka yang memasuki tahap rumah tangga hingga prolog ini dipublish. Hhii… High quality jomblo rupanya!

3. Angka 0 dan 7: Cuma penjumlahan aja sih. Jadi tiap dua kamar di kost-an ini dihubungi oleh satu pintu di tengah di mana terdapat dua kamar mandi dan satu tempat untuk mencuci serta menjemur pakaian di antara keduanya. Nah, empat tokoh ini menempati kamar 03 dan 04, yang kalau dijumlah sama dengan berapa? Yep, 07! 
So, yang nyangka serial ini ada sangkut pautnya dengan striker Real Madrid: Christiano Ronaldo… tettooottt, really really BIG WRONG, Mamen!

Nah, kalau tiga poin di atas disatukan, maka didapatlah kesimpulan judul serial ini: Kumpulan muslimah cantik tapi rame, yang ngekost di bilangan Kukusan Kelurahan kamar 03 dan 04. Tarraaa… Cerdas, yak, filosopinya?! #cerdasdariHongkong! ^__^

Then… Kenalan sama empat tokoh utamanya, yukyakyuk…

Dewi
Tolong jangan tertipu sama nama, ya, plisss! Karena walaupun namanya Dewi, tapi kelakuan lebih mirip kucing garonk! Kalau ngomong volumenya nggak bisa dikecilin, kalau udah nyanyi berasa dunia milik doi seorang, ekspresif pula di tiap gerak tubuhnya! Tapi si shio kelinci ini amatlah disenangi oleh hamper semua penghuni kost Kukusan (kecuali yang nggak senang) karena keceriannya yang tak pernah padam barang semenit.
Endang
Teman satu kamar Dewi di kamar 04 yang tingkahnya seperti termaktub dalam lirik pembuka lagu mahasiswa: Katakan hitam adalah hitam, katakana putih adalah putih. Nggak ada abu-abu dalam kamus hidupnya. Eh, tapi aslinya nggak ding. Doi ini doyan banget berbagi kisah tentang apa aja. Dan kalu sudah ketawa, nggak bisa direm, gitu. Mirip sama si rambut panjang yang gelantungan di pohon nangka saban malam. Hi hi hi hi hi hi hi hi…Kelupaan: berhubung si Endang ini berbody big size, jadilah doi beken dengan nama Dangdut alias Endang Gendut :P
Nadia
Biasa dipanggil Nanad. Kebalikan dari Endang, doi justru mirip banget sama bayi. Mulai dari cara jalannya, bicaranya, cara tidurnya, sampai cara makannya... unyu unyu banget dah! Doi ini PNS wanna be, lho…! So, bisa ditebak gimana keseharian kuliahnya? Betoool berkali-kali… serius, bow! Walaupun masih doyan nonton sinetron juga sih kadang. Hheee
Ai
Teman satu kamar Nanad di kamar 03 yang kelakuannya nyaris mirip sama Dewi. Rame! Satu ciri khas dari doi adalah kecuekannya yang super duper over! Whatever dunia mau bilang apa, ini cara gue! Dan agak agak sedikit loading lama juga sih kadang. Hheee.. Tapi overall asik bangetlah ini orang.

Wokeh, sekian dulu prolognya. Mudah-mudahan serial ini ke depannya mendapat tempat di hati MPman MPwati semua. Dan met berharap-harap cemas menantikan serial ini… d^___^b

#Hheee, who you, Nje?! 


Yg paling gue suka pas imlekan: kk bawa dodol china dari boss-nyah #yummy XD

Jumat, 20 Januari 2012

Selasa, 17 Januari 2012

-el yang Bikin Sebel!

MPman MPwati... Apa hayooo akhiran -el yang bikin sebel? Yang jelas bukan nasi timbel, sambel, apalagi pecel! Kalau itu mah bukannya bikin sebel malah bikin ngilel! #maksabanget.com

Wokeh, menurut gue, akhiran -el yang bikin sebel adalah... Engingeng... Tarraaa... Degdeg, degdeg, degdeg... Label! Yep, biasa kita menyebutnya labeling, berhubung agak agak ng-Inggris ng-Inggris gemanaaa getoh, maka buat kali ini aja kita gunakan kata nge-label. Walaupun act alasannya biar judulnya berrima el-el aja sih. Hhiii.

