Kamis, 21 Oktober 2010
Selasa, 19 Oktober 2010
Senin, 18 Oktober 2010
Kamis, 14 Oktober 2010
Rabu, 13 Oktober 2010
Selasa, 12 Oktober 2010
Minggu, 10 Oktober 2010
rasa takut
tulisan ini cuma untuk memancing ke-wajib-an menulis yang harus diselesaikan sebelum jam 5 waktu utan kayu, yang sejak pagi tadi, semakin diusahakan untuk menulis, jari-jari ini semakin tidak mau diajak kerja sama dengan key board..
pancingan pertama, rasa takut:
pernahkah kalian merasakan ketakutan yang luar biasa? takut terhadap apa saja, terutama terhadap dosa dan kesalahan yang baru saja kalian perbuat. kalau pernah merasakan, tolong beritahu, bagaimana menghilangkan rasa takut itu?..
ceritanya, entah kenapa, sejak semalam, hanya rasa takut, takut, dan takut saja yang ada dalam benak ini. tepatnya sih sejak meminjam barang seseorang tanpa sepengetahuannya (apa itu bisa disebut meminjam?).
mungkin itu sebabnya, rasa takut selalu menghantui. pertama karena pinjam barang seseorang tanpa sepengetahuan sang pemilik, ke-dua karena barang tersebut tidak membawa manfaat bagi peminjamnya. kau tahu dampaknya? hmm, sulit untuk mendeskripsikannya, karena ketakutan ini benar-benar kompleks. menghantui setiap sisi kehidupan (lebay, tapi beneran).
tapi yang jelas seperti ini, di saat memejamkan mata, kau merasa takut karena dihantui rasa bersalah. kemudian, saat otak mu sekejap saja tidak memikirkan sesuatu, rasa bersalah dan ketakutan itu menghantui lagi. lengkapnya, di mana pun dan kapan pun, rasa bersalah dan takut saja yang ada di sekelilingmu. dan itu akan membuat dirimu tidak produktif!
pancingan ke-dua: sudah panas?
setidaknya sedikit kata itu sudah mulai menstimulus jari-jari ini untuk terus menorehkan kata selanjutnya (yang wajib) di layar kompi. sudah panas, ayo mulai menulis yang wajib!!
pancingan pertama, rasa takut:
pernahkah kalian merasakan ketakutan yang luar biasa? takut terhadap apa saja, terutama terhadap dosa dan kesalahan yang baru saja kalian perbuat. kalau pernah merasakan, tolong beritahu, bagaimana menghilangkan rasa takut itu?..
ceritanya, entah kenapa, sejak semalam, hanya rasa takut, takut, dan takut saja yang ada dalam benak ini. tepatnya sih sejak meminjam barang seseorang tanpa sepengetahuannya (apa itu bisa disebut meminjam?).
mungkin itu sebabnya, rasa takut selalu menghantui. pertama karena pinjam barang seseorang tanpa sepengetahuan sang pemilik, ke-dua karena barang tersebut tidak membawa manfaat bagi peminjamnya. kau tahu dampaknya? hmm, sulit untuk mendeskripsikannya, karena ketakutan ini benar-benar kompleks. menghantui setiap sisi kehidupan (lebay, tapi beneran).
tapi yang jelas seperti ini, di saat memejamkan mata, kau merasa takut karena dihantui rasa bersalah. kemudian, saat otak mu sekejap saja tidak memikirkan sesuatu, rasa bersalah dan ketakutan itu menghantui lagi. lengkapnya, di mana pun dan kapan pun, rasa bersalah dan takut saja yang ada di sekelilingmu. dan itu akan membuat dirimu tidak produktif!
pancingan ke-dua: sudah panas?
setidaknya sedikit kata itu sudah mulai menstimulus jari-jari ini untuk terus menorehkan kata selanjutnya (yang wajib) di layar kompi. sudah panas, ayo mulai menulis yang wajib!!
Sabtu, 09 Oktober 2010
Kamis, 07 Oktober 2010
Rabu, 06 Oktober 2010
Selasa, 05 Oktober 2010
diamku beralasan ko'!
bulan ber-beran kata orang adalah bulannya pns-pnsan. bagi sebagian sarjana, baik yang emang udah niat sejak kuliah untuk menjadi pns, maupun yang kepentok sulitnya mencari pekerjaan di negerinya sendiri, berbondong-bondong mempersiapkan semua kelengkapan yang dibutuhkan demi mengikuti tes-tes pns.
sementara aku sendiri, tidak beda sebenarnya dengan sarjana tipe pertama. sejak kuliah, aku, tepatnya kk-kk ku, memang menginginkan bahkan mewajibkan adiknya ini untuk menjadi seorang pns. maklum, di keluarga kami masih ada yang belum jadi pns.
