Kamis, 29 Desember 2011
Rabu, 28 Desember 2011
Bumi Cinta vs Galaksi Cinta
MPmania... pernah merasakan gimana Beda asyiknya mencinta di Bumi Cinta dan Galaksi Cinta? Ah, no no no, harusnya pertanyaan pertamanya adalah: tahu atau pernah dengar istilah Bumi Cinta dan Galaksi Cinta?
Kalau ada yang bilang pernah, ah, ngibul banget tuh orang! Secara, dua istilah (di blog) ini gue yang buat. So, udah pasti nggak ada yang tahu atau pernah dengar dua istilah di atas. Gue jamin! #sok!
Halah, berbelit-belit, nggak to the point!
Baiklah baiklah baiklah... Awalan, Tepatnya setelah menyelami dunia cinta Ajuj dan Kinanthi dalam novel keren bin oke maha karya Mas Tasaro GK yang nggak baca bakal nyesel tujuh turunan delapan tanjakan (lebeh tapi fakta), gue pun mendapat impress tersendiri dari judul yang doi aangkat: Galaksi Kinanthi. Mantafff!
Emang dahsyat dah aktivitas membaca. Dari novel itu, dua istilah berkaitan dengan mencinta, berkelebat gelisah dalam benak gue bermalam-malam. Eit, jangan salah kira, minta dituliskan, maksudnya. Hheee...
Satu bisikan aneh terus terngiang membisik sampai mengganggu tidur gue: duhai, Enje... mencintalah siapa saja. Tapi.... Mencintalah di Galaksi Cinta, jangan di Bumi Cinta!
Dan selalu aja, tiap gue mendongakkan kepala dan bertanya 'kenapa begitu?', BLAST! Bisikan itu seperti hilang terbawa angin lalu. Yaaahhh...
Finally, beberapa malam gue pikir pikir dan timbang timbang, dapatlah itu jawaban yang gue karang sendiri pake jurus sakti mandraguna: kirologi! (baca: ilmu yang mempelajari tentang kira-kira)
Mau tau mau tau mau tau, jawabannya? *pakai gaya Ust. Maulana :-P
Begini jawabannya...
Pertama, mari kita bandingkan dari segi ukuran dan besarnya. Yang namanya galaksi (bima sakti), kan lebih lebih luas dari bumi, yeesss? Secara, bumi aja, kan, hanyalah satu di antara sekian juta biintang di galaksi (bima sakti). Jadi, kesimpulan gue: mencinta di Galaksi Cinta, itu konteksnya selalu lebih luas dibanding mencinta di Bumi Cinta.
Mungkin ini ada hubungannya juga sama kondisi kekinian di mana di mana di mana banyak muda mudi yang memaknai kata cinta sebatas hubungan laki-laki perempuan. Gue cinta elo, selesai! Cuma melibatkan dua insan, dibatasin syarat-syarat fisik pula. Kalau bahasa gue: cuma mencinta di Bumi Cinta. Sempit banget jangkauannya!
Beda kalau mencinta di Galaksi Cinta. Widiiih... Makna cinta yang bersemi di sana luas b-g-t. Luas seluasnya! Ada gue, elo, dia, mereka, kita semua yang saling mencinta tanpa dibatasin syarat-syarat fisik yang sering bikin sirik. Gue cinta nyak babeh gue. Elo cinta guru, ustadzah, n dosen lo. Mereka yang kaya cinta yang miskin. Dan kita semua cinta sodara-i seiman di Palestina, Afgan, Bosnia, Pattani, Myanmar, n di belahan bumi lainnya. Wow, this is it! The biggest love in Galaksi Cinta. Aheeyyy!
Then, Alasan kedua kenapa kudu mencinta di Galaksi Cinta ketimbang Bumi Cinta (noted: masih memakai ilmu kirologi, lho, yeesss!), mari kita bandingkan dari sisi hingar bingar yang terjadi di dalam keduanya. Kerumitannya masing-masing.
Semua sepakat kalau di belahan bumi manapun, selalu ada hingar bingar. Mau itu berupa KDRT, perploncoan dalam ospek mahasiswa, tawuran ala pelajar camen, human trafficking, big hole antara si kaya dan si miskin, gunung meletus, banjir bandang, pembalakan hutan, dllsb.
Intinya, di bumi itu terjadi hingar bingar. Tapi di galaksi (bima sakti) yang jauh lebih luas dan besar, hingar bingarnya lebih lebih. Gue nggak ngerti-ngerti amat, actually. Tapi yang gue tahu, di sana sangatlah rusuh. Nggak beraturan. Tiap waktu terjadi tumbukan, tabrakan antara satu bintang dengan bintang lain. Dhuaaarrr, jelegaarrr, pletaaarrr! So busy! *Hheee, sorry, cuma itu yang gue tangkap dari novel Galaksi Kinanthy XD.
Gue cuma mau bilang, kalau kita mencinta di Galaksi Bumi, hingar bingarnya, gesekan-gesekannya, kalah jauh sama kalau kita mencinta di Galaksi Cinta.
Di Bumi Cinta, hingar bingarnya palingan cuma berkisar antara fisik lo sudah nggak bohay lagi, atau sudah ada yang kebohayan fisiknya melebihi lo, atau ortu gue sudah memilihkan yang lain (halasan!), atau bahkan dompet lo udah makin tiris! Hheee.
Tapi di Galaksi Cinta, hingar bingarnya... Beuwh... Banyak ujiannya! Bisa karena ortu kita sudah semakin uzur hingga membutuhkan kesabaran n kecintaan yang lebih lebih, bisa karena ustadzah kita pingin bacaan Quran muridnya lebih bagus lagi makanya nggak kunjung dilulusin, bisa karena banyak yang jadi orang kayanya instan bin simsalabim sampai lupa sama mereka yang kondisinya sama kayak kondisi dia dulu, bisa juga karena ada super power zolim di tingkat dunia sampai keadilan di depan matanya sirna. Intinya, rumit banget. Complicated kalau kata Avril Lavigne ;-) .
Tapi eh tapi... Kerumitan dan hingar bingarnya yang super dahsyat itu lah yang membuat mencinta di Galaksi Cinta lebih berasa keabadiannya. Bukan cuma sebatas riak riak rasa, tapi sampai ke ombak rasa. Jangan coba-coba ganggu ortu, ustadzah, si miskin, dan sodara seiman gue. Kalau nggak... Byuuurrr! *bunyi ombak
Hheee... Agak seriusan n sulit dicerna, yak? Lagi lagi, begini nih dahsyatnya sebuah buku bacaan. Bisa menggoda mazhab kepenulisan yang selama ini kita anut!
Last but not least...
Mari, mari sama-sama belajar mencinta di Galaksi Cinta... XD
[tulisan paling sotoy si Enje ;-) ]
Kalau ada yang bilang pernah, ah, ngibul banget tuh orang! Secara, dua istilah (di blog) ini gue yang buat. So, udah pasti nggak ada yang tahu atau pernah dengar dua istilah di atas. Gue jamin! #sok!
Halah, berbelit-belit, nggak to the point!
Baiklah baiklah baiklah... Awalan, Tepatnya setelah menyelami dunia cinta Ajuj dan Kinanthi dalam novel keren bin oke maha karya Mas Tasaro GK yang nggak baca bakal nyesel tujuh turunan delapan tanjakan (lebeh tapi fakta), gue pun mendapat impress tersendiri dari judul yang doi aangkat: Galaksi Kinanthi. Mantafff!
Emang dahsyat dah aktivitas membaca. Dari novel itu, dua istilah berkaitan dengan mencinta, berkelebat gelisah dalam benak gue bermalam-malam. Eit, jangan salah kira, minta dituliskan, maksudnya. Hheee...
Satu bisikan aneh terus terngiang membisik sampai mengganggu tidur gue: duhai, Enje... mencintalah siapa saja. Tapi.... Mencintalah di Galaksi Cinta, jangan di Bumi Cinta!
Dan selalu aja, tiap gue mendongakkan kepala dan bertanya 'kenapa begitu?', BLAST! Bisikan itu seperti hilang terbawa angin lalu. Yaaahhh...
Finally, beberapa malam gue pikir pikir dan timbang timbang, dapatlah itu jawaban yang gue karang sendiri pake jurus sakti mandraguna: kirologi! (baca: ilmu yang mempelajari tentang kira-kira)
Mau tau mau tau mau tau, jawabannya? *pakai gaya Ust. Maulana :-P
Begini jawabannya...
Pertama, mari kita bandingkan dari segi ukuran dan besarnya. Yang namanya galaksi (bima sakti), kan lebih lebih luas dari bumi, yeesss? Secara, bumi aja, kan, hanyalah satu di antara sekian juta biintang di galaksi (bima sakti). Jadi, kesimpulan gue: mencinta di Galaksi Cinta, itu konteksnya selalu lebih luas dibanding mencinta di Bumi Cinta.
Mungkin ini ada hubungannya juga sama kondisi kekinian di mana di mana di mana banyak muda mudi yang memaknai kata cinta sebatas hubungan laki-laki perempuan. Gue cinta elo, selesai! Cuma melibatkan dua insan, dibatasin syarat-syarat fisik pula. Kalau bahasa gue: cuma mencinta di Bumi Cinta. Sempit banget jangkauannya!
Beda kalau mencinta di Galaksi Cinta. Widiiih... Makna cinta yang bersemi di sana luas b-g-t. Luas seluasnya! Ada gue, elo, dia, mereka, kita semua yang saling mencinta tanpa dibatasin syarat-syarat fisik yang sering bikin sirik. Gue cinta nyak babeh gue. Elo cinta guru, ustadzah, n dosen lo. Mereka yang kaya cinta yang miskin. Dan kita semua cinta sodara-i seiman di Palestina, Afgan, Bosnia, Pattani, Myanmar, n di belahan bumi lainnya. Wow, this is it! The biggest love in Galaksi Cinta. Aheeyyy!
