Rabu, 21 September 2011

EnaMahakam yang Selalu di Hati

Beberapa hari ini…
SMA gue, elo, kita semua yang kita cintai
Dicaci maki oleh hampir semua penduduk bumi!
[kalimat terakhir lebay kali!]

Sebagai salah satu alumni…
Tentu hal tersebut sangatlah menyayat hati
Apalagi di dunia maya yang sungguh bikin keki!
Semua orang seperti berlomba memberikan opini
Yang nggak sedap didengar telinga ini

Sedih so pasti
Makanya hasrat untuk membela almameter sendiri
Makin menadi-jadi
Minimal melalui tulisan ini

Tapi janganlah sampai kepancing emosi
Bukan begitu, siswa siswi dan alumni?

Saran gue si…
Daripada emosi dengan ulah wartawan/wati
Yang suka seenak udelnya sendiri
Dalam mengolah informasi
[bahasa halus dari memutarbalikkan fakta demi keuntungan pribadii dan rating yang tinggi]

Mending kita hepi-hepi…
Bagusnya lagi
Kita lawan mereka dengan prestasi
Buktikan kalau anak Enam itu intelek sejati
Yang bukan cuma beken karena jago berkelahi
Tapi alumninya banyak juga yang masuk UI
Yah, selain banyak juga yang menghiasi layer tivi
*Sekolah artis gitu loh, akhikikiki!

Eniwey, kok dari tadi berakhiran huruf  “I” semua, si?
Apakah karena kepsek sekarang namanya berakhiran I:
Kadarwati?
Atau apakah karena nama gue juga berakhiran huruf I:
Nurjanah Hayati?

Xixixi
Dua alasan itu salah, sori!
Yang benar ni
Yah seperti yang gue bilang tadi…

Daripada kita emosi,
Mending kita hepi-hepiii…
Memberi informasi
Akan hebatnya sekolah yang selalu di hati ini…

Nih gue mau berbagi...
Pengalaman gue bisa kecemplung di Enamahakam ini

Hiks… awalnya jujur gue setengah hati
Mau masuk 70 tapi sayang NEM nggak mencukupi
Ya sudahlah gue terima keputusan Ilahi
Menuntut ilmu tiga tahun di Enamahakam ini

Kelas satu gue berada di lantai dua belok kiri
Kelas I-5 yang letaknya di ujung sekali
Yang katanya sih kelas unggulan nan selalu dibanggai
Karena isinya 40 anak dengan NEM paling tinggi!

Sumpah… satu tahun nggak ada yang berkesan sama sekali
Kecuali gue bisa masuk sepuluh besar di kelas unggulan ini
Eh, tapi ada satu si
Yang bikin gue ketawa/wi geli
Kalau mengingat-ingatnya lagi

Yakni ketika Klassix—pensi sekolah kami
Sudah tinggal menghitung hari
Gue suka lari-lari
Meninggalkan kelas sejauh kaki ini lalui
Demi menghindari
Kakak kelas yang suka menyambangi
Narikin duit saweran demi berlangsungnya acara ini

Hihihi, bandel kali kan gue ini!

Then, di kelas dua gue masuk kelas yang sekarang dijadiin Koperasi
Sumpah deh, anak-anaknya nggak ada yang bisa diajak kompromi
Kelas benar-benar nggak pernah sepi
Doyannya becanda ketawa ketiwi
Biarpun guru banyak yag memarahi
Bahkan ada juga yang sampai ngambek meninggalkan kelas kami

Tapi denger-denger si
Emang bawaan tuh kelas yang angker, kali
Yang membuat suasana nggak pernah terkendali
Makanya sekarang nggak dijadiin kelas lagi
Melainkan dijadiin Koperasi

Di kelas ini berkumpul anak-anak yang doyan berkelahi
Yang awalnya mebuat gue nggak nyaman, hiiii
Merekapun kurang respek sama gue yang pendiam ini

Tapi lama kelamaan nggak lagi
Karena kita sudah menemukan chemistry
Bahwa sekolah bukan hanya aktivitas belajar tapi juga bersosialisasi
Gue mempengaruhi semangat belajar ke mereka untuk berkompetisi
Merekapun mempengaruhi gue untuk menjadi siswa yang lebih humanis, gaul, dan funky!