Menurut (bukan psikolog) Enje Bisono, labeling itu ada dua jenisnya. Pertama labeling buat diri sendiri, misal: "Gue tuh paling nggak mudeng sama yang namanya matematika. Ibarat minyak dan air yang nggak bakalan bisa bersatu mau diapain aja" atau "Gue tuh nggak pantes banget disandngin sama doi yang solehnya nggak ketulungan. Malu ah, ntar dibilang nggak pernah ngaca lagi!" (konteksnya "didatengin" ikhwan soleh), dllsb yang senada. Dan yang kedua labeling buat orang lain. Misal, "Dia kan atong aka. Akhwat sepotong. Jilbabnya aja masih tipiiisss banget, dadanya kemana mana, lekukan tubuhnya juga nyata banget. Nggak syari dah pokoknya!" atau, "Si Markonah itu orangnya emang begitu dari lahir. Nggak asik buat dijadiin teman", dllsb yang senada.

Yang pasti, keduanya lebih banyak mudhorotnya ketimbang manfaatnya. Nggak percaya?!

Bayangin nih, ketika kita ngelabel seseorang berdasarkan lebar kali panjang jilbabnya, so pasti alam bawah sadar kita akan terus merekam itu sampai ajal menjemput. Si Markonah itu Atong si Munaroh itu Atung (akhwa tanggung) si Marhamah itu Amil (akhwat militan). Bah, jahat amat! Padahal kan semua manusia berproses... Kalau sekarang jilbabnya masih belum menutup dada, sangat mungkin setelah tahu ilmunya doi bakal menjulurkan jilbabnya. Yang jilbabnya sekarang panjang, bisa jadi juga besok doi mendekin jilbabnya karena merasa sudah bukan bagian dari jamaah X, Y, atau Z. Yang ini lebih aneh lagi. Lo kira jilbab panjang cuma buat orang orang tertentu?! o_O

Begitu juga ketika kita ngelabel diri sendiri. Dudul lah, nggak cantik lah, males lah, nggak bisa matematika lah.. Maka bisa dipastikan juga alam bawah sadar kita bakal merekam itu hingga akhir hayat. Kita nggak bakal maju saking sibuk dengan banyaknya label negatif dalam diri. Virus pesimis pun bakal merajai diri. Duh duh... Kasian amat! Mending terima diri apa adanya sambil pelan pelan "nambal" yang negatif, kan? Jadi bikin pede berlipat lipat, optimis merajai diri, dan yang pasti makin heppiii!

Ah, banyak omong yak gue? Sok sok nggak pernah ngelabel diri dan orang lain aja... Hheee, tenang, Mamen. Justru karena gue abis ngelabel diri sendiri, makanya jadi tulisan ini. Peribahasan: sambil nyelam ngambil mutiara. Mengingatkan diri sendiri di blog biar dibaca yang lain. Kali kali ada yang beloman pernah dengar tentang penyakit ngelabel ini.

Dan lagian ya, namanya juga manusia-gue, elo, kita semua-yang dikaruniai otak buat berfikir dan hati buat merasa. Cuma berhubung tarikan untuk berfikir dan merasa ke semua yang berbau negatif lebih sering diasah, jadi deh sering ngelabel!

Ah, nggak perlu berpanjang kata lagi. Mari sama sama kita sembuhin penyakit ini dari dalam diri. Pelan pelan sajaaa... #RatrikotakModeOn ^__^

Rabu, 11 Januari 2012

11 Januari

MPman MPwati, Hai hai hai (lagi)...
Maap maap niii, dalam sehari gue meramaikan inbox kalian sebanyak dua kali.
Beneran nggak direncanain banget tulisan kedua ini.
Cuma mau mengekspresikan senangnya hati ini
Sejak siang tadi.

Tapi tolong jangan tertipu sama judulnya, oki dokky?!
Beneran ini bukan mau bahas lagunya Gigi
11 Januari

Ini tentang seorang teman yang membuat muka gue berseri seri
Sepanjang hari ini

Namanya Dewi Ichi.
Kru Annida-Online yang gape IT
Plus jago buat ilustrasi.