Then, Alasan kedua kenapa kudu mencinta di Galaksi Cinta ketimbang Bumi Cinta (noted: masih memakai ilmu kirologi, lho, yeesss!), mari kita bandingkan dari sisi hingar bingar yang terjadi di dalam keduanya. Kerumitannya masing-masing.
Semua sepakat kalau di belahan bumi manapun, selalu ada hingar bingar. Mau itu berupa KDRT, perploncoan dalam ospek mahasiswa, tawuran ala pelajar camen, human trafficking, big hole antara si kaya dan si miskin, gunung meletus, banjir bandang, pembalakan hutan, dllsb.
Intinya, di bumi itu terjadi hingar bingar. Tapi di galaksi (bima sakti) yang jauh lebih luas dan besar, hingar bingarnya lebih lebih. Gue nggak ngerti-ngerti amat, actually. Tapi yang gue tahu, di sana sangatlah rusuh. Nggak beraturan. Tiap waktu terjadi tumbukan, tabrakan antara satu bintang dengan bintang lain. Dhuaaarrr, jelegaarrr, pletaaarrr! So busy! *Hheee, sorry, cuma itu yang gue tangkap dari novel Galaksi Kinanthy XD.
Gue cuma mau bilang, kalau kita mencinta di Galaksi Bumi, hingar bingarnya, gesekan-gesekannya, kalah jauh sama kalau kita mencinta di Galaksi Cinta.
Di Bumi Cinta, hingar bingarnya palingan cuma berkisar antara fisik lo sudah nggak bohay lagi, atau sudah ada yang kebohayan fisiknya melebihi lo, atau ortu gue sudah memilihkan yang lain (halasan!), atau bahkan dompet lo udah makin tiris! Hheee.
Tapi di Galaksi Cinta, hingar bingarnya... Beuwh... Banyak ujiannya! Bisa karena ortu kita sudah semakin uzur hingga membutuhkan kesabaran n kecintaan yang lebih lebih, bisa karena ustadzah kita pingin bacaan Quran muridnya lebih bagus lagi makanya nggak kunjung dilulusin, bisa karena banyak yang jadi orang kayanya instan bin simsalabim sampai lupa sama mereka yang kondisinya sama kayak kondisi dia dulu, bisa juga karena ada super power zolim di tingkat dunia sampai keadilan di depan matanya sirna. Intinya, rumit banget. Complicated kalau kata Avril Lavigne ;-) .
Tapi eh tapi... Kerumitan dan hingar bingarnya yang super dahsyat itu lah yang membuat mencinta di Galaksi Cinta lebih berasa keabadiannya. Bukan cuma sebatas riak riak rasa, tapi sampai ke ombak rasa. Jangan coba-coba ganggu ortu, ustadzah, si miskin, dan sodara seiman gue. Kalau nggak... Byuuurrr! *bunyi ombak
Hheee... Agak seriusan n sulit dicerna, yak? Lagi lagi, begini nih dahsyatnya sebuah buku bacaan. Bisa menggoda mazhab kepenulisan yang selama ini kita anut!
Last but not least...
Mari, mari sama-sama belajar mencinta di Galaksi Cinta... XD
[tulisan paling sotoy si Enje ;-) ]
Selasa, 27 Desember 2011
Flickr: Enjeklopedia's Photostream
http://www.flickr.com/photos/enjeklopedia/
tarraaa... ini dia sekolah paling keren se-Blok M, Mahakam (ya eyalah... secara cuma satu sekolah di Mahakam. Ixixix). Yuk mampir2 menikmati suasana hijau yg dipadu padan dengan arsitektur minimalis... :D
tarraaa... ini dia sekolah paling keren se-Blok M, Mahakam (ya eyalah... secara cuma satu sekolah di Mahakam. Ixixix). Yuk mampir2 menikmati suasana hijau yg dipadu padan dengan arsitektur minimalis... :D
Senin, 26 Desember 2011
Nyanyian Akhir Bulan
Hampa Dompetmu
By: Ungu feat Iis Kembang Tujuh Rupa
Pernahkah kau merasa...
Pernahkah kau merasa...
Cukup sudah kuhabiskan uangku
Cukup sudah kugerogoti tabunganku
Mati sudah hidup ini tanpanya (uang)
Mati sudah hasrat ingin menghamburkannya (uang)
Pernahkah kau merasa dompetmu hampa
Pernahkah kau merasa tabunganmu kosong
Buang saja semua kata borosku
Buang saja semua keinginan ngutangku
Hancur sudah hati ini tanpanya (uang)
Hancur sudah hasrat ingin menghamburkannya (uang)
Pernahkah, pernahkah kau merasa
Di kala siang datang terasa gelap gulita
Tiada uang hanya penyesalan dan utang
Tak ada lagi suka tak ada foya foya
Pernahkah, pernahkah pernahkah pernahkah pernahkah, pernahkah kau merasa
Di saat kantong hampa
Meski keinginan belanja kian beradu saling mengadu
Kau tetap terlelap dalam tidurmu
Dangdut:
Maafkan aku dompetku
Bukan maksud menghabisimu, mengurasmu
Ampuni aku tabunganku
Cukup katakan aku tak lagi menarikmu
Pernahkah kau merasa
Pernahkah kau merasa
Pernahkah kau merasa...
#Kidding XD
By: Ungu feat Iis Kembang Tujuh Rupa
Pernahkah kau merasa...
Pernahkah kau merasa...
Cukup sudah kuhabiskan uangku
Cukup sudah kugerogoti tabunganku
Mati sudah hidup ini tanpanya (uang)
Mati sudah hasrat ingin menghamburkannya (uang)
Pernahkah kau merasa dompetmu hampa
Pernahkah kau merasa tabunganmu kosong
Buang saja semua kata borosku
Buang saja semua keinginan ngutangku
Hancur sudah hati ini tanpanya (uang)
Hancur sudah hasrat ingin menghamburkannya (uang)
Pernahkah, pernahkah kau merasa
Di kala siang datang terasa gelap gulita
Tiada uang hanya penyesalan dan utang
Tak ada lagi suka tak ada foya foya
Pernahkah, pernahkah pernahkah pernahkah pernahkah, pernahkah kau merasa
Di saat kantong hampa
Meski keinginan belanja kian beradu saling mengadu
Kau tetap terlelap dalam tidurmu
Dangdut:
Maafkan aku dompetku
Bukan maksud menghabisimu, mengurasmu
Ampuni aku tabunganku
Cukup katakan aku tak lagi menarikmu
Pernahkah kau merasa
Pernahkah kau merasa
Pernahkah kau merasa...
#Kidding XD
Minggu, 25 Desember 2011
Flickr: Enjeklopedia's Photostream
http://www.flickr.com/photos/enjeklopedia/?saved=1
yang beloman pernah ke Taman Matahari, Puncak, mampir2 di mari, yuuuuk :)
yang beloman pernah ke Taman Matahari, Puncak, mampir2 di mari, yuuuuk :)
Jumat, 23 Desember 2011
Rabu, 21 Desember 2011
Senin, 19 Desember 2011
Zombie!
Mentemen pernah dengar lagu Zombie? Pernah, pernah? Itu lho, lagu dangdut yang booming di era 2010, dinyanyiin sama Trio Macan... Eh, itu mah Kucing Garong, ding! Huwahaha, garink tuwenan! Yang benar, itu salah satu lagu The Cranberries yang beken di awal-awal 90an.
Kalau boleh cerita, jujur gue punya pengalaman tersendiri dengan lagu satu ini dulu dan sekarang. Seinget gue, lagu bahasa inggris perta ma (kira-kira pas gue kelas 1 MI) yang gue tau n yang pede gue nyanyiin (pas bagian ekornya doank sih) dengan suara lantang, ya lagu Zombie ini. Waktu itu murni sering gue nyanyiin karena suka dengerin kakak ngulang-ngulang lagu ini di dalam rumah. So, bener bener kayak burung beo, nggak tau apa artinya!
Belakangan gue lumayan suka dengerin lagi nih lagu. Bedanya udah ada upaya cari tau lah, apa n siapa sih yang dimaksud dengan zombie? dan Seiring waktu gue nyanyiin lagu ini, kok ada hubungannya ya sama keseharian gue? Eng ing eng... Tarraaa... Sim salabim... Gue seperti berubah jadi zombie, dah!
Emang nggak seperti zombie yang dimaksud penyanyinya: penjahat perang tingkat dunia yang menurut gue cocok disematkan untuk zionis Israel yang selonong boy nyaplok tanah orang n dengan tega tingkat advance ngebunuhin si empunya tanah. 7 kata buat mereka: Hoooy, go to hell, kalian para zion!
Gue nggak memerangi orang baik secara lisan maupun fisik (mudah mudahan bener adanya). Sumpedeee enggak! Tapi faktanya gue berubah menjadi zombie, yang walaupun secara fisik hidup, namun nggak secara jiwa. Dan ini berakibat fatal terhadap pencapaian gue di dunia blogger di penghujung 2011 ini. Aarrgghh!
Targetnya, akhir tahun ini gue harus genap nulis 100 postingan di MP. detik detik penghabisan, pas udah tinggal 20 postingan lagi, eh gue mendadak jadi zombie! Hidup sih, beraktivitas sih, berinteraksi sih... Tapi semua seakan nggak nyata. Hikmah yang selalu gue yakini terserak di sekeliling, seakan pergi menjauh sejauhnyah dari segala sisi kehidupan gue. Akibatnya, ide buat nulis pun nol besar!
Noted: bukan hikmah yang salah, emang dasar guenya a ja yang dudul! Usut punya usut, selidik punya selidik, setelah beberapa kali gue kaji kenapa kenapa kenapanya, Akhirnya fix gue temukan musababnya. Yoy, interaksi gue dengan Quran yang minim kemarin kemarin (wanita punya urusan).