Oya, di kelas II-3  ini juga gue mulai berafiliasi
Ke Rohis 6 yang keren sekali
Di mana anak-anaknya semua berprestasi
Nggak heran banyak yang keterima di perguruan tinggi negeri

Kelas tiga gue masuk jurusan yang diingini
Beberapa anak sosial yang sungguh menyesali
Kenapa kemarin-kemarin nggak berprestasi
Sehingga nyangkut di IPS yang sayang sekali

Dengan susah payah gue pelajari
Pelajaran IPA yang sebenarnya kurang gue sukai
Maklum banyak rumus yang sudah pasti
Yang mau nggak mau harus dihafali

Bah, bosan kali satu tahun belajar di kelas yang berjulukan KISS ini
Apaan KISS iki?
Itu singkatan kami:
Ketik IPA Spasi Satu, hhiii!

Yah, walaupun teman-temannya solid kali
Salut buat semua personil KISS di kelas mari
Yang selalu berbagi keceriaan hampir tiap hari
Dan yang doyannya foto-foto berjamaah satu kelas ini

Sekarang gue sudah jadi alumni…
Yang beberapa kali masih suka menyambangi
Adik-adik kelas dalam Sanlat tiap satu tahun sekali
[yah, walaupun belakangan udah jarang alias nggak satu tahun sekali lagi]

Memang ada perbedaan sikap dan tingkah laku kini
Mereka lebih sulit diatasi
Makin menjadi-jadi
Dan suasana sekolah semakin kurang Islami

Ah, tapi gue meyakini
Mereka anak-anak baik, asli
Hanya saja faktor lingkungan sekolah kami
Yang memang terletak di dekat Mall besar di Jak-Sel ini
Gaya hidup hedon pun sangat mudah merasuki

Nah, kesimpulannya ni…
Inti dari semua pembicaraan berahirn huruf “I” ini
Marilah kita melihat segala sesuatu dari dua sisi

Beberapa teman kami
Memang ada yang doyannya berkelahi
Jangan menggeneralisir, tapi
Karena masih banyak juga di antara kami
Yang bersekolah di sini
Pure menuntut ilmu seperti gue ini…
:D


_nj_





Selasa, 20 September 2011

KOMPETISI DRAKULA

*heee iseng aja, dapet dari temen*

Ada 3 drakula, mereka bikin kompetisi siapa yang paling kejam dan sadis.

Drakula 1 dapet kesempetan duluan. Tiba-tiba dia lari secepat kilat,terus
2 menit udah balik lagi. Mukanya penuh lumuran darah, seringainya serem.
Terus dia ngomong :
Drakula 1 : " Lu pade liat Desa di seberang bukit itu ? "
Yang dua ngangguk, Drakula 3 dan Drakula 2 :" Iya, liat "
" Desa itu habiissss !!!!"


Drakula 2 panas juga .. dia juga pergi sekelebat, terus 1 menit udah
balik, mukanya juga penuh sama cucuran darah.
Drakula 2 :"Lu liat Kota yang itu ? ", Katanya sambil mukanya nunjukin
kalo dia bangga bener.
Drakula 1 dan Drakula 3 : " Iya, liat ", Sambil ngangguk & geleng-geleng
Drakula 2 : " Kota itu juga habiiissssss !!! ", katanya sambil ketawa
serem," hua ha ha hah ".

Drakula 3 tambah panas, dia juga pengen show off. Akhirnya dia juga lari
sekelebat. Temennya yang dua terperanjat, soalnya dalam waktu 10 detik
dianya udah balik, dengan penuh cucuran darah di mukanya .

Temennya yang dua membatin, "Gila ni drakula, sangar amat, ternyata dia
yang paling jago".
Sambil ngos-ngosan Drakula 3 teriak,
Drakula 3 : "Lu pade liat nggak Tiang Listrik dipas belokan sana ?"