Ceritanya... Tepat pukul 11 tadi
Doi datang ke ruangan menghampiri
Membawa sebuah kado dalam plastik puti(h)

Apa ini? Apa ini? Apa ini?
Gue bertanya tanya heppi...

Dan dengan sama heppi-nya doi bilang gini:
Met milad ya, Nje yang baik hati... (dua kata terakhir tolong jangan dipercayai! :-P)

Ssttt...
Tahukah tahukah tahukah kau, Ichi?
Sampai kini
Rasa haru itu nggak mau pergi!
Pasalnya, inilah kado pertama di usia 24. Hhiii...

Apalagi...
Inilah jilbab sulam pita pertama yang gue miliki
Sepanjang hayat ini.

Warna jilbabnya bagus kali...
Orange kalem dengan sulaman berwarna warni
Dominan coklat kesukaan gue, dan ungu kesukaan Ichi.

Bungkus kadonya apalagi
Beneran penuh filosopi
Gambar Kak Deni, eh, Teddy Bear coklat favorit Ichi
Dengan latar hijau muda kesukaan gue yang terbungkus rapi

Alahaiii...
Baru seminggu lalu kau takziyah bareng suami
Jauh jauh ke Tangerang dari Bekasi
Di awal tahun ini

Dan kini, satu lagi kejutan darimu yang bikin diri ini heppiii...
Makin terhura berkali-kali! XD

Belum lagi
Kau memberi ini di 11 Januari
Walaupun harlahku sudah berlalu berhari hari
Tapi tanggal ini istimewa masi(h)...

Hari ini Tepat 8 hari
Setelah 3 Januari
Dan tanggal ini makin spesial dengan kado dari Ichi...

Thanx bertubi-tubi, ya, Ichi...
Mudah mudahan makin heppiii
Bersama Kak Deni...
*Pliisss, bantu diamini, MPman MPwati XD

#tulisan special buat Ichi...

Selasa, 10 Januari 2012

Ilmu PeDe

Hai hai hai... MPmania yang masih suka menilai seseorang by the cover, angkat kakiiiiii (#eh)! Ada ada ada?
Kalau ada... Sami, donk! Hheee...

Orek, berhubung kondisi kita sama adanya, it means gue nggak bakalan ngajak kalian membuat paguyuban orang sok tewu, apalagi mengajari kalian bagaimana sih teknik melihat seseorang secara utuh, bukan cuma dari luarnya. Beneran deh bukan... Sadar diri gue mah.

Tapi kali ini, gue cuma mau mensharing apa yang gue dapat dari"talim eksklusif" bareng Agus Idwar. Tau tau tau? Itu lho, mantan personel tim nasyid Snada yang belakangan sering ngeksis di jagad tvri saban subuh.

Doi memaparkan satu kisah klasik tentang dua orang: ahli ibadah n ahli maksiat di zaman nabi Musa as. Keduanya mendatangi Musa untuk menanyakan kepada Allah, di manakah posisi mereka di akhirat nanti?

Sampai akhirnya, datanglah keputusan Allah untuk keduanya. "Kau akan memasuki surgaNya Allah, wahai ahli ibadah," kata Musa.

"Tuh kan, tuh kan, tuh kan... Gue bilang juga apa, gue itu udah pasti masuk surga!" Timpal si ahli ibadah.

"Dan kau ahli maksiat, di akhirat nanti kau akan masuk ke neraka-Nya Allah," lanjut Musa.

Wuih... So pasti sedih, yeesss...

Tapi tahukah MPmania, apa jawaban si ahli maksiat?

Eng ing eng... Great! Dengan penuh kerendaan hati, doi menimpali perkataan Musa, "Ya Allah, terima kasih banyak karena Kau telah memberiku tempat di akhirat nanti walaupun di neraka. Kukira tidak akan ada lagi tempat di akhirat sana untuk ahli maksiat sepertiku. Sekali lagi, terima kasih, ya Allah..."

Dan blast! Kun fayakun, Jadilah maka jadilah! Turun lagi ketetapan dari Allah. Karena kesombongannya, ahli ibadah akan dimasukkan ke dalam neraka, sedang ahli maksiat, karena kerendah hati n besarnya rasa syukur, Allah akan masukkan doi ke surgaNya.