Waktu ada pelatihan yang salah satu pesertanya ustadz di kantor gue, amat sangat terkejut gue dengan kenyataan bahwa beliau mampu merekam ilmu yang disampaikan si trainer dengan sangat baiknya. Ini terbukti waktu para peserta diminta untuk berpendapat dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Padahal usia beliau sudah hampir kepala lima, lho!
Itu baru satu bukti kedahsyatan Quran bagi yang dekat dekat dengannya. Ada lagi pengalaman gue digodain mereka yang berasal dari dunia lain waktu interaksi dengan Quran kurang, sedang interaksi dengan dunia begitu erat. Beuwh, nyeselnya sampai ke ubun ubun, bow! Ini kali pertama gue digodain mereka yang namanya nggak boleh disebut di siang lobong.
Emang deh, nggak pernah nyesel orang yang selalu menjaga interaksinya dengan Quran, pun cuma sekedar membacanya. Di dunia mulia, di akhirat lebih lebih...!
Apalagi buat yang sering ngerasain mau rajin update tulisan di blog, tapi bingung apa yang mau ditulis. Harus mulai dari mana. Tulisan macem apa yang seru tapi tetep sarat manfaat buat pembaca.
Ini nasehatin diri gue sendiri, sih... Tapi kali ada yang mau numpang nguping. Hheee... Yuk deh, kita jaga kedekatan seluruh jiwa dan raga dengan al-Quran yang mulia. Nyanyi boleh-boleh aja, asal jangan kebanyakan! Okokok... ^___^b
Kalau boleh cerita, jujur gue punya pengalaman tersendiri dengan lagu satu ini dulu dan sekarang. Seinget gue, lagu bahasa inggris perta ma (kira-kira pas gue kelas 1 MI) yang gue tau n yang pede gue nyanyiin (pas bagian ekornya doank sih) dengan suara lantang, ya lagu Zombie ini. Waktu itu murni sering gue nyanyiin karena suka dengerin kakak ngulang-ngulang lagu ini di dalam rumah. So, bener bener kayak burung beo, nggak tau apa artinya!
Belakangan gue lumayan suka dengerin lagi nih lagu. Bedanya udah ada upaya cari tau lah, apa n siapa sih yang dimaksud dengan zombie? dan Seiring waktu gue nyanyiin lagu ini, kok ada hubungannya ya sama keseharian gue? Eng ing eng... Tarraaa... Sim salabim... Gue seperti berubah jadi zombie, dah!
Emang nggak seperti zombie yang dimaksud penyanyinya: penjahat perang tingkat dunia yang menurut gue cocok disematkan untuk zionis Israel yang selonong boy nyaplok tanah orang n dengan tega tingkat advance ngebunuhin si empunya tanah. 7 kata buat mereka: Hoooy, go to hell, kalian para zion!
Gue nggak memerangi orang baik secara lisan maupun fisik (mudah mudahan bener adanya). Sumpedeee enggak! Tapi faktanya gue berubah menjadi zombie, yang walaupun secara fisik hidup, namun nggak secara jiwa. Dan ini berakibat fatal terhadap pencapaian gue di dunia blogger di penghujung 2011 ini. Aarrgghh!
Targetnya, akhir tahun ini gue harus genap nulis 100 postingan di MP. detik detik penghabisan, pas udah tinggal 20 postingan lagi, eh gue mendadak jadi zombie! Hidup sih, beraktivitas sih, berinteraksi sih... Tapi semua seakan nggak nyata. Hikmah yang selalu gue yakini terserak di sekeliling, seakan pergi menjauh sejauhnyah dari segala sisi kehidupan gue. Akibatnya, ide buat nulis pun nol besar!
Noted: bukan hikmah yang salah, emang dasar guenya a ja yang dudul! Usut punya usut, selidik punya selidik, setelah beberapa kali gue kaji kenapa kenapa kenapanya, Akhirnya fix gue temukan musababnya. Yoy, interaksi gue dengan Quran yang minim kemarin kemarin (wanita punya urusan).
Waktu ada pelatihan yang salah satu pesertanya ustadz di kantor gue, amat sangat terkejut gue dengan kenyataan bahwa beliau mampu merekam ilmu yang disampaikan si trainer dengan sangat baiknya. Ini terbukti waktu para peserta diminta untuk berpendapat dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Padahal usia beliau sudah hampir kepala lima, lho!
Itu baru satu bukti kedahsyatan Quran bagi yang dekat dekat dengannya. Ada lagi pengalaman gue digodain mereka yang berasal dari dunia lain waktu interaksi dengan Quran kurang, sedang interaksi dengan dunia begitu erat. Beuwh, nyeselnya sampai ke ubun ubun, bow! Ini kali pertama gue digodain mereka yang namanya nggak boleh disebut di siang lobong.
Emang deh, nggak pernah nyesel orang yang selalu menjaga interaksinya dengan Quran, pun cuma sekedar membacanya. Di dunia mulia, di akhirat lebih lebih...!
Apalagi buat yang sering ngerasain mau rajin update tulisan di blog, tapi bingung apa yang mau ditulis. Harus mulai dari mana. Tulisan macem apa yang seru tapi tetep sarat manfaat buat pembaca.
Ini nasehatin diri gue sendiri, sih... Tapi kali ada yang mau numpang nguping. Hheee... Yuk deh, kita jaga kedekatan seluruh jiwa dan raga dengan al-Quran yang mulia. Nyanyi boleh-boleh aja, asal jangan kebanyakan! Okokok... ^___^b
Minggu, 18 Desember 2011
Jumat, 16 Desember 2011
Panggilan Mak
http://www.annida-online.com/artikel-4660-Panggilan%20Mak.html
Cerpen yang bikin gue nggak jadi berangkat ngaji bulanan. Huh, untung aja ini cerpen bagus bin bermutu! Kalau nggak... *ngedumel
Tapi beneran bagus, Mamen! Mengahru birruuu! :D
Cerpen yang bikin gue nggak jadi berangkat ngaji bulanan. Huh, untung aja ini cerpen bagus bin bermutu! Kalau nggak... *ngedumel
Tapi beneran bagus, Mamen! Mengahru birruuu! :D
Rabu, 14 Desember 2011
Cadasss... Ciledug Meledug!
Setelah Mesir, Libya dan beberapa negara Timur Tengah, kini giliran Ciledug yang meledug, eh bergejolak. Yeah, Rock Ciledugers!
Malam ini (14/12/11) akan menjadi saksi sejarah bagaimana keberanian rakyat Ciledug melawan kesewenang-wenangan pihak Metro Mini 69 terhadap para penumpangnya.
Bayangin... Setelah mereka capek-capek berjibaku seharian dengan aktivitas Jakarta dan berharap dapat menyandarkan tubuh barang sejenak dalam besi orange (MM69), di setengah perjalanan (Cipulir sampai Kreo) dengan semena-mena ey ey, para supir dan kenek MM69 zolim itu menyuruh para penumpangnya turun dan pindah ke angkutan lain.
Mending kalau angkutan lainnya itu kosong, lah kalau penuh... Mereka pun harus berdiri mau nggak mau. Belum lagi kalau macet tak kunjung usai, semakin berlipatlipatlah kecapekan mereka. And you know... Kejadian ini berlangsung hampir tiap hari!
Ini pastinya akumulasi kekecewaan mereka terhadap super duper buruknya pelayanan yang diberikan. Setelah selama ini mereka hanya dapat ngedumel baik secara munfarid maupun berjamaah, dumelan itupun akhirnya meledug juga.
Antara sedih dan bahagia gue melihat kenyataan ini. Bahagia karena akhirnya kesewenangan MM69 dapat terkalahkan. Sedih karena saat kejadian gue hanya berada di posisi penonton. Aaargh!
Padahal, pernah satu dua kali gue memimpin pergerakan ini. Waktu itu gue jadi korban penurunan secara paksa bersama belasan penumpang lain. Sebelum semua penumpang menurut turun dengan setengah hati, gue berdiri mendahului sambil (sok) berkoar memprovokasi di depan pintu depan, ngajak penumpang lain untuk nggak menuruti pekataan si kenek.
"Jangan mau pindah, Bapak-bapak Ibu-ibu. Tadi bilangnya sampe Ciledug, sekarang malah kita disuruh turun di tengah jalan. Seenaknya aja mereka!"
Alamdulillah waktu itu ada satu dua yang dukung aksi (sok) jagoan gue, sebenarnya.
"Iya, jangan mau, Pak Bu!"
"Tau nih, kebiasaan. Kurang ajar mereka! Duduk lagi aja, jangan mau turun!"
Tapi apa lacur, biar kata pada nggak suka dengan penindasan dan kesewenang-wenanan ini, kebanyakan penumpang masih juga nurut (apa takut?) dengan gertakan khas supir dan kenek MM69.
"Kosong itu, Pak Bu, bis yang belakang. Ayo cepat turun! Kita mau muter balik kejar setoran!"
"Bah, nyebelin! Liat aja pembalasan gue!" dumel gue dalam hati, kala itu.
Dan tarraaa...
Kini kedongkolan gue terbayarkan sudah. Di depan mata kepala gue, belasan penumpang yang terdiri dari beberapa elemen (ibu-ibu, bapak-bapak, om-om, anak muda) bersatu padu melawan kesongongan kenek bis yang mereka naikin (bis di depan bis gue).
Tiga kata buat mereka: Amazing! Great! Cool!
Di tengah jalan, tanpa dikomandoi mereka membagi tugas perlawanan malam tadi. Beberapa Bapak meladeni adu mulut dengan sang kenek songong hingga nyaris terjadi adu fisik. Beberapa Bapak dan ibu ada yang membuat panas suasana hingga menyulut emosi penumpang di dalam bis yang gue naikin. Beberapa ibu lagi teriak-teriak heroik memarahi supir bis yang gue naikin agar nggak ngangkut mereka.
Dan sukses ses ses! Bis yang sudah muter balik ke arah blok M, itu muter kembali ke arah Ciledug. Yeaaahhh! Prok prok prok!