Drakula 1 & 2 : "Iya, liat!, liat!"

Drakula 3 : " Sialan, Gua kagak liat !!".

Rabu, 07 September 2011

More Than Words-nya Emak Gue #Serial Keluarga

"Mau liat...," selalu begitu kata Emak kalau gue sedang berazam akan sesuatu, terutama yang berkaitan dengan waktu. Bukan doi nggak percaya akan kemampuan anaknya ini, apalagi doi menganggap gue ini payah dan nggak bisa apa-apah. Bukan! Noted: tolong di-underline, italic, bold, dan ditulis dengan tinta berwarna merah darah kata yang terakhir!

Awalnya, gue juga sering berfikir seperti itu dan mengungkapkannya langsung di hadapan doi, "Ini Emak, anaknya mau berbuat baik, bukannya didukung malah diremehin! Etapedeee!" kata gue dulu.

Tapi sekarang, gue jadi paham kenapa doi sering bilang kayak begitu. Gue yakin ajah kalau apa yang doi katakan itu mencerminkan betapa doi paham betul akan polah anak bontotnya ini. *tsaaaah.

Seperti kemarin sore, yang kayaknya sih bukan sekali dua kali doi bilang, "Mau liat....". Puluhan bahkan ratusan kali maybe, doi mengulang-ulang dua perkataan yang sama tiap pagi. Ceritanya, kemarin sore gue bilang ke doi kalau gue nggak mau telat lagi masuk kantor. "Mulai besok mau berangkat jam 6. Biar nggak telat lagi!". Dan, lagi-lagi doi bilang, "Mau liat...," tapi dengan disertai sedikit dukungan, "Ya udah, ntar jangan tidur malem-malem."

Fyi: jarang-jarang nih doi ngasih kalimat tambahan, biasanyanya mah cuma dua kata itu tanpa embel-embel saking pahamnya kebiasaan buruk gue terhadap waktu. Apa karena masih dalam rangka lebaran? Mau nyenengin anaknya, gituh? Nggak tau deh, cuma Allah dan doi yang tau!

*

Ah, benaran susah buat nggak melanggar kalimat terakhir Emak tadi sore. Mau tidur jam 10, ada aja penghalangnya. Ya nyuci baju belum kelar, ya keasyikan browsing di dunia maya, ya keasyikan chat sama adek kelas, ya baju buat besok belom disetrika, dan yayaya lainnya.

Nggak heran kalau jam 11 malem doi bangun cuma buat bilang, "Ah, yang kayak begini mau berangkat jam 6?" dan langsung tidur lagi. *Hiks, emang nggak ada bakat jadi karyawan teladan nih!. Ringkas kata, gue pun baru sukses tidur jam 12 lebih sedikit.

Besoknya, gue bangun jam 03.45. Mata masih sepet gila, ogah-ogahan gue makan sahur plus jemur pakaian yang semalam dicuci. Pukul 7 kurang sedikit, ketika gue terburu-buru berdiri di depan kaca lemari di kamar Emak, lagi-lagi kata-kata itu muncul. "Mau liat", kata Emak sambil melengos.

Hiks, sedih amat ya... Begitu nggak percayanya Emak akan kemampuan gue memenej waktu :(. Tapi tenang aja, Mak. Meskipun sekarang perkataanmu begitu menyayat ulu hatiku (apa dah?), someday, perkataanmu kan kukenang selalu. Hidup Emak! :D






Minggu, 04 September 2011

Kopdar Pertama: NewBe Sukses Boyong Buku, Yeah!

Prolog:

Hare gene masih ada yang nggak doyan gratisan? Whew, makmur jaya ituh orang!

Kalau gue sih, alhamdulillah hidup udah lumayan makmur (bukan           mau sombong, hanya mencoba bersyukur :D), tapi buat urusan gretongan… doyan buangget! Apalagi kalau gretongannya buku, beuh… berbagai cara bakal gue jabanin demi benda satu itu. Misal: Selalu berusaha menjadi penanya pertama di tiap acara yang berkaitan dengan buku, baik itu diskusi buku, bedah buku, atau makan buku (eh?!).