awalnya aku agak menolak, karena menurutku dan kk ke-8 ku, yang masih idealis sebagai mahasiswi (dulu), pns itu pekerjaan yang membuat seseorang tidak akan bisa berkembang! kerjanya itu-itu aja, sejak awal masuk sampai tua. namun setelah mendapat "penggelapan" dari kk ke-2 yang membuatku semakin tercerahkan untuk mengikuti tes pns, tekadku semakin mantab sejak lulus untuk menjadi pns. dan sebagai bukti, tahun 2009 kemarin, 3 tes pns aku ikuti, walau pun belum diizinkan untuk lulus semuanya.
sedih? sedikit! karena sadar diri juga, belajarnya saja h minus berapa gitu.. jadi ya sudah, emang kurang usaha juga.
nah, setelah kegagalan di 3 tes pertama kali sebagai sarjana, kusebar lah CV untuk mulai bekerja di beberapa tempat yang memang aku senangi. yang paling kuingat tentu saja yang terakhir kali: menyebar 3 CV ku ke LKC Ciputat, Primagama, dan majalah annida-online. harapan terbesarku sih sebenarnya menjadi guru di PG karena dekat dengan rumah atau di LKC Ciputat, karena selain dekat dengan rumah juga sesuai dengan ilmu yang kudapat saat kuliah di kampus fkm tercintah.
hampir tiap hari kupanjatkan doa dalam istikhorohku agar dipilihkan yang terbaik diantara 3 tersebut. namun, tahukan kawan? ternyata Allah menghendaki ku untuk terjun ke dunia tulis menulis. padahal, pengalaman di dunia tulis menulisku boleh dibilang cetek banget! bermodalkan suka menulis diary dan pernah aktif di buletin rohis SMA, serta satu kali menerbitkan free buletin bersama teman 1 kamar, aku dipanggil untuk interview di kantor annida-online yang letaknya masya Allah jauh bener dari rumah. kalau pagi memakan waktu dua setengah jam, sedangkan sore (bada maghrib) memakan waktu dua jam.
tanpa hambatan yang berarti, kujalani lah proses menjadi seorang pelajar di kelas penulisan. fyi: aku menganggap kehidupanku di annida ini bukan sebagai pekerja namun lebih menjadi seorang pelajar. subhanallah, banyaaaaaaaak sekali pelajaran yang bisa kudapatkan di sini..
nah, di sini lah benang merahnya antara proses belajarku sekarang dengan pns-pnsan yang sempat kudambakan dulu. di tengah asyik-asyiknya belajar, masuklah aku ke bulan ber-beran. itu tandanya terompet pns sudah memanggil. dan benar saja.. berondongan pertanyaan dan pemberitaan dari teman-teman yang sama-sama berminat menjadi pns tumpah ruah menghampiriku, baik di sms, milis, bahkan fb.
dulunya sih, alasanku agar diijinkan belajar di annida, dengan memberi alasan kepada keluarga akan tetap ikut tes pns kalau saatnya tiba. namun ternyata, minat tersebut sudah hilang dari benakku sekarang. yang ada kini hanya minat untuk terus belajar menulis dan menulis.
bukan apa-apa juga, kini aku merasakan banyak manfaat belajar dnamun bergaji ini. kurasakan semakin lancar jari-jari ini mengetikkan dan menorehkan pena di buku diaryku. selain itu, aku pun jadi lebih tahu daerah-daerah di jakarta karena beberapa kali harus meliput berita. misalnya ke Gran Indonesia, kalau bukan karena meliput, entah kapan aku bisa memasukinya :(. setiap seminggu sekali aku juga mendapat pelajran membuat film, FREE!.
nah, bagaimana kalau kalian menjadi diriku? akankah rela mengikuti tes pns yang tanpa persiapan maksimal? dan itu berarti aku harus siap menerima pengulangan kegagalan seperti tahun kemarin? walau pun ada orang mengatakan: siapa tahu lagi rejeki, dapet deh! oh tidak, tetap saja harus ada usaha untuk mendapatkannya.
atau aku tetap melanjutkan belajarku di tempat ini?
kalau aku sih, jelas memilih pilihan ke-dua! bukan apa-apa, kalau tes pns kan tiap tahun berulang, sementara untuk belajar di Utan kayu, tidak banyak orang dapat beruntung spertiku dan belum tentu ada kesempatan lagi besok-besoknya..
jadi, diamku tidak mengikuti tes-tesan pns, beralasan, bukan? :)
sementara aku sendiri, tidak beda sebenarnya dengan sarjana tipe pertama. sejak kuliah, aku, tepatnya kk-kk ku, memang menginginkan bahkan mewajibkan adiknya ini untuk menjadi seorang pns. maklum, di keluarga kami masih ada yang belum jadi pns.