Baru kali ini gue ngeliat lunturnya kepongahan supir n bis MM69. Kalau biasa mereka membentak dan memperlakukan penumpang layaknya anak-anak yang bisa dimarahi seenak udelnya, kini mereka diam seribu bahasa dengan tampang kalahnya.
Bukan hanya supir n kenek bis di depan gue, tapi juga supir n kenek di bis yang gue taiki. Sepanjang Cipulir-Kreo, tak henti-hentinya kami mengomentari peristiwa pemberontakan itu.
"Rasain! Emang harus digituin sekali kali. Biar nggak nurunin penumpang lagi seenaknya!"
"Haha... Emang enak! Pelajaran buat supir-supir yang lain. Jangan semena-mena sama penumpang! Dikira kita nggak bisa ngelawan?!"
Dll koor makian dari bibir penumpang MM69 yang gue naikin. Dan supirnya... Manyun, Sodara-sodara!"
*curcolan malam pengguna MM69 yang sering dizolimi XD
Malam ini (14/12/11) akan menjadi saksi sejarah bagaimana keberanian rakyat Ciledug melawan kesewenang-wenangan pihak Metro Mini 69 terhadap para penumpangnya.
Bayangin... Setelah mereka capek-capek berjibaku seharian dengan aktivitas Jakarta dan berharap dapat menyandarkan tubuh barang sejenak dalam besi orange (MM69), di setengah perjalanan (Cipulir sampai Kreo) dengan semena-mena ey ey, para supir dan kenek MM69 zolim itu menyuruh para penumpangnya turun dan pindah ke angkutan lain.
Mending kalau angkutan lainnya itu kosong, lah kalau penuh... Mereka pun harus berdiri mau nggak mau. Belum lagi kalau macet tak kunjung usai, semakin berlipatlipatlah kecapekan mereka. And you know... Kejadian ini berlangsung hampir tiap hari!
Ini pastinya akumulasi kekecewaan mereka terhadap super duper buruknya pelayanan yang diberikan. Setelah selama ini mereka hanya dapat ngedumel baik secara munfarid maupun berjamaah, dumelan itupun akhirnya meledug juga.
Antara sedih dan bahagia gue melihat kenyataan ini. Bahagia karena akhirnya kesewenangan MM69 dapat terkalahkan. Sedih karena saat kejadian gue hanya berada di posisi penonton. Aaargh!
Padahal, pernah satu dua kali gue memimpin pergerakan ini. Waktu itu gue jadi korban penurunan secara paksa bersama belasan penumpang lain. Sebelum semua penumpang menurut turun dengan setengah hati, gue berdiri mendahului sambil (sok) berkoar memprovokasi di depan pintu depan, ngajak penumpang lain untuk nggak menuruti pekataan si kenek.
"Jangan mau pindah, Bapak-bapak Ibu-ibu. Tadi bilangnya sampe Ciledug, sekarang malah kita disuruh turun di tengah jalan. Seenaknya aja mereka!"
Alamdulillah waktu itu ada satu dua yang dukung aksi (sok) jagoan gue, sebenarnya.
"Iya, jangan mau, Pak Bu!"
"Tau nih, kebiasaan. Kurang ajar mereka! Duduk lagi aja, jangan mau turun!"
Tapi apa lacur, biar kata pada nggak suka dengan penindasan dan kesewenang-wenanan ini, kebanyakan penumpang masih juga nurut (apa takut?) dengan gertakan khas supir dan kenek MM69.
"Kosong itu, Pak Bu, bis yang belakang. Ayo cepat turun! Kita mau muter balik kejar setoran!"
"Bah, nyebelin! Liat aja pembalasan gue!" dumel gue dalam hati, kala itu.
Dan tarraaa...
Kini kedongkolan gue terbayarkan sudah. Di depan mata kepala gue, belasan penumpang yang terdiri dari beberapa elemen (ibu-ibu, bapak-bapak, om-om, anak muda) bersatu padu melawan kesongongan kenek bis yang mereka naikin (bis di depan bis gue).
Tiga kata buat mereka: Amazing! Great! Cool!
Di tengah jalan, tanpa dikomandoi mereka membagi tugas perlawanan malam tadi. Beberapa Bapak meladeni adu mulut dengan sang kenek songong hingga nyaris terjadi adu fisik. Beberapa Bapak dan ibu ada yang membuat panas suasana hingga menyulut emosi penumpang di dalam bis yang gue naikin. Beberapa ibu lagi teriak-teriak heroik memarahi supir bis yang gue naikin agar nggak ngangkut mereka.
Dan sukses ses ses! Bis yang sudah muter balik ke arah blok M, itu muter kembali ke arah Ciledug. Yeaaahhh! Prok prok prok!
Baru kali ini gue ngeliat lunturnya kepongahan supir n bis MM69. Kalau biasa mereka membentak dan memperlakukan penumpang layaknya anak-anak yang bisa dimarahi seenak udelnya, kini mereka diam seribu bahasa dengan tampang kalahnya.
Bukan hanya supir n kenek bis di depan gue, tapi juga supir n kenek di bis yang gue taiki. Sepanjang Cipulir-Kreo, tak henti-hentinya kami mengomentari peristiwa pemberontakan itu.
"Rasain! Emang harus digituin sekali kali. Biar nggak nurunin penumpang lagi seenaknya!"
"Haha... Emang enak! Pelajaran buat supir-supir yang lain. Jangan semena-mena sama penumpang! Dikira kita nggak bisa ngelawan?!"
Dll koor makian dari bibir penumpang MM69 yang gue naikin. Dan supirnya... Manyun, Sodara-sodara!"
*curcolan malam pengguna MM69 yang sering dizolimi XD
Senin, 12 Desember 2011
cranberries [the] - linger [acoustic].mp3 - 4shared.com - online file sharing and storage - download
http://www.4shared.com/audio/Fc8_rGbd/cranberries_the_-_linger_acous.htm
kayak-kayaknya sih lagu orang patah hati. Tapi enak nada n suara vokalisnya :D
*yang lagi patah hati jangan dengerin, ntar nambah parah nggak gue tanggung, lho! :P
kayak-kayaknya sih lagu orang patah hati. Tapi enak nada n suara vokalisnya :D
*yang lagi patah hati jangan dengerin, ntar nambah parah nggak gue tanggung, lho! :P
Minggu, 11 Desember 2011
Jumat, 09 Desember 2011
Blogger Kudu Jago Goyang Gayung
Hollaaa, MPman MPwati... Siapa yang nggak bisa goyang gayung? Ada, ada, ada? :-P
Duh, feeling gue mengatakan kok banyak yang nggak bisa, yeesss? Gimana ini, kalah sama keponakan gue yang baru kelas 1 SD n keponakan teman gue yang baru dua tahun, masa... Kalau ada iklan goyang gayung, mereka pasti bakal beraksi angkat tangan kanan sambil megang gayung n joget muter-muter. Beuwh, dahsyat dah anak jaman sekarang! -,-"
Eniwey, tahukah kalian bahwa goyang gayung itu sangad penting dikuasai oleh seorang blogger? Sound so ngaco bin ngawur, sih... Tapi beneran deh!
Menurut (bukan pakar sosial media) Enjewati, sedikitnya ada dua korelasi antara goyang gayung dengan dunia per-blog-an.
Pertama, buat yang udah melihat iklan goyang gayung (yang belom pernah mah kebangetan!), pasti tau gimana proses sang pencetus goyangan ini (Oji) mendadak kesohor. Yep, karena ada tetangganya yang mengendap-endap memvideokan aksi Oji di sumur belakang rumahnya n mengunggahnya ke Youtube. So, korelasi pertamanya adalah... Menulislah DI MANA AJA KAPAN AJA sesuai dengan PASSION kita. Mau lagi di bis, di atas tempat tidur, di atas kereta, pas lagi makan siang, menjelang tidur, nulis aja! Kali-kali gituh ada orang nggak kita kenal, tertarik sangad dengan tulisan kita dan menyerahkannya ke penerbit major. Hidung siapa, kan?!
Selain itu, menuruti perintah orang tua (terutama ibu) emang penting banget. Seandainya si Oji nggak nurutin perintah ibunya buat mandi, pasti nggak akan ada Oji di jagad hiburan tanah air. Kan kan kan?
Korelasi keduanya dengan blogger? Ya jelas, kalau lagi ngeblog ortu kita nyuruh sesuatu, kudu diturutin (ngingetin diri sendiri). Nah, di sela-sela ngelaksanain perintahnya, lanjutin lagi deh ngeblognya. Hheee.
Then, apa bedanya antara goyang gayungnya Oji, goyang ngebornya Inul, goyang ngecornya Uut Permatasari, dan goyang gergajinya Dewi Persik? Yep, jelas beda jenis kelaminnya. Bayangin, ketika bertahun-tahun dunia goyang ngaco identik dengan perempuan, si Oji menggebraknya! Menjelang akhir tahun 2011, "lahirlah" seorang laki-laki dengan goyangan ngaco khas-nya. Ckckck, no komen!
Tapi ada satu persamaan, dink, antara goyang gayung dengan goyang ngebor. Yakni keduanya menjadi pencetus goyang-goyang ngaco tanah air! Super sekali ngaconya. Hheee.
Terus, korelasinya apaan, donk, sama blogger?!
Ow, jelas ada korelasinya. DP, Uut, Trio Macan mungkin bisa goyang ngaco. Tapi mereka hanyalah follower yang goyangannya terinspirasi oleh goyang ngaco pendulunya: Inul. Sedang Inul dan Oji adalah para tren setter yang beken berkat kreatifitasnya menciptakan hal ngaco yang baru.
Sama. Semua orang bisa menulis, tapi nggak semua bisa menulis hal-hal ngaco, eh beda. Dan inilah korelasi ketiganya. Hheee...