Ahli ibadah tersedu sedan, menangis sejadi-jadinya, menyesali setitik kesombongannya yang merusak segala amalnya kemarin kemarin, dan bersegera bertobat.

Doi menerima keputusan itu dengan satu syarat. "Ya Musa... Tolong sampaikan kepada Allah, aku pasrah memasuki nerakaNya. Tapi ada satu permintaanku... Tolong besarkan badanku hingga menutupi pintu neraka setelah aku memasukinya. Karena aku tak ingin ada satu orangpun yang memasukinya setelahku. Aku tak ingin orang orang juga merasakan apa yang akan aku alami di nerakaNya," rengeknya sambil tersedu sedan.

Dan sekali lagi... Blast! Kun fayakun, Jadilah maka jadilah! Ia yang Maha Mendengar, menerima tobat si ahli ibadah dan mengabulkan harapan tulus nan besarnya. Ketetapan baru muncul, keduanya akan memasuki surgaNya. Co cwiiit, yah, eding ceritanya... :-)

Nah nah nah... Dapat point dari cerita di atas? Yang masih nggak mudeng, wokeh lah kalau begetoh, mumpung gue lagi baik, nih... Gue jelasin deh beberapa pelajaran yang bisa kita tangkap.

Setidaknya ada dua pelajaran. Yang pertama, sadar atau nggak, kita itu sering berlaku seperti si ahli ibadah. Yah, mungkin nggak secara lisan, tapi secara laku maupun fikiran.

Di otak kita pasti masih tertanam, orang yang rajin ibadah itu pasti deh masuk surga. Dan nggak jarang, pemikiran itu pula yang melandasi segala amal ibadah kita. Kalau kalian enggak, gue sih jujur kadang iya. Pun dalam menilai orang lain, gue masih suka tersekima dengan orang yang sholat tahajjudnya rajin, bacaan n hafalan Qurannya oke punya, puasa sunnahnya pooolll, dll yang baik baik. Masih suka silau n jiper gitu deh sama orang orang macam mereka.

Padahal kan, kalau dari cerita di atas, siapa yang tahu hati orang n siapa yang bisa mencegah ketetapanNya? Wong Dia Maha Berkehendak, kok. Maha Tahu kondisi hati orang dalam beribadah, ikhlas atau cuma biar dilihat orang. Hidung siapa (baca: who knows...), kan?

Yah, tapi jangan jadi malas ibadah juga, right? Karena ibadah itu kan juga menjadi salah satu pintu untuk mengharap ketetapan baikNya Allah... Bukan begituh? Lagian, mau kita ibadah atau nggak, nggak ada ngefeknya sama Dia... Who you? Yang ada, kalau kita nggak beribadah, kita kaleee yang rugi! o_O

Pelajaran kedua, ini buat siapa aja yang ahli maksiat, termasuk juga gue. Kan namanya juga manusia, punya nafsu yang memungkinkannya menumpuk dosa, yeesss. Remember selalu... Allah itu Baiiiiiiiiiik banget! Jangan pernah terucap, "Udah kepalang tanggung! Udah kebanyakan dosa gue. Susah buat diampunin. Mending ngedosa aja dah lagi..."

Beuwh... Kata siapa susah diampunin? Nggak ada yang nggak mungkin bagiNya, kaleee... Lah, pelacur yang ngasih minum anjing yang sedang kehausan aja masuk surga, kok... Pembunuh yang udah bunuh 99orang pun akhirnya masuk surga juga.

So, mari... Mari kita sama sama kembali padaNya. Surga bukan cuma buat yang berjilbab, apalagi buat para ustadz. Enak aja... Luas banget itu surga!