awalnya aku agak menolak, karena menurutku dan kk ke-8 ku, yang masih idealis sebagai mahasiswi (dulu), pns itu pekerjaan yang membuat seseorang tidak akan bisa berkembang! kerjanya itu-itu aja, sejak awal masuk sampai tua. namun setelah mendapat "penggelapan" dari kk ke-2 yang membuatku semakin tercerahkan untuk mengikuti tes pns, tekadku semakin mantab sejak lulus untuk menjadi pns. dan sebagai bukti, tahun 2009 kemarin, 3 tes pns aku ikuti, walau pun belum diizinkan untuk lulus semuanya.
sedih? sedikit! karena sadar diri juga, belajarnya saja h minus berapa gitu.. jadi ya sudah, emang kurang usaha juga.
nah, setelah kegagalan di 3 tes pertama kali sebagai sarjana, kusebar lah CV untuk mulai bekerja di beberapa tempat yang memang aku senangi. yang paling kuingat tentu saja yang terakhir kali: menyebar 3 CV ku ke LKC Ciputat, Primagama, dan majalah annida-online. harapan terbesarku sih sebenarnya menjadi guru di PG karena dekat dengan rumah atau di LKC Ciputat, karena selain dekat dengan rumah juga sesuai dengan ilmu yang kudapat saat kuliah di kampus fkm tercintah.
hampir tiap hari kupanjatkan doa dalam istikhorohku agar dipilihkan yang terbaik diantara 3 tersebut. namun, tahukan kawan? ternyata Allah menghendaki ku untuk terjun ke dunia tulis menulis. padahal, pengalaman di dunia tulis menulisku boleh dibilang cetek banget! bermodalkan suka menulis diary dan pernah aktif di buletin rohis SMA, serta satu kali menerbitkan free buletin bersama teman 1 kamar, aku dipanggil untuk interview di kantor annida-online yang letaknya masya Allah jauh bener dari rumah. kalau pagi memakan waktu dua setengah jam, sedangkan sore (bada maghrib) memakan waktu dua jam.
tanpa hambatan yang berarti, kujalani lah proses menjadi seorang pelajar di kelas penulisan. fyi: aku menganggap kehidupanku di annida ini bukan sebagai pekerja namun lebih menjadi seorang pelajar. subhanallah, banyaaaaaaaak sekali pelajaran yang bisa kudapatkan di sini..
nah, di sini lah benang merahnya antara proses belajarku sekarang dengan pns-pnsan yang sempat kudambakan dulu. di tengah asyik-asyiknya belajar, masuklah aku ke bulan ber-beran. itu tandanya terompet pns sudah memanggil. dan benar saja.. berondongan pertanyaan dan pemberitaan dari teman-teman yang sama-sama berminat menjadi pns tumpah ruah menghampiriku, baik di sms, milis, bahkan fb.
dulunya sih, alasanku agar diijinkan belajar di annida, dengan memberi alasan kepada keluarga akan tetap ikut tes pns kalau saatnya tiba. namun ternyata, minat tersebut sudah hilang dari benakku sekarang. yang ada kini hanya minat untuk terus belajar menulis dan menulis.
bukan apa-apa juga, kini aku merasakan banyak manfaat belajar dnamun bergaji ini. kurasakan semakin lancar jari-jari ini mengetikkan dan menorehkan pena di buku diaryku. selain itu, aku pun jadi lebih tahu daerah-daerah di jakarta karena beberapa kali harus meliput berita. misalnya ke Gran Indonesia, kalau bukan karena meliput, entah kapan aku bisa memasukinya :(. setiap seminggu sekali aku juga mendapat pelajran membuat film, FREE!.
nah, bagaimana kalau kalian menjadi diriku? akankah rela mengikuti tes pns yang tanpa persiapan maksimal? dan itu berarti aku harus siap menerima pengulangan kegagalan seperti tahun kemarin? walau pun ada orang mengatakan: siapa tahu lagi rejeki, dapet deh! oh tidak, tetap saja harus ada usaha untuk mendapatkannya.
atau aku tetap melanjutkan belajarku di tempat ini?
kalau aku sih, jelas memilih pilihan ke-dua! bukan apa-apa, kalau tes pns kan tiap tahun berulang, sementara untuk belajar di Utan kayu, tidak banyak orang dapat beruntung spertiku dan belum tentu ada kesempatan lagi besok-besoknya..
jadi, diamku tidak mengikuti tes-tesan pns, beralasan, bukan? :)
Langganan:
Komentar (Atom)