Kalau ilmu yang gue dapet dari teman yang juga penulis dan redaksi satu majalah online terkemuka (baca: Annida-Online XD), salah satu tulisan yang bakal dilirik redaksi adalah tulisan yang temanya beda dari yang lain dan paragrap lead-nya nampol!
Mungkin paragrap lead gue bisa ditiru, tuh! Biar kata sering ngaco, tapi lumayan nurutin saran doi, lho. Hheee...
Okd, mulai sekarang... Mari kita mulai belajar dari goyang gayung. Noted: bukan belajar goyangannya, lho... Tapi belajar gimana caranya blog kita bisa booming di kancah per-blog-an layaknya Oji si Goyang Gayung. Okokok?! :-P
*dapet inspirasi dari perjalanan silaturahim ke Tambun :-D
Duh, feeling gue mengatakan kok banyak yang nggak bisa, yeesss? Gimana ini, kalah sama keponakan gue yang baru kelas 1 SD n keponakan teman gue yang baru dua tahun, masa... Kalau ada iklan goyang gayung, mereka pasti bakal beraksi angkat tangan kanan sambil megang gayung n joget muter-muter. Beuwh, dahsyat dah anak jaman sekarang! -,-"
Eniwey, tahukah kalian bahwa goyang gayung itu sangad penting dikuasai oleh seorang blogger? Sound so ngaco bin ngawur, sih... Tapi beneran deh!
Menurut (bukan pakar sosial media) Enjewati, sedikitnya ada dua korelasi antara goyang gayung dengan dunia per-blog-an.
Pertama, buat yang udah melihat iklan goyang gayung (yang belom pernah mah kebangetan!), pasti tau gimana proses sang pencetus goyangan ini (Oji) mendadak kesohor. Yep, karena ada tetangganya yang mengendap-endap memvideokan aksi Oji di sumur belakang rumahnya n mengunggahnya ke Youtube. So, korelasi pertamanya adalah... Menulislah DI MANA AJA KAPAN AJA sesuai dengan PASSION kita. Mau lagi di bis, di atas tempat tidur, di atas kereta, pas lagi makan siang, menjelang tidur, nulis aja! Kali-kali gituh ada orang nggak kita kenal, tertarik sangad dengan tulisan kita dan menyerahkannya ke penerbit major. Hidung siapa, kan?!
Selain itu, menuruti perintah orang tua (terutama ibu) emang penting banget. Seandainya si Oji nggak nurutin perintah ibunya buat mandi, pasti nggak akan ada Oji di jagad hiburan tanah air. Kan kan kan?
Korelasi keduanya dengan blogger? Ya jelas, kalau lagi ngeblog ortu kita nyuruh sesuatu, kudu diturutin (ngingetin diri sendiri). Nah, di sela-sela ngelaksanain perintahnya, lanjutin lagi deh ngeblognya. Hheee.
Then, apa bedanya antara goyang gayungnya Oji, goyang ngebornya Inul, goyang ngecornya Uut Permatasari, dan goyang gergajinya Dewi Persik? Yep, jelas beda jenis kelaminnya. Bayangin, ketika bertahun-tahun dunia goyang ngaco identik dengan perempuan, si Oji menggebraknya! Menjelang akhir tahun 2011, "lahirlah" seorang laki-laki dengan goyangan ngaco khas-nya. Ckckck, no komen!
Tapi ada satu persamaan, dink, antara goyang gayung dengan goyang ngebor. Yakni keduanya menjadi pencetus goyang-goyang ngaco tanah air! Super sekali ngaconya. Hheee.
Terus, korelasinya apaan, donk, sama blogger?!
Ow, jelas ada korelasinya. DP, Uut, Trio Macan mungkin bisa goyang ngaco. Tapi mereka hanyalah follower yang goyangannya terinspirasi oleh goyang ngaco pendulunya: Inul. Sedang Inul dan Oji adalah para tren setter yang beken berkat kreatifitasnya menciptakan hal ngaco yang baru.
Sama. Semua orang bisa menulis, tapi nggak semua bisa menulis hal-hal ngaco, eh beda. Dan inilah korelasi ketiganya. Hheee...
Kalau ilmu yang gue dapet dari teman yang juga penulis dan redaksi satu majalah online terkemuka (baca: Annida-Online XD), salah satu tulisan yang bakal dilirik redaksi adalah tulisan yang temanya beda dari yang lain dan paragrap lead-nya nampol!
Mungkin paragrap lead gue bisa ditiru, tuh! Biar kata sering ngaco, tapi lumayan nurutin saran doi, lho. Hheee...
Okd, mulai sekarang... Mari kita mulai belajar dari goyang gayung. Noted: bukan belajar goyangannya, lho... Tapi belajar gimana caranya blog kita bisa booming di kancah per-blog-an layaknya Oji si Goyang Gayung. Okokok?! :-P
*dapet inspirasi dari perjalanan silaturahim ke Tambun :-D
Kamis, 08 Desember 2011
Rabu, 07 Desember 2011
Suwit-suwit... Cewek, Godain Kita, Duooonk!
Bukan maksud hati mau ikut Raja Gombal. Beneran, nggak deh. Cuma mau ikut Ratu Gombal! Ixixixix... Sama aja itu mah, yeesss!
Tapi sekali lagi gue mau menegaskan bahwa tulisan ini nggak bermaksud mengajarkan MPman MPwati untuk bergombal gombal riaaa. Masih jaman? *gaya
Tulisan kali ini, tak lain dan tak bukan cuma pembunuh kemacetan malam di terminal blok M. Melihat para wanita di sekeliling yang alahaaay bodinya! Kalau gue laki-laki nggak waras, pengen banget ngegodain dengan judul di atas: Suwit-suwit... Cewek, godain kita, duooonk!
Dan dua hari yang lalu di sini juga (terminal Blok M), waktu mau naik bus Transjakarta ke Kota Toea sama keponakan, obrolan pun terjadi antara gue dan keponakan yang notabene masih kelas 6 SD. Fyi, kalau lagi sama beberapa keponakan, buat menanamkan nilai-nilai, gue lebih suka kasih contoh yang dekat dengan dunia mereka, then didiskusiin baik buruknya.
Misalnya aja waktu di MM 69, waktu ini bis ngetem di Petukangan, ada beberapa anak muda yang lagi nongkrong-nongkrong sambil nyanyi-nyanyi pake gitar. Gue tunjukkin pemandangan itu ke keponakan.
"Liat tuh, Bang... Mau kayak gitu kalau udah gede?"
Doi ngeliat ke arah mereka (kayaknya sih) sambil mikir.
"Masih muda cuma nongkrong sambil ngamen aja kerjaannya. Diremehin orang orang, Bang. Mau?"
Doi senyum-senyum (kayaknya) sambil mikir, "Nggak mau," katanya.
"Nah, kalau nggak mau, belajar yang bener dari sekarang. Kan katanya mau masuk Gontor. Ok?! Orang pinter dihargain banyak orang, Bang."
Itu di MM 69. Di terminal ada lagi obrolan kita berdua. waktu gue liat ada seorang ABG wanita bercelana super duper pendek jalan di depan gue dan keponakan, satu kesempatan untuk nyekokin nilai-nilai, muncul lagi.
"Liat tuh anak cewek di depan. Sopan nggak pakaiannya?"
Doi ngeliat ke arah tuh cewek.
"Liat mata cowok di depannya, ngeliatin apaan? Pahanya kemana-mana diumbar. Sopan nggak?"
Doi keliatannya mikir lagi.
""Mau nggak kalau Dedek Yuta yang digituin sama anak cowok? Dipelototin pahanya?"
"Nggak mau lah! Tau tuh... Celana anak-anak dipake! Mana ada tattoo-nya lagi!"
Woooot? Apaaaa? Ini bocah... Gue aja nggak merhatiin banget banget o_O.
"Masa sih, Bang? Di sebelah mana?" (ini pertanyaan paling bodoh seorang tante kepada keponakannya yang masih SD. Dont try this at home, para tante!)
"Itu di sebelah kanan pahanya. Warna ijo tattoo-nya."
Eeaaa... Bener-bener dah anak cowok mah. Jeli banget sama yang gitu-gituan!
MPmania... Kepikiran nggak, gimana kalau seandainya yang ngomong kayak begitu adalah anak cowok yang sudah baligh dan daya khayalnya sudah membumbung tinggi? Beuuuwh, kalau gue sih serem aja buat ngebayanginnya. Dan amit amit jabang beybeh, bangun bangun makan nasi pake garem, jangan sampe itu kejadian sama gue dan keponakan-keponakan gue. Hiiiyyy!
Kalau nonton berita macam Patroli, Buser, Bang Napi, dllsb yang nayangin berita pemorkasaan pada abg, nggak tau kenapa kuping gue kayak udah kebal. Hati gue lebih lebih. Nggak kasian sama korbannya. Kecuali kalau korbannya nenek-nenek berumur, bocah di bawah umur, n wanita yang udah berusaha menutup rapat tubuhnya. Kalau masih jadi sasaran juga, darah gue bakal mendidih hingga 200 derajat celcius. Mau ngunyeng ngunyeng tuh pelaku, rasanya. Huh... Sungguh ter-la-lu!
Walaupun kadang juga gue masih suka berpihak kepada mereka (laki laki). Gimana nggak, sebagai mahluk yang dari sononya dikaruniai daya khayal tinggi, tiap hari dipertontonkan aurat yang harusnya tertutup secara cuma-cuma, cowok normal mana yang nggak berkhayal macem macem? Mau nikah duit nggak mencukupi!
Buat para MPwati, yuk deh lebih aware sama pakaian kita. Selain fungsinya ngelindungin tubuh dari sengatan matahari yang kian menyengat, pakaian juga punya fungsi sosial, lho... Okeh kita lupakan otaknya laki laki yang *** (sensor), tapi otaknya bocah laki laki, gimana coba? Kasihanilah mereka dengan memberikan pemandangan yang indah indah aja. Biarkan otak mereka tumbuh sebagaimana mestinya dan sesuai umurnya.
Sebagai tante yang baik hati sama keponakan, gue sering banget waswas dengan pakaian abg jaman sekarang. Gue takut keponakan yang masih piyik jadi korban anak laki laki di bawah umur, yang nafsu binatangnya nggak terbndung karena pakaian para perempuan di sekelilingnya. Ujung ujungnya, yang jadi pelampiasan ya yang lebih lemah dari mereka: anak kecil perempuan. Nggak salah kayaknya nanya ke diri sendiri: apakah pakaian gue menjadi biang kriminal di sekitar?
Na'udzubillah...
Emang Islam itu keren banget, yeesss... Ketika peradaban Barat sampai detik ini masih memandang wanita sebagai objek yang cuma dinilai dari fisiknya n dibuang begitu aja ketika fisiknya udah nggak okeh, Islam sejak 14 abad yang lalu udah memuliakan para wanitanya dengan pakaian taqwa. Selain demi para wania itu lebih mudah dikenali, lebih aman dari gangguan laki laki bejad, juga menyelamatkan pandangan laki laki soleh. Para pelaku dan korban pemerkosaan di bawah umur pun nggak akan ada. Masya Allah, banyak banget yang terselamatkan ya karena baju taqwa para wanita. Bukan begetoh? ;-)
Tapi sekali lagi gue mau menegaskan bahwa tulisan ini nggak bermaksud mengajarkan MPman MPwati untuk bergombal gombal riaaa. Masih jaman? *gaya
Tulisan kali ini, tak lain dan tak bukan cuma pembunuh kemacetan malam di terminal blok M. Melihat para wanita di sekeliling yang alahaaay bodinya! Kalau gue laki-laki nggak waras, pengen banget ngegodain dengan judul di atas: Suwit-suwit... Cewek, godain kita, duooonk!
Dan dua hari yang lalu di sini juga (terminal Blok M), waktu mau naik bus Transjakarta ke Kota Toea sama keponakan, obrolan pun terjadi antara gue dan keponakan yang notabene masih kelas 6 SD. Fyi, kalau lagi sama beberapa keponakan, buat menanamkan nilai-nilai, gue lebih suka kasih contoh yang dekat dengan dunia mereka, then didiskusiin baik buruknya.
Misalnya aja waktu di MM 69, waktu ini bis ngetem di Petukangan, ada beberapa anak muda yang lagi nongkrong-nongkrong sambil nyanyi-nyanyi pake gitar. Gue tunjukkin pemandangan itu ke keponakan.
"Liat tuh, Bang... Mau kayak gitu kalau udah gede?"
Doi ngeliat ke arah mereka (kayaknya sih) sambil mikir.
"Masih muda cuma nongkrong sambil ngamen aja kerjaannya. Diremehin orang orang, Bang. Mau?"
Doi senyum-senyum (kayaknya) sambil mikir, "Nggak mau," katanya.
"Nah, kalau nggak mau, belajar yang bener dari sekarang. Kan katanya mau masuk Gontor. Ok?! Orang pinter dihargain banyak orang, Bang."
Itu di MM 69. Di terminal ada lagi obrolan kita berdua. waktu gue liat ada seorang ABG wanita bercelana super duper pendek jalan di depan gue dan keponakan, satu kesempatan untuk nyekokin nilai-nilai, muncul lagi.
"Liat tuh anak cewek di depan. Sopan nggak pakaiannya?"
Doi ngeliat ke arah tuh cewek.
"Liat mata cowok di depannya, ngeliatin apaan? Pahanya kemana-mana diumbar. Sopan nggak?"
Doi keliatannya mikir lagi.
""Mau nggak kalau Dedek Yuta yang digituin sama anak cowok? Dipelototin pahanya?"
"Nggak mau lah! Tau tuh... Celana anak-anak dipake! Mana ada tattoo-nya lagi!"
Woooot? Apaaaa? Ini bocah... Gue aja nggak merhatiin banget banget o_O.
"Masa sih, Bang? Di sebelah mana?" (ini pertanyaan paling bodoh seorang tante kepada keponakannya yang masih SD. Dont try this at home, para tante!)
"Itu di sebelah kanan pahanya. Warna ijo tattoo-nya."
Eeaaa... Bener-bener dah anak cowok mah. Jeli banget sama yang gitu-gituan!
MPmania... Kepikiran nggak, gimana kalau seandainya yang ngomong kayak begitu adalah anak cowok yang sudah baligh dan daya khayalnya sudah membumbung tinggi? Beuuuwh, kalau gue sih serem aja buat ngebayanginnya. Dan amit amit jabang beybeh, bangun bangun makan nasi pake garem, jangan sampe itu kejadian sama gue dan keponakan-keponakan gue. Hiiiyyy!
Kalau nonton berita macam Patroli, Buser, Bang Napi, dllsb yang nayangin berita pemorkasaan pada abg, nggak tau kenapa kuping gue kayak udah kebal. Hati gue lebih lebih. Nggak kasian sama korbannya. Kecuali kalau korbannya nenek-nenek berumur, bocah di bawah umur, n wanita yang udah berusaha menutup rapat tubuhnya. Kalau masih jadi sasaran juga, darah gue bakal mendidih hingga 200 derajat celcius. Mau ngunyeng ngunyeng tuh pelaku, rasanya. Huh... Sungguh ter-la-lu!
Walaupun kadang juga gue masih suka berpihak kepada mereka (laki laki). Gimana nggak, sebagai mahluk yang dari sononya dikaruniai daya khayal tinggi, tiap hari dipertontonkan aurat yang harusnya tertutup secara cuma-cuma, cowok normal mana yang nggak berkhayal macem macem? Mau nikah duit nggak mencukupi!
Buat para MPwati, yuk deh lebih aware sama pakaian kita. Selain fungsinya ngelindungin tubuh dari sengatan matahari yang kian menyengat, pakaian juga punya fungsi sosial, lho... Okeh kita lupakan otaknya laki laki yang *** (sensor), tapi otaknya bocah laki laki, gimana coba? Kasihanilah mereka dengan memberikan pemandangan yang indah indah aja. Biarkan otak mereka tumbuh sebagaimana mestinya dan sesuai umurnya.
Sebagai tante yang baik hati sama keponakan, gue sering banget waswas dengan pakaian abg jaman sekarang. Gue takut keponakan yang masih piyik jadi korban anak laki laki di bawah umur, yang nafsu binatangnya nggak terbndung karena pakaian para perempuan di sekelilingnya. Ujung ujungnya, yang jadi pelampiasan ya yang lebih lemah dari mereka: anak kecil perempuan. Nggak salah kayaknya nanya ke diri sendiri: apakah pakaian gue menjadi biang kriminal di sekitar?
Na'udzubillah...
Emang Islam itu keren banget, yeesss... Ketika peradaban Barat sampai detik ini masih memandang wanita sebagai objek yang cuma dinilai dari fisiknya n dibuang begitu aja ketika fisiknya udah nggak okeh, Islam sejak 14 abad yang lalu udah memuliakan para wanitanya dengan pakaian taqwa. Selain demi para wania itu lebih mudah dikenali, lebih aman dari gangguan laki laki bejad, juga menyelamatkan pandangan laki laki soleh. Para pelaku dan korban pemerkosaan di bawah umur pun nggak akan ada. Masya Allah, banyak banget yang terselamatkan ya karena baju taqwa para wanita. Bukan begetoh? ;-)
The Cranberries - Stars (Unplugged at SWR3).mp3 - 4shared.com - online file sharing and storage - download
http://www.4shared.com/audio/eNoLQ1uz/The_Cranberries_-_Stars__Unplu.htm
whew, ini versi unplugged-nya. mantafff dah! emang suara asli vokalisnya jernih beudh! :)
whew, ini versi unplugged-nya. mantafff dah! emang suara asli vokalisnya jernih beudh! :)
Selasa, 06 Desember 2011
Buat yang Terus "Dibalap"
Bagi sebagian wanita, kehidupan pasca SMA atau kampus boleh dibilang menjadi ajang balapan termasyhur laiknya MotoGP. Seperti si bau kencur The Doctor waktu kali pertama bertengger di podium teratas ngalahin seniornya sekelas Max Biagi dan Gerry Mc Coy. Beuwh...
Bagi seniornya, kehadiran bocah ajaib itu so pasti membawa petaka. Posisi mereka bakal terancam! Tapi dalam pertandingan manapun, faktor U nggak selamanya menjamin kemenangan. Yang mampu menuju level puncak lebih dulu, pasti doi yang bakal jadi pemenangnya. Meskipun anak ingusan sekalipun.
Sama... Dalam dunia wanita juga begitu. Siapa yang jodohnya dateng duluan, meskipun secara persiapan masih pas-pasan, ya harus menyambut jodohnya. Mau dia umurnya masih 19 tahun atau baru lulus bangku SMA, hajar, bleh! Sebaliknya, mau udah siap kayak apapun, kalau jodohnya beloman dateng, apa mau dikata? Dikata mau apa? Mau apa dikata? Hheee...
Mungkin bedanya sama MotoGP, dalak hal ini yang duluan beloman tentu dialah pemenangnya. Yang duluan, nggak selamanya yang terbaik. Bisa jadi Allah ngasih jalan Si A buat nikah muda biar jadi pelajaran bagi teman-teman di sekelilingnya. Bahwa nikah bukan perkara sudah berapa buku tentang pernikahan yang sudah habis ilahap. Bahwa nikah nggak melulu soal suka cita, tapijuga duka lara. Bahwa nikah bukan perkara dua manusia, tapi juga dua keluarga. Intinya, nikah itu seperti permen yang rasanya manis asam asin. So, nggak perlu ngiri atau apalah namanya sama mereka yang ngebalap. Justru bersyukur karena ada satu lagi objek observasi kecil-kecilan kita buat bekal berkeluarga nanti. Hheee...
Persis kayak yang terjadi sama Markonah beberapa minggu kemarin. Sebagai seorang wanita biasa seperti kita-kita, doi juga ngalamin giimana rasanya dibalap sama teman-teman yang usianya di bawah doi. Padahal kalau dipikir-pikir, doi hampir nggak ada beda dengan mereka. Eh, kecuali satu ding: rupa Markonah yang pas-pasan! (Mudah-mudaan orangnya nggak baca ini, ya Allah...) Maklum, kata salah satu teman Markonah, cowok waras bin soleh jaman sekarang, tetep aja numero uno-nya ya rupa. Noted: ini yang ngomong cowok waras, lho!
Waktu si Markon curhat ke gue, doi bilang, "Gimana ya, Nje, kiri kanan udah pada nikah. Adek kelas udah pada maju satu demi satu. Lah gue? Wajar donk kalo gue juga pengen mempersegerekan?! Secara umur juga udah waktunya!"
O ow, sebagai teman sebayanya, gue mengerti sangad lah gimana perasaan doi. Karena gue juga hampir mengalami hal serupa. Tapi untungnya, sesuatu deh! Sebelum masa itu tiba, Allah mempertemukan gue dengan temen yang sudah berkeluarga dan mewasiatkani ini, "Gue juga melakukan proses lebih dari lima kali dalam kurun waktu tiga tahun. Waktu itu temen kampus udah pada nikah semua. Keluarga juga udah bantu ikhtiar. Tapi mau gimana lagi Kalau belom ada yang jodoh?! Prinsip gue waktu itu cuma satu: gue ga bakalan mempercepat nikah cuma gegara teman-teman sudah banyak yang nikah! Yang penting gue deketin Allah terus biar Doi selalu menyertai masa penantian ini."
Beuwh... Mantagff kan temen gue? Emang bener yak! Sering kita ngelakuin sesuatu diniatinnya demi orang lain. Mau lanjut study ke luar negeri karena yang lain udah pada duluan ke sana. Atau nggak, lulus kuliah harus langsung kerja di kantoran sesuai bidangnya. Dan yang paling parah ya itu tadi: harus cepet-cepet nikah karena kiri kanan depan belakang udah pada nikah. Ckckck... Fatal banget! Bisa-bisa nekad lewat jalur belakang itu!
Nah, mulai sekarang...
Buat Markonah Rangers yang enantiasa "dibalap", mari rapatkan barisan dan senandungkan, "buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanya...". Isi hari-hari dengan segala sesuatu yang terus meningkatkan kapasitas diri. Sepakat?! ;-)
*maaf ya, Markon... Ssekali lagi maafknlah... InsyAllah identitasmu nggak kan terbongkar :-)
*Tulisan yang kelupaan diposting XD
Bagi seniornya, kehadiran bocah ajaib itu so pasti membawa petaka. Posisi mereka bakal terancam! Tapi dalam pertandingan manapun, faktor U nggak selamanya menjamin kemenangan. Yang mampu menuju level puncak lebih dulu, pasti doi yang bakal jadi pemenangnya. Meskipun anak ingusan sekalipun.
Sama... Dalam dunia wanita juga begitu. Siapa yang jodohnya dateng duluan, meskipun secara persiapan masih pas-pasan, ya harus menyambut jodohnya. Mau dia umurnya masih 19 tahun atau baru lulus bangku SMA, hajar, bleh! Sebaliknya, mau udah siap kayak apapun, kalau jodohnya beloman dateng, apa mau dikata? Dikata mau apa? Mau apa dikata? Hheee...
Mungkin bedanya sama MotoGP, dalak hal ini yang duluan beloman tentu dialah pemenangnya. Yang duluan, nggak selamanya yang terbaik. Bisa jadi Allah ngasih jalan Si A buat nikah muda biar jadi pelajaran bagi teman-teman di sekelilingnya. Bahwa nikah bukan perkara sudah berapa buku tentang pernikahan yang sudah habis ilahap. Bahwa nikah nggak melulu soal suka cita, tapijuga duka lara. Bahwa nikah bukan perkara dua manusia, tapi juga dua keluarga. Intinya, nikah itu seperti permen yang rasanya manis asam asin. So, nggak perlu ngiri atau apalah namanya sama mereka yang ngebalap. Justru bersyukur karena ada satu lagi objek observasi kecil-kecilan kita buat bekal berkeluarga nanti. Hheee...
Persis kayak yang terjadi sama Markonah beberapa minggu kemarin. Sebagai seorang wanita biasa seperti kita-kita, doi juga ngalamin giimana rasanya dibalap sama teman-teman yang usianya di bawah doi. Padahal kalau dipikir-pikir, doi hampir nggak ada beda dengan mereka. Eh, kecuali satu ding: rupa Markonah yang pas-pasan! (Mudah-mudaan orangnya nggak baca ini, ya Allah...) Maklum, kata salah satu teman Markonah, cowok waras bin soleh jaman sekarang, tetep aja numero uno-nya ya rupa. Noted: ini yang ngomong cowok waras, lho!
Waktu si Markon curhat ke gue, doi bilang, "Gimana ya, Nje, kiri kanan udah pada nikah. Adek kelas udah pada maju satu demi satu. Lah gue? Wajar donk kalo gue juga pengen mempersegerekan?! Secara umur juga udah waktunya!"
O ow, sebagai teman sebayanya, gue mengerti sangad lah gimana perasaan doi. Karena gue juga hampir mengalami hal serupa. Tapi untungnya, sesuatu deh! Sebelum masa itu tiba, Allah mempertemukan gue dengan temen yang sudah berkeluarga dan mewasiatkani ini, "Gue juga melakukan proses lebih dari lima kali dalam kurun waktu tiga tahun. Waktu itu temen kampus udah pada nikah semua. Keluarga juga udah bantu ikhtiar. Tapi mau gimana lagi Kalau belom ada yang jodoh?! Prinsip gue waktu itu cuma satu: gue ga bakalan mempercepat nikah cuma gegara teman-teman sudah banyak yang nikah! Yang penting gue deketin Allah terus biar Doi selalu menyertai masa penantian ini."
Beuwh... Mantagff kan temen gue? Emang bener yak! Sering kita ngelakuin sesuatu diniatinnya demi orang lain. Mau lanjut study ke luar negeri karena yang lain udah pada duluan ke sana. Atau nggak, lulus kuliah harus langsung kerja di kantoran sesuai bidangnya. Dan yang paling parah ya itu tadi: harus cepet-cepet nikah karena kiri kanan depan belakang udah pada nikah. Ckckck... Fatal banget! Bisa-bisa nekad lewat jalur belakang itu!
Nah, mulai sekarang...
Buat Markonah Rangers yang enantiasa "dibalap", mari rapatkan barisan dan senandungkan, "buat apa susah, buat apa susah, susah itu tak ada gunanya...". Isi hari-hari dengan segala sesuatu yang terus meningkatkan kapasitas diri. Sepakat?! ;-)
*maaf ya, Markon... Ssekali lagi maafknlah... InsyAllah identitasmu nggak kan terbongkar :-)
*Tulisan yang kelupaan diposting XD
Senin, 05 Desember 2011
Minggu, 04 Desember 2011
Kamis, 01 Desember 2011
Belajar Dari Kotaro Minami
Alahaaay, lagi-lagi ini buat generasi 80an yang tumbuh di era 90an... Masih ingat dengan tokoh Kotaro Minami? Ingat, ingat, ingat? Kalau nggak ingat, mari kita bernostalgila bersama ;-).
Di era 90an, seinget gue lumayan banyak pahlawan anak-anak dalam film. Ada Go go Power Rangers, ada juga Jiban Jiban pembela kebenaran, ada juga kini kudatang Saraz pahlawan kebajikan, ada juga ingin kukatakan irama hatiku kabulkan Wedding Peach, ada juga Sailor Moon.
Tapi yang paling gue inget ya si Kotaro Minami ini, yang tiap beraksi menjadi Ksatria Baja Hitam. Bahkan saking ngefans-nya, dulu gue pernah punya dua baju lebaran yang ada sablonan gambar doi bareng si Belalang Tempur, kendaraan setianya.
*Buat generasi 2000, maap maap nih kalau rooming :-P*
Satu kata sakti Kotaro Minami yang paling gue inget sampai sekarang:
Berubaaaah...!
Dan satu kata ini kini tengiang lagi dalam benak gue. Teparnya kemarin ketika ada dua kejadian tentang perubahan di sekeliling gue.
Kejadian pertama saat gue merasakan sendiri gimana proses uji coba hari pertama jalur kereta Jabodetabek. Intinya sih jadi hampir mirip sama Busway: transit-transitan tanpa harus beli tiket (selama masih di jalur dalam).
Mendadak semua orang ingin bersuara. Mulai dari cuma ngedumel sampai marah-marahin petugas KAI. Beloman lagi mendadak terjadi penumpukan penumpang di stasiun Tana Abang. Beloman lagi jadwal kereta yang ngaret banget n kelamaan berhenti di beberapa stasiun. Riweh sangad, euy!
Actually gue juga sempat ikutan "bicara" sih... Secara perjalanan gue jadi nambah setengah jam dari biasanya, gitu loch! Tapi "bicara" gue nggak separah yang lain, kok... Cuma ngedumel dalam hati n dibawa-bawa sampai ke dunia maya :-P. Tapi eh api, pas ada kesempatan ngobrol ringan sama dua petugasnya di stasiun Mangarai... Eyalah, ternyata kebijakan perubahan rute ini nggak selamanya nggak bagus, kok! Bahkan lumayan menguntungkan bagi gue. Selain jadi lebih murah sedikit, nggak perlu lagi tuh lari-lari ke lantai dua stasiun Tana Abang demi beli karcis lagi ke Manggarai. Hheee...
Tapi gue heran, sampai pagi ini kok masih ada aja penumpang yang ngedumelin sistem baru ini. Kalau gue sih, namanya juga masih uji coba. Wajar aja kalau masih banyak "nggak beres"nya.
Jadi, pelajaran apa yang kita dapat dari pengalaman pertama gue? Yep, berubaaaah!
Yang kedua juga terjadinya kemarin. Ketika gue ke kantor dengan model jilbab yang lagi tren sekarang sekarang. Itu loch, yang daleman arab-nya keliatan sampe jidad, jarum pentulnya ditarik sampai ke samping pipi (biasanya kan di bawah dagu). Ada yang bilang, "kalau gue sih jadi diri sendiri aja. Pake jilbab sebagaimana mestinya para akhwat". Ada juga yang bilang, "duilleee... Sekarang jadi anak Hijabers, nih ye, Nj...."
Terus gue mikir... Lah, emangnya kalau make jilbab kayak gini tuh nggak jadi diri sendiri, apa ya? Bukan akhwat, gituh? Then, kenapa juga kalau ngikutin gayanya anak Hijabers? Dosa apa, yeesss?
Bukannya yang penting masih menjulur sampai menutup yang harus ditutup, longgar hingga nggak membentuk lekuk tubuh, masih pake jilbab dalaman walaupun luarnya pake jilbab "saringan tahu", dan nggak mencolok, yeesss?
Kalau menurut gue sih... Noted: MENURUT GUE. Nggak masalah deh make jilbab sambil ngikutin mode yang sesuai dengan jaman kita tinggal di dalamnya. Yang penting bener niat dan sesuai syariat, right? Pake jilbab ya karena emang nurut perintah Allah, bukan karena lagi in atau ikut ikut orang sekitar. So, kalau niatnya benar, insyAllah ngikut syariat deh!
Lagian, kalau seandainya model jilbab kita sesuai dengan jamannya, mudah-mudahan bisa memperkecil jarak antara mereka yang disebut sebgai Jilbabers (jilbab gondrong) dan mereka yang menamakan diri sebagai Hijabers (jilbaban tapi tetap modis). Iya nggak sih? Hheee, cuma pendapat gue aja sih...
Jadi, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cerita kedua ini? Yep, lagi-lagi tentang Berubaaaah!
Emang berat yeesss buat melakukan satu perubahan (ke arah yang lebih baik). Secara perubahan identik dengan mendobrak rutinitas dan kebiasaan. Apalagi mengubah satu hal yang udah mendarah daging. Beuuuwh, butuh usaha ekstra! Gue juga masih sering berat menerima atau melakukan satu perubahan. Terutama waktu pertama kali banget memutuskan untuk berubah. Ibarat dijodohin sama orang yang nggak kita kenal asal usulnya. Hheee, emang pernah ngerasain? Yah, gitu deh intinya.
Eniwey, dari tadi gue ngemeng aja dah. Terus, apa nyambungnya sama Kotaro Minami?
Ya jelas aja ada, Mameeen! Nih ya, Kotaro Minami itu kan selalu siap siaga berubah menjadi Ksatria Baja Hitam kala doi dibutuhkan. Kala penduuk bumi diusik oleh mahluk jahat. Ya kan, kan?
Nah, harusnya kita bisa mencontoh kesiapan doi untuk beubah kapanpun dan di manapun. Eit, bukan berubah jadi Ksatria Baja Hitam dan semacamnya, yeesss... Tapi berubah ke arah yang lebih baik! *ini ngingetin diri sendiri sebenarnya.
Emang agak aneh sih analoginya. Ya, paling enggak kita bernostalgila lagi lah ke masa kanak kanak di era 90an, yang kualitas film maupun lagunya lumayan mendidik ketimbang era 2000an. Mana film anak-anaknya banyak yang kurang menddik, lagu anak-anaknya pun udah langka. Hidup era 90an! :-D
*foto: Google
Di era 90an, seinget gue lumayan banyak pahlawan anak-anak dalam film. Ada Go go Power Rangers, ada juga Jiban Jiban pembela kebenaran, ada juga kini kudatang Saraz pahlawan kebajikan, ada juga ingin kukatakan irama hatiku kabulkan Wedding Peach, ada juga Sailor Moon.
Tapi yang paling gue inget ya si Kotaro Minami ini, yang tiap beraksi menjadi Ksatria Baja Hitam. Bahkan saking ngefans-nya, dulu gue pernah punya dua baju lebaran yang ada sablonan gambar doi bareng si Belalang Tempur, kendaraan setianya.
*Buat generasi 2000, maap maap nih kalau rooming :-P*
Satu kata sakti Kotaro Minami yang paling gue inget sampai sekarang:
Berubaaaah...!
Dan satu kata ini kini tengiang lagi dalam benak gue. Teparnya kemarin ketika ada dua kejadian tentang perubahan di sekeliling gue.
Kejadian pertama saat gue merasakan sendiri gimana proses uji coba hari pertama jalur kereta Jabodetabek. Intinya sih jadi hampir mirip sama Busway: transit-transitan tanpa harus beli tiket (selama masih di jalur dalam).
Mendadak semua orang ingin bersuara. Mulai dari cuma ngedumel sampai marah-marahin petugas KAI. Beloman lagi mendadak terjadi penumpukan penumpang di stasiun Tana Abang. Beloman lagi jadwal kereta yang ngaret banget n kelamaan berhenti di beberapa stasiun. Riweh sangad, euy!
Actually gue juga sempat ikutan "bicara" sih... Secara perjalanan gue jadi nambah setengah jam dari biasanya, gitu loch! Tapi "bicara" gue nggak separah yang lain, kok... Cuma ngedumel dalam hati n dibawa-bawa sampai ke dunia maya :-P. Tapi eh api, pas ada kesempatan ngobrol ringan sama dua petugasnya di stasiun Mangarai... Eyalah, ternyata kebijakan perubahan rute ini nggak selamanya nggak bagus, kok! Bahkan lumayan menguntungkan bagi gue. Selain jadi lebih murah sedikit, nggak perlu lagi tuh lari-lari ke lantai dua stasiun Tana Abang demi beli karcis lagi ke Manggarai. Hheee...
Tapi gue heran, sampai pagi ini kok masih ada aja penumpang yang ngedumelin sistem baru ini. Kalau gue sih, namanya juga masih uji coba. Wajar aja kalau masih banyak "nggak beres"nya.
Jadi, pelajaran apa yang kita dapat dari pengalaman pertama gue? Yep, berubaaaah!
Yang kedua juga terjadinya kemarin. Ketika gue ke kantor dengan model jilbab yang lagi tren sekarang sekarang. Itu loch, yang daleman arab-nya keliatan sampe jidad, jarum pentulnya ditarik sampai ke samping pipi (biasanya kan di bawah dagu). Ada yang bilang, "kalau gue sih jadi diri sendiri aja. Pake jilbab sebagaimana mestinya para akhwat". Ada juga yang bilang, "duilleee... Sekarang jadi anak Hijabers, nih ye, Nj...."
Terus gue mikir... Lah, emangnya kalau make jilbab kayak gini tuh nggak jadi diri sendiri, apa ya? Bukan akhwat, gituh? Then, kenapa juga kalau ngikutin gayanya anak Hijabers? Dosa apa, yeesss?
Bukannya yang penting masih menjulur sampai menutup yang harus ditutup, longgar hingga nggak membentuk lekuk tubuh, masih pake jilbab dalaman walaupun luarnya pake jilbab "saringan tahu", dan nggak mencolok, yeesss?
Kalau menurut gue sih... Noted: MENURUT GUE. Nggak masalah deh make jilbab sambil ngikutin mode yang sesuai dengan jaman kita tinggal di dalamnya. Yang penting bener niat dan sesuai syariat, right? Pake jilbab ya karena emang nurut perintah Allah, bukan karena lagi in atau ikut ikut orang sekitar. So, kalau niatnya benar, insyAllah ngikut syariat deh!
Lagian, kalau seandainya model jilbab kita sesuai dengan jamannya, mudah-mudahan bisa memperkecil jarak antara mereka yang disebut sebgai Jilbabers (jilbab gondrong) dan mereka yang menamakan diri sebagai Hijabers (jilbaban tapi tetap modis). Iya nggak sih? Hheee, cuma pendapat gue aja sih...
Jadi, pelajaran apa yang bisa kita ambil dari cerita kedua ini? Yep, lagi-lagi tentang Berubaaaah!
Emang berat yeesss buat melakukan satu perubahan (ke arah yang lebih baik). Secara perubahan identik dengan mendobrak rutinitas dan kebiasaan. Apalagi mengubah satu hal yang udah mendarah daging. Beuuuwh, butuh usaha ekstra! Gue juga masih sering berat menerima atau melakukan satu perubahan. Terutama waktu pertama kali banget memutuskan untuk berubah. Ibarat dijodohin sama orang yang nggak kita kenal asal usulnya. Hheee, emang pernah ngerasain? Yah, gitu deh intinya.
Eniwey, dari tadi gue ngemeng aja dah. Terus, apa nyambungnya sama Kotaro Minami?
Ya jelas aja ada, Mameeen! Nih ya, Kotaro Minami itu kan selalu siap siaga berubah menjadi Ksatria Baja Hitam kala doi dibutuhkan. Kala penduuk bumi diusik oleh mahluk jahat. Ya kan, kan?
Nah, harusnya kita bisa mencontoh kesiapan doi untuk beubah kapanpun dan di manapun. Eit, bukan berubah jadi Ksatria Baja Hitam dan semacamnya, yeesss... Tapi berubah ke arah yang lebih baik! *ini ngingetin diri sendiri sebenarnya.
Emang agak aneh sih analoginya. Ya, paling enggak kita bernostalgila lagi lah ke masa kanak kanak di era 90an, yang kualitas film maupun lagunya lumayan mendidik ketimbang era 2000an. Mana film anak-anaknya banyak yang kurang menddik, lagu anak-anaknya pun udah langka. Hidup era 90an! :-D
*foto: Google
Langganan:
Komentar (Atom)