Ada kali sepuluh buku getongan dalam satu tahun belakangan yang gue dapetin melalui acara-acara seperti itu. Kok, bisa? Ya, bisa, donk! Karena gue punya beberapa tips jitu untuk menarik buku-buku itu sampi ke genggaman gue. Penasaran? Ada di cerita ini, loh! :D

 

 

10.30 WITS (Waktu Indonesia bagian TangSel)

Dengan tergopoh-gopoh dan semangat yang heboh (halah, maksa sangad! Padahal mah telat abis datengnya), bermil-mil melintasi tol Veteran-Ps Rebo, gue berangkat juga ke kampus tercinta, UI Depok. Ngapain? Kopdar, donk, masa kuliah! Masih jaman? *Hheee, newbe yang norax.

 

Ajegile syok!

Gue kira yang dateng bakal berondong-berondong, eh, berbondong-bondong kamsudnya, ternyata eh ternyata, eng ing eng (apa sih?)… lumayan lah, ada beberapa yang belum gue kenal kecuali satu dua yang emang satu kampus dulu: Akuai, Soulintifadhah, dan Luvummi (hheee, ini mah tiga!). Tapi no problemo, yang paling penting dan sangat menghibur saat itu justru bukanlah jumlah MP-ers yang hadir, tapi… banyaknya buku yang gue yakin dari pertama dateng kalau buku-buku itu bakalan dibagi-bagi secara cuma-cuma. Yeah, rock kopdar! *Hiy, the biggest pede I ever done!

 

Eh, tapi tebakan gue nggak meleset-meleset amat, lho! Karena nggak lama setelah acara dipindah ke selasar MUI, ralat… setelah dua lelakinya (Setobuje n Sayarbiant) “terusir” dari reriungan kita tepatnya, buku-buku itu dibagi-bagikan oleh Duo Aku tapi dengan syarat (huuuu, gue sedikit kecewa. Udah kayak kartu selular zaman sekarang ajah yah? :P), yakni harus bisa menjawab pertanyaan seputar dunia MP untuk mendapatkan buku. Hiks, sedih… secara gue newbe, masa sih bisa dapetin satu aja dari buku-buku itu? Kayaknya susah L

 

Ah, bukan nj namanya kalau gampang patah arang! Pokoknya tiap kali sadar akan ada buku gretongan dibagikan dalam sebuah acara, otak dan seluruh jiwa raga gue langsung on untuk mendapatkan buku yang gue incar. Kebetulan, salah satu dari lima buku (kalau nggak salah inget) yang ada di tangan Duo Aku itu ada bukunya Mbak Dedew yang judulnya Absolutely Kribo, yang udah lama banget gue incar (noted: bukan incar buat dibeli maksudnya, tapi buat dipinjam dari teman atau dari acara seperti ini :P). Gue pun mengeluarkan beberapa jurus sakti mandraguna seperti sebelum-sebelumnya:

  1. Panggil buku tersebut ke alam bawah sadar

Waktu lihat buku ini menumpuk di antara makanan ringan yang tersaji selain SEMANGKA sebagai menu utama (ada jambu kelutuk, kripik jagung Hap*yT*s, stik, brownies,sus coklat, kripik singkong Q*ela,  dan… apa lagi ya?), gue berdiam diri sejenak dan berusaha keras untuk memanggil bukunya Mbak Dedew. Beberapa kali gue bayangin dan gue ucapkan dalam hati: ‘gue bakal dapetin buku Mbak Dedew’.

Biasanya lancar jaya usaha gue yang satu ini, tapi kemarin agak meleset. Sedih! Mungkin kurang lengkap kali ya manggilnya, gue nggak nyebutin judul bukunya apa. Walhasil dan alhamdulillah yah, gue dapetin buku bersampul biru dengan judul berbahasa Jepang: Oyako no Hanashi, yang menurut Akuai, ditulis oleh salah satu MP-ers juga. Lumayan lah, buat nambah daftar buku gretongan di lemari buku. :D.