Yang penting, jangan kePeDean dah jadi orang. Ibadah mah ibadah aja. Jangan kePeDean bakal diterima itu ibadah kita n jangan nggak PeDe juga ibadah kita nggak bakal diterima olehNya. Yang sedang sedang sajalah... *jadi pengen ngedangdut, nih XD

Minggu, 08 Januari 2012

Dunia Dalam 8 (Delapan)

Ini tulisan, penting nggak, yeesss? Yang merasa penting sila baca, yang nggak, yowes nggak dipaksa. Hheee

Intinya sih mau menunjukkan keheranan gue, kenapa ya, kok dunia gue nggak jauhjauh dari angka 8, dan kesemuanya berhubungan dengan berita gembira. Beneran! Bukan bermakud syirik angka, lho... Bukan, bukan... Ini murni cuma buat pemantik semangat ngeblog lagi yang hampir kandas semingguan kemarin. Jadi, bawa enjoy aja bacanya, yayaya... ;-)

Wokeh, dan inilah 8 hal membahagiakan dalam hidup gue, yang berhubungan dengan angka 8. Cekidot!

1. Alhamdulillah, gue dilahirkan 24 tahun yang lalu, tepatnya di tahun 1988. Hhaaa, nggak tau apa alasannya, yang jelas gue senang aja jadi generasi '88. Eiya, mungkin salah satu penyebabnya usia yang lebih muda dari jenjang pendidikan yang seharusnya. Jadi, teman teman seangkaan gue itu rata rata kelahiran 1987. Bisa dihitung pakai jari yang kelahiran 88, dan gue salah sedikitnya.
Terus, kalau ditanya sama orang, kok bisa sih? Dengan songongnya gue bilang, "iya, dulu sempat aksel... TK-nya!". Huwahaha...

2. Alhamdulillah lagi, gue punya 6 kakak lakilaki dan 2 kakak perempan, yang kalau ditotal jadi 8. Yeayyy! Dan tahukah, semuanya punya keunikan masingmasing, bow!
Ada yang resiknya nggak ketulungan, cerewetnya nggak ketulungan, pintarnya nggak ketulungan, gape masaknya nggak ketulungan, gantengnya nggak ketulungan, rajin berburu majelis ilmunya nggak ketulungan, sabar ngurus anaknya nggak ketulungan, supelnya nggak ketulungan. Dan kalau semua udah ngumpul, satu yang jadi kesamaan: berisiknya nggak ketulungaaan! Hheee. We are big family.

3. Nggak tau meski berucap alhamdulillah atau innalillah, di tahun 2008 gue diamanahkan menjadi salah satu dari tim inti Rohis FKM UI (Nurani) yang keren abis. Dan tahun itu Rohisnya tepat memasuki usia Ke-8. Keren, kan kan kan?!
Terlepas dari semua kekurangan dan keterbatasan gue di dalamnya, tapi gue cukup puas dan senang, kok. Semua pengurus intinya hebat, staffnya juga taat. Dan insyAllah Rohis kami membawa manfaat :-)

4. Di tahun yang sama, 2008, prestasi akademis gue semasa kuliah juga cukup memuaskan, lho... Alhamdulillah, IP yang sempat terjun bebas ke kepala 2, di tahun ini mningkat gila ke kepala 3: 3,3 & 3,6. Dan sejak tahun itu, ip gue terus meningkat tak terendung. Dan mentok di IP 4 semester terakhir. Supeeerrr sekali!
Di tahun itu juga, ehmmm... Tim PKM gue lolos sampai tingkat nasional, lho... Yah, walaupun nggak menang pas berarung di tingkat nasional, tapi tim gue jadi satusatunya tim Pemberdayaan Masarakat (PKMM) yang lolos mewakili universitas gue. Yeayyy!
Itulah kali pertama gue merasakan naik bis kuning AC yang bikin "silau"mata banyak orang, Jakarta-Semarang. Eh, pulangnya jua jalanjalan ding, ke Malang n Malioboro. #bangga XD

5. Ini nggak terlalu penting, sih... Katanya, Partai yang Keren Sekali juga berada di urutan ke-8, lho, untuk periode ini. Hheee...

6. Yang ini antara nyebelin n nyenengin. Tiap pagi itu gue harus beradu cepat dengan jam 8, baik naik bis ataupun naik kereta. Kalau sampai tol Veteran, Bintaro, lebih dari jam 8,tettooottt... alamat sampai kantor jam setengah sepuluh! Selain macet, bisnya juga makin jarang. Pun kalau naik kereta, kalau ketelatan naik kereta yang jam setengah 8 dari St Pondok Ranji, bisa-bisa ketinggalan kereta jam 8 lewat 10 di St Tana Abang!
Eh, tapi itu yang bikin nyebelinnya. Nggak selamanya nyebelin kok. Hheee... Karena jadwal itulah gue jadi makin semangat berangkat pagi... walaupun actually jarang banget berangkat pagi. Huwahaha XD

7. Ini juga gue nggak ngerti... Gue punya 8 teman SMA yang hampir tiap minggu kita ketemuan dan membicarakan nggak jauh jauh dari perkembangan Rohis SMA kami tercinta. Padahal usia kami terpaut cukup jauh, dari angkatan 03-11. Tumplek jadi satu!

8. Kalau yang ini cukup aneh. Nama gue itu harusnya artinya Cahaya Surga. Hanya saja, karena orang kelurahannya salah ketik dan kurang memasukkan stu huruf: Nurjannah jadi Nurjanah, jadilah nama gue nggak ada arti bagusnya. Dan jumlah huruf yang bikin nggak ada artinya, lagi lagi berjumlah 8 (huruf). Etapedeee...


>> Ada plus-plusnya, ding! :)
Ternyata eh ternyata, gue kan iseng ikut #DearMama project @nulisbuku, naskah gue lolos, bow, di buku ke-8! Terkaget-kaget gue dengarnya. Anw, ada yang minat beli? Hheee... Siapa lo, Nje?! :P

Nah nah, gimana gimana gimana? Percaya kan kalau gue itu nggak jauh jauh dari angka 8, walaupun agak maksa?!

Okd, Semangat mengawali pekan kedua 2012... Makin getol ngeblognya! \^__^/

*perjalanan menuju kantor yang macetnya pooolll!

Jumat, 06 Januari 2012

Bertahan Satu C.I.N.T.A...

MPmania, hollaaa... :-)
Malam basah sisa hujan gini, enaknya ngapain, yeesss? Ngegalau sambil nyanyiin lagu ala cowok-cowok camen jaman sekarang macam penyanyi judul di atas, kah?

Of course not, lah yeesss... Udah 2012, gituh! Masih jaman? Hheee.

Mongngomong 2012... Kalau gue pribadi, tahun ini sepertinya bakal menjadi tahun pembuktian cinta, deh. Eit, ingat... Konteksnya bukan di Bumi Cinta, tapi di Galaksi Cinta. Jadi, bukan membuktikan cinta kepada seseorang yang nggak jelas "hubungannya" sama gue, tapi pembuktian cinta kepada kedua orangtua yang dua hari menjelang tanggal kelahiran gue, resmi tinggal satu. Awal tahun yang ngenes! >,<

Eh, tapi nggak selamanya kematian menjadi satu yang paling ngenes bin tragis, ding. Karena dari kematian kadang tumbuh cinta yang makin menjadi-jadi terhadap yang sudah pergi. Kadang dari kematian mendidik Yang masih hidup untuk lebih peduli kepada orang lain. Kadang dari kematian juga, kita jadi makin disadarkan betapa karunia Allah itu luas, diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki. Yeaayyy!

Dari kematian gue belajar banyak akan pribadi Babeh, gimana seharusnya bermuamalah dengan tetangga. Jumlah pelayat terus berdatangan sampai malam. Dari kematian gue diajarin arti persaudaraan sama teman pengajian, teman SMA, teman kuliah, sampai teman kantor. Jauh-jauh mereka datang takziyah demi temannya yang dudul ini. Dari kematian gue belajar, kebaikan itu bisa diraih dari banyak pintu. Makanya kudu punya pintu utama yang akan jadi penyebab turunnya karunia Allah. Seperti Babeh yang unggul di silaturahim dan berbagi.

Dan ini yang gue maksud dengan bertahan satu C.I.N.T.A... Bertahan di Galaksi Cinta! So pasti kesedihan nggak pernah luput di dalamnya. Tapi kedahsyatan pancaran cintanya, dhuaaarrr! Mengalahkan kesedihannya.

Makanya, mending luka sedikit cinta banyak di Galaksi Cinta ketimbang luka banyak tapi cinta sedikit di Bumi Cinta. Kan, kan, kan...?!

Terus mencinta di Galaksi Cinta... ^__^

*ngelindur