  1. Tunjukkan kepada panitia kalau gue excited banget sama buku itu

Tips yang satu ini, dengan amat sukses gue praktekin di depan Duo Aku, lho! Gue bilang, ‘Asik, ada bukunya Mbak Dedew… Ayo donk, bagi-bagi bukunya. Buat kuis aja kek, apa kek. Hheee…’ (noted: ini gue ucapkan dengan ekspresi riang gembira alias mupeng). Dan hasilnya, walaupun gue menjawab pertanyaan mereka dengan jalan mencontek (buka MP dari laptop), mereka tetap memberikan buku bersampul biru itu ke gue. Kata mereka, ‘yah, dihargai usahanya buka laptop’. Ahey, senangnya! *Nih, spesial gue mau bilang ke mereka berdua: thanks sangad bukunya. Alhamdulillah, yah… sesuatu banget! :P

  1. Nggak malu berbicara. Just speak my mind

Ini konteksnya bisa dua: gue mengajukan pertanyaan apapun tiap ada sesi tanya jawab, sebagai penanya pertama tentunya (noted: biar nggak dicap bego-bego amat, itu berarti gue kudu include lebih dalam ke dalam diskusi atau bedah buku atau acara apapun, dan berfikir lebih cepat untuk mempersiapkan beberapa pertanyaan, yang kemudian gue pilah-pilah mana pertanyaan yang keliatan paling oceh *duileh bahasanya!), atau gue berpartisipasi aktif dalam kuis yang diadakan panitia. Mau jawaban gue bener atau salah, yang penting jawab aja. Kali aja panitia kasian ngeliat usaha gue, dan akhirnya memberikan buku sisa buat gue.  Yah, intinya sih… menunjukkan ke panitia kalau gue tuh ada di acara itu. Hheee.

 

Itu beberapa tips yang biasa gue terapkan dalam kehidupan nyata. Buat yang merasa selalu apes alias nggak pernah sukses memboyong hadiah dari suatu acara, mungkin tiga tips di atas bisa jadi referensi :P

 

Buat lebih meyakinkan lo pada, nih gue tunjukkin beberapa judul buku yang gue dapat secara cuma-cuma dari beberapa acara:

  1. Oyako no Hanashi dari Kopdar pertyama gue di MP
  2. Serial Gangway ‘Padapanic Award’ dari acara Salam UI beberapa bulan lalu
  3. Bloggermania-nya Teh Pipiet dan Adzimattinur di acara diskusi bersama mereka berdua di PNJ
  4. Ada satu buku yang gue lupa judulnya karena langsung dipinjam orang dan belum balik sampi sekarang. Tentang bagaimana menidik anak dengan kebutuhan khusus, gituh. Waktu itu gue dapetin di bedah buku itu di GI
  5. Sebelas Colen di Malam Lebaran. Ilni gue dapetin langsung dari penulisnya yang merupakan salah satu sastrawan Betawi, Bang CGR, dalam salah satu acara sastra di TIM
  6. Berbagi Pengalaman Hafizh Qur’an dari acara bedah buku itu di masjid ARH UI
  7. Kuliah Gratis ke Luar Negeri, Mau? Dari acara bincang penulis LPPH di bukfer tahun lalu
  8. Ada juga buku lain tentang motivasi menghafal Quran, yang gue dapetin di acara ramadhan tahun kemarin.
  9. Apa lagi, ya? Keknya masih ada beberapa lagi buku lain, tapi sayangnya lagi nggak ada di lemari buku gue. Oiya, selain itu, gue juga pernah lho, dapetin sebuah Qur’an Utsmani yang harganya kira-kira 150ribu-an (ini pernah gue cek harga di Islamik bukfer). Waktu itu gue dinobatkan sebagai peserta terbaik di LTQ. Hheee, kudu percaya yang ini mah!

 

Okd, met mencoba di Kopdar selanjutnya, ya… Gue, elo, PASTI bisa